Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok, Gus Dur dan Jokowi: Sebuah Kepemimpinan

27 Juni 2016   09:14 Diperbarui: 27 Juni 2016   12:38 3122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dasar sebagai seorang spiritualis dan humanis berkubang pada politik yang lepas etika, akhir tragis yang mendera. Bapak bangsa yang pluralis, Pancasilais, dan agamis, namun memasuki kancah politik pada masa yang tidak tepat. Bagaimana kala itu banyak kepentingan yang “dompleng dan sembunyi.” Seperti ular yang mengamat-amati dan akan mencari saat lemah dan lengah.

Ada Amin Rais,sebagai lambang tokoh reformasi dan “merasa” paling pantas sebagai presiden. Kehendak alam dan rakyat ternyata berbeda. Ia hanya menjadi ketua MPR dan kemudian menjungkalkan Gus Dur yang ia angkat sendiri. Megawati sebagai simbolisasi tertindas, dan pemenang pemilu, jelas saja merasa itu adalah haknya sebagai presiden, bukan untuk “abangnya.” Tidak heran ia pun setuju saja diajak oleh lembaga sebelah untuk menurunkan presiden dan menaikkannya jadi penggantinya.  Kepentingan demi kepentingan di sana.

Gus Dur lupa sebagai pemimpin bangsa besar yang mengalami eforia baru lepas dari cengkeraman tiran. Kepentingan demi kepentingan dan bisa dimanfaatkan setiap celah. Ia tidak memperhatikan gerbong yang ia bawa sangat besar dan itu bisa menjadi “bencana” dan “kecelakaan”. Bukan dalam artia ia abai, namun karena memang bukan seorang politikus. Negarawan yang berpikir pokoknya demi kebaikan bagi bangsa dan negara.

Ketiganya berani mengambil apa yang tidak pernah dipikirkan apalagi diputuskan oleh orang lain. Sikap yang mengedepankan demi bangsa dan negara. Rakyat yang merasakan dan itu bisa menjadi gangguan bagi elit.

Berani tidak populer. Mengapa banyak orang tidak bisa memutuskan dengan cepat? Masalah citra diri, pengin menyenangkan semua pihak yang jelas saja tidak mungkin selama di dunia, dan tidak berani dihujat meskipun membela kebenaran dan kesejahteraan umum.

Perhitungan dan sikap itu dpengaruhi kepribadian, budaya, dan gaya hidup di mana ia menghabiskan waktu. Masing-masing memiliki gaya dan cara masing-masing.  Satu kesamaan mereka memikirkan bangsa dan negaranya, bukan soal elitnya, yang cenderung korup dan tamak.

Kita patut bersyukur memiliki pemimpin yang mau kerja keras, berpikir berbeda, dan mau serta berani menanggung risiko. Soal label itu kontroversi atau prestasi adalah sudut pandang penilaian, yang lepas dari pribadi pemimpin itu sendiri.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun