Benar-benar yang harusnya di bawah, genteng, bata yang dari tanah itu, kembali ke asalnya. Hampir tidak ada genteng yang di atas, semua ada di tanah, kembali ke asalnya.
Pengalaman yang Mengesan
Pelaksanaan bantuan kelompok kami memang sudah tidak dekat dengan kejadian, jadi anak-anak sekolah sudah mulai kembali ke sekolah. Melihat anak-anak pulang sekolah dengan berjalan kaki, di benak kami itu, mereka mau pulang ke mana? Tenda? Apakah itu benar-benar bentuk pulang sekolah?
Berbagi, salah satu keluarga yang kami bantu tenda, kami juga membawa mie instan, kue kalengan, dan tenda sebagai yang utama. Membangun tenda tidak lama, dan apa yang terjadi? keluarga itu telah merontoki pohok kelapanya yang tinggal satu, memasak mie instan yang kami bawa, dan membuka kue-kue itu. Kami sungguh terharu, mau makan tidak kolu,tidak tega, kalau tidak kami makan malah membuang apa yang terbatas itu. Pohon kelapa yang tinggal satu itu pun dirontoki dan dibuka untuk kami.
Rekan-rekan sukarelawan itu banyak juga yang sekaligus korban. Mereka mengatakan belum sempat pulang ke “rumah” mereka. Yang jelas bahwa keluarganya memang tidak ada yang menjadi korban dalam arti luka parah, di rumah sakit, ataupun meninggal. Soal rumah jelas saja tidak lagi terbentuk.
Setiap pagi masih diadakan misa di gedung gereja yang juga parah. Setiap kali lonceng dibunyikan, teng..greeeek.....teng...... greeeek...dinding gereja yang berderak. Mengalami misa di tengah gedung yang bisa roboh sewaktu-waktu. Ternyata itu sudah sepuluh tahun. Pengalaman yang masih lekat.
Salam