Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Babak Baru La Nyalla dan Kejati, Kejati Menuduh Ketua MA, Menanti Robohnya Peradilan Kita

2 Juni 2016   07:08 Diperbarui: 2 Juni 2016   08:09 1749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Babak Baru  La Nyalla dan Kejati, Kejati Menuduh Ketua MA, Menanti Robohnya Peradilan Kita

La Nyalla akhirnya bisa dibawa pulang, entah istilahnya, mau ditangkap, dideportasi, atau apaplah, yang jelas sudah ada di Indonesia. Menarik kejati Jatim yang sangat emosional dalam wawancara mengatakan beberapa hal, pertama soal praperadilan mereka tidak kalah, namun dikalahkan oleh hakim (langusng menuduh ada peran ketua MA), kedua tidak ada yang bisa membebakan LN untuk 20 hari ke depan, dan langsung mengatakan karena paman LN yaitu ketua MA main kasus ini sehingga kasusnya berlarut-larut, salah satunya pra peradilan yang seperti ingus naik turun, bahkan hakim melarang jaksa membuka kasus ini lagi, yang dinilai sebagai melampaui kewenangan hakim.

Aneh bin ajaib, sprindik dan pra peradilan yang hingga dua kali, dan di pengadilan kalah terus. Bisa saja memang jaksa salah dan hakim benar, namun mengapa si “tersangka” ini lari kalau memang benar. PR besar harus menjadi perhatian, yang salah dan kacau ini pengadilan atau kejaksaan. Pasti ada yang salah di salah satu pihak penegak hukum ini. jika dibiarkan akan kacau dan makin kacau negara ini, pilarnya keropos dan dipoles dengan indah yang tinggal menunggu waktu, robohnya negara kami.

Ada langsung menunjukk nama dan jabatan ketua MA, selama ini kompasianer pernah ada yang mengaitkan ketua MA dengan Ical, kali ini pejabat publik, pimpinan daerah di penegakan hukum, lembaga yang harusnya bekerja sama dan bersinergi bagi bangsa dan negara eh malah menohok dan menyalahkan bahwa kekalahan mereka karena peran pimpinan sentral MA. Selama ini pengamat biasalah mengatakan demikian, jika sudah disebut oleh seorang pejabat? Apa artinya? Jelas ada unsur yang salah di sana, apakah kajati Jatim atau ketua MA? Ini PR sangat besar yang harus diselesaikan.

Bagaimana MA dan Hakim Mahkamah Agung?Ini persoalan serius, jangan lagi diselesaikan politis, berbeda dengan kasus papa minta saham.Itu soal politis kriminal yang masih bisa dimain-mainkan, ini beda soal kredibilitas lembaga negara. Mengapa ketua MA hanya diam saja? Persoalan di MA makin hari makin jelas karena dari bawah di pengadilan negeri bisa jual beli kasus, lihat saja OTT KPK dari pengadilan negeri, hingga sekretaris MA yang masih hilir mudik ke KPK soal kepemilikan uangnya. Artinya apa? Ada pula seorang hakim agung yang berteriak keras di sana memang penuh masalah, sama sekali tidak ada jawaban ataupun bantahan. Artinya apa?

Sangat terlalu, kolega, termasuk level di bawahnya, berani menuding di area publik.Sekelas pimpinan daerah namun berani langusng tunjuk hidung pimpinan tinggi negara. Menurut hemat saya, jika memang tidak ada bukti, tentu tidak akan berani menyatakan sebuah tuduhan begitu jelas dan langsung mengatakan, bukan menyatakan ini rahasia, tidak usah ditulis atau disiarkan, ini justru langsung mengatakan. Pernyataan ini karena keponakan kandung yang diulang-ulang perlu diklarifikasi. Fakta memang kalau mereka berdua itu ada hubungan kekeluargaan, namun soal kasus, harus dinyatakan dengan baik apa yang sebenarnya terjadi. Sehingga negara ini tidak dibangun di atas sandera menyandera dan di atas opini.

Persoalan di mana, lagi-lagi dewan,bagaimana MA itu dipimpin oleh campur tangan DPRRI. Ribuan kali sapu kotor sangat susah untuk membuat bersih lantai. Lantai berbangsa kita ini sangat kotor, spunya selain kotor juga rusak, rusak dalam pola pikir, ya akhirnya seperti ini.  Sikap politik kanak-kanak yang penting temanku. Kelompokku, membuat negara makin berat. Tragisnya menanti robohnya negeri ini. Bagaimana tidak ketika lembaga penegak hukum bisa berlaku seenak-enaknya sendiri seperti ini. Kalah dan menang bukan soal kebenaran namun dekat dengan kekuasaan.

Apakah akan selalu saja diselesaikan dengan model melupakan dan waktu yang akan membawa kabur terus kasus demi kasus? Bangsa besar ini sarat dengan beban demi beban yang diciptakan justru oleh pejabat sendiri. Sering menyatakan komunis, Yahudi, ekstrimis, Barat yang meronrong negeri ini, lihat bagaimana justru yang merorong adalah punggawa negeri.

Apakah akan terus demikian? Orang baik bisa kehabisan energi karena seolah bebannya tidak pernah berkurang, malah selalu bertambah dan malah diserang lagi dengan segala cara.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun