Apakah Anda melihat diri sendiri atau memiliki perasaan yang lain dengan latihan ini?
Latihan ini hendak menyajikan bagaimana kita melihat diri kita dengan menjaga jarak. Bagaimana ketika kita becermin tentu harus ada jarak sehingga bisa melihat pantulan diri kita di permukaan kaca. Apa yang hendak kita dengar dari ungkapan duka itu, yang diucapkan oleh pemuka agama, perwakilan keluarga, atau rekan kita. Apakah kita suka dengan ungkapan mereka. Biasanya sejelek apapun di acara pemakaman akan ditampilkan kebaikan saja. Di sanalah kita hendak mengetahui apa yang paling baik. Ungkapan itu apakah benar yang kita dengar sesuai dengan kenyataan hidup kita. Apakah kita suka dengan “puja-puji” itu? Atau yang bisik-bisik di antara tetamu itu penuh duka dan mengenang dengan kebaikan? Atau malah mereka mengutuki dan menyukuri kepergian kita?
Masih ada waktu untuk mengubah, sepanjang kita masih bernafas, tentu kita senang dan masih bisa berubah. Nasihat, peringatan, dan keadaan yang berbeda bisa menjadikan kita berubah menjadi baik. Tidak jarang kita berfikir bahwa ah nanti saja kalau sudah pensiun dan tua banyak amal dan berbuat baik, lha memangnya tahu kalau akan hingga tua?
Hidup ini saat ini dan di tempat ini. Tadi adalah sejarah dan nanti adalah berkah.
Salam.
Sumber Inspirasi: Antony de Mello, Sadhana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H