Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kemacetan Mudik dan Catatan Kecil Karakter Bangsa

9 Juli 2016   09:11 Diperbarui: 9 Juli 2016   16:35 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kemacetan. Kompas.com

Penambahan fly over dan under pass, untuk persimpangan-persimpangan yang memang potensial membuat kemacetan, terutama untuk masuk jalan tol dan jalan lingkar. Ini sangat jauh tertinggal daripada yang seharusnya. Sudah banyak dalam keseharian saja macet apalagi di saat ada gawe nasional sebagaimana mudik ini.

Tabiat tidak mau susah. Salah satu tabiat seenaknya sendiri itu, menghentikan kendaraan harus di tempat yang dimaui, padahal belum tentu kondisi bisa demikian. Hal ini merupakan penyakit dari hulu hingga hilir, dari pejabat hingga rakyat, mulai mobil mewah hingga becak sekali pun. Ini juga sebuah kebiasaan yang perlu diperbaiki. Sepele namun besar pengaruhnya.

Pasar tumpah. Beberapa pasar tradisional memang sudah dibuat lebih tertata dan parkir luas namun masih banyak yang belum, sehingga orang menyeberang, parkir yang memakan jalanan, dan jualan di bahu jalan menjadi penyebab makin parah kemacetan.

Rumah makan dan pusat jajan atau kerajinan yang tidak memiliki lahan parkir. Ini bukan berbicara soal pedagang angkringan atau kaki lima, namun sekelas restoran dan waralaba bahkan waralaba internasional saja lahan parkirnya sekadar saja. 

Bagaimana negara hadir untuk memaksa mereka memiliki lahan parkir yang representatif, bukan hanya menggunakan lahan umum. Beda dengan angkringan yang tidak akan ada bus lima parkir bukan?

Tanggung jawab bersama, namun negara yang memiliki peran paling besar dan penting untuk menuju masyarakat lebih beradab dan mengerti kepentingan pihak lain, bukan hanya mikir diri sendiri. 

Masyarakat perlu mengubah perilaku dan cara bertindak, negara yang memiliki kewenangan luas bisa mendidik rakyatnya untuk lebih peduli sesama dan bukan untung sendiri. Kerja sama antarlembaga dan dinas menjadi penting bukan malah saling lempar tanggung jawab tentunya.

Banyak kemajuan yang ada namun tidak cukup puas saja dan malah menjadi parah di kemudian hari. Perbaikan-perbaikan menuju kepada citra bangsa besar itu harus terus menerus dilakukan.

Selamat melakukan perjalanan arus balik bagi yang menjalaninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun