Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalau Pas Makan Dibaptis, Gimana?

18 Juni 2016   06:46 Diperbarui: 18 Juni 2016   09:40 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asal orangnya saja tidak pasti dari paroki yang mengadakan bukber, mana mungkin di baptis. Gereja Katolik memiliki hirarki yang mirip dengan birokrasi negara. Umat paroki identik dengan rakyat kecamatan atau kabupaten. Di sana ada akte yang mencatat dalam sebuah buku besar  (ini pernah saya bahas http://www.kompasiana.com/paulodenoven/akte-kelahiran-orang-katolik_54f3a60b7455137b2b6c7d03). Di Kabupaten Semarang yang mengadakan bukber itu, Ungaran Gereja Kristus Raja, ada kecamatan sebelahnya dengan Paroki Girisonta, Paroki Ambarawa yang bisa saja datang ke sana, jadi sangat tidak mungkin bagaimana pencatatan yang harus dipenuhi.

Artikel ini bukan untuk membela diri, atau untuk Kristenisasi, bukan hanya untuk memperlihatkan bahwa baptisan Gereja Katolik itu sangat tidak sederhana dan mudah. Catatan di sini hanya gambaran umum, bukan sebagaimana prosedur yang semestinya, yang sangat ribet, panjang, dan jauh lebih panjang dari yang sederhana dalam artikel saya.

Salah satu kutipan dari Kitab Hukum Gereja yang mengatur pembaptisan, saya kutipkan, ingat salah satu dari dua puluh delapan kanon (pasal) yang mengatur mengenai Baptis.

Kan. 852 - § 1. Ketentuan-ketentuan yang dalam kanon-kanon mengenai baptis orang dewasa diterapkan pada semua yang telah melewati usia kanak-kanak dan dapat menggunakan akalbudinya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun