Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketakutan, Cinta, dan Kematian

6 Juli 2016   06:11 Diperbarui: 6 Juli 2016   08:55 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketakutan, Cinta, dan Kematian

Sebelum lebih jauh melihat ketiganya, akan saya dahului dengan kisah soal ketakutan akan kematian. Kisah nyata yang terjadi dan bagi orang yang sudah cukup bahkan lebih dari cukup untuk bisa menyatakan ya untuk menjawab panggilan untuk kembali kepada-Nya.

Kisah pertama.

Seorang yang sudah naik haji, usia 70-an, anak dari istri pertama memang sudah mapan dan mentassemua. Jadi tidak ada masalah. Usai istrinya meninggal ia menikah dengan janda seusia anak sulungnya, dan anaknya baru kelas tiga sekolah dasar. Pertimbangan soal takutnya adalah hitung-hitungan antara perbuatan baik dan buruk. Kupasan bukan soal ini, karena hal ini adalah soal iman dan kepercayaan, bukan soal pembahasan, pokok soal adalah ketakutan mati.

Kisah kedua.

Seorang guru, meditator, senior, dan lebih senior dari kisah pertama. Ketakutan otaknya soal anaknya sama sekali belum ada yang mentas. Soal iman dan kepercayaan kematian adalah  kebahagiaan belum bisa ia terima dengan hati. Soal sosiologis mengalahkan yang spiritual. Masalahnya otaknya bisa menerima, pengetahuan, kognisi soal iman dan kepercayaan mengatakan iya tahu, namun hatinya ternyata belum bisa ia selaraskan. Alasan soal anak yang belum mentas.

Dunia ini sejatinya hanya ada dua hal, yaitu cinta dan ketakutan. Saling membelit dan mengisi sehingga ada ketersalingan. Salah satunya adalah soal kematian, cinta akan dunia membuat takut mati. Meninggalkan hal yang menyenangkan yang dicintai, dan itu kelekatan dunia ini, sehingga engggan untuk kembali ke asal. Semua agama sepakat hidup dunia ini adalah sementara, berarti hanya kontrak, lebih enak mana kontrak atau rumah sendiri?

Cinta.Membebaskan, melepaskan, membuat semua menjadi indah, membangun, dan menguatkan. Semakin orang memiliki cinta, maka semakin ia bebas, semakin ia merasakan kemerdekaan hakiki, dan menyatakan, terjadilah kehendak Tuhan atas hidupku. Cinta itu tidak akan khawatir, cemas, dan gelisah dalam banyak hal.

Orang yang miskin cinta akan menuduh orang, sikap curiga berlebihan, sehingga lahirlah sikap dan pemikiran, orang akan menyerang, jangan-jangan nanti aku akan disingkirkan, merasa orang lain sebagai ancaman yang berbahaya. Lebih baik menyerang dahulu dari pada diserang. Serang ini bisa dalam arti kekerasan fisik namun bisa pula dalam artian kalimat yang menyerang, menyudutkan, merasa ada ancaman, dan mencurigai apapun yang dilakukan orang lain.

Sikap bertahan dan penuh curiga, membuat pribadi ini menilai diri secara berlebihan namun sejatinya ia adalah pribadi yang kecil, minder, dan merasa rendah. Menutupi dengan membentengi dirinya erat-erat, pertahannya itu sebenarnya lemah namun baginya paling kuat dan besar. Jika terdesak dan terkuak topengnya, akan menyerang bak babi buta, asal, dan pokoknya sebagai andalan.

Lebih baik menyerang daripada diserang, pemahaman yang perlu dimengerti,karena memang pribadi labil dan miskin cinta, menyakiti orang itu biasa saja, bahkan sebuah kebanggaan, tidak merasakan bahwa itu menyinggung. Fakta dan kenyataan akan menjadi dasar pernyataan bahwa ia benar. Fakta benar, namun menyakitkan dan menyinggung itu bukan soal fakta namun soal rasa. Fakta perlu juga dikemas bagi hiduo bersama, bukan fakta apapun dikatakan apa adanya. Mengemukanan fakta dengan mengabaikan etis itu karena untuk menyerang, dalam benaknya khawatir diserang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun