Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanya Sense of Crisis DPR, LSM, dan Ormas Soal Terorisme

8 Juli 2016   07:01 Diperbarui: 8 Juli 2016   08:55 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hukum masih bisa ditafsirkan secara suka-suka. Hal ini membuat semua berantakan. Bagaimana tidak, saat kelompok yang dominan bisa mengarahkan hukum sekehendaknya mereka. Yang kecil dan lemah harus ikut, tidak mau berarti harus keluar. Ini negara bukan rimba. Bagaimana manusia menggunakan hukum rimba? Ini bukan beradab namun biadab.

Orang masih belum taat akan konstitusi namun lebih takut pada nama baik, konstituen, dan kekuasaan, ironisnya kelompok yang abai akan kebersamaan ini bisa memutarbalikkan keadaan untuk kepentingan ndompleng pemimpin lemah. Kita bisa saksikan bagaimana kelompok yang suka kekerasan dan seenaknya sendiri difasilitasi negara dalam hal ini polisi agar tidak terjadi kekerasan. Polisilah yang berperan untuk menyelesaikan bukan memindahkan kebaikan karena ada yang keberatan.

Egoisme dan keakuan yang demikian tinggi dari beberapa kelompok. Pemaksaan kehendak dan kesenangan kalah menang dalam menyelesaikan persoalan. Alangkah indahnya jika penyelesaian keadaan itu dengan menang-menang, menang tanpa ngasorake,tidak ada yang dipermalukan, semua menang.

Pemaksaan kehendak, model perilaku, dan sikap pemaksaan kehendak masih kuat dalam pribadi belum dewasa, emosional, dan maaf bodoh. Pertimbangan tidak matang yang akhirnya membawa pada keadaan intimidatif, kekerasan, dan pemaksaan yang tidak sepaham. Kita bisa melihat dari internasional seperti daesh, IRA,di Indonesia pun demikian. Ini bukan  soal agama namun mengenai teroris dan terorisme.

salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun