Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kapan Pendidikan Seksualitas Dimulai?

12 Mei 2016   06:34 Diperbarui: 12 Mei 2016   07:11 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapan Pendidikan Seksualitas Dimulai?

Orang sering gamang untuk membicarakan mengenai kediriannya, sebagai pribadi yang berseksual, sebagai laki-laki dan perempuan. Kompleks dan luas, baik segi psikologis, medis, reproduktif, dan sosiologis. Orang tua sebagai pendidik utama dan pertama tentu memegang peran penting, sayangnya tidak banyak yang bisa melakukan tugasnya tersebut dengan baik dan mampu. Akhirnya kata tabu yang menjadi andalan.

Pendidikan seksualitas sejatinya sejak dini telah diterapkan baik secara langsung dengan tidak langsung. Di dalam kandungan, sikap kedua orang tua yang memberikan perhatian dengan penuh cinta kasih, mengajak bincang-bincang, memberikan perhatian dengan penuh, bangsa Yahudi, begitu mengandung ibu-ibu mengambil les privat ilmu-ilmu pasti. Ibu yang menyapa janin dan bayi di kandungannya, demikian juga bapak atau kakak-kakaknya, merupakan pendidikan seksualitas juga. Sikap tidak memilih atau lebih memberikan keinginan atau lebih favorit atas jenis kelamin merupakan pendidikan seksualitas sejak dini.  Tentu hal tersebut bukan eksplisit sebagai pendidikan sebagaimana konsep kita.

Kelahiran bayi dengan segala kesibukannya juga menjadi ajang untuk memberikan pendidikan seksualitas. Orang tua, baik ibu ataupun bapak yang mengganti popok dengan kasih sayang, bukan malah meras jijik apalagi terganggu memberikannya keyakinan bahwa ia dicintai sebagai manusia, meskipun belum secara sadar sebagaimana anak yang telah besar. Menimang dengan bangga dan penuh kasih, tidak marah kalau ngompol, bangun malam kalau anak menangis dan mengompol, memberikan susu dengan senyum, membuat anak menerima dirinya sebagai manusia seutuhnya.

Kanak-kanak, diajarkan bagaimana melindungi, merawat, dan melindungi alat vitalnya agar tidak sembarang orang boleh menyentuhnya. Siapa yang boleh membuka bajunya, hati-hati dan penjelasan dengan bahasa mereka, jangan berlebihan yang membuat anak malah ketakutan dan efek jangka panjang malah tidak baik. Membersihkan, membasuh alat kelaminnya dengan baik, dan penuh perhatian. Anak laki-laki biasanya memainkan penisnya, diputar-putar, jangan ditampel,atau dimarahi itu wajar, normal, dan beri pengertian yang baik.

Menjelang pubertas, usia bisa berbeda-beda, anak-anak memiliki cara pandang yang lebih luas, menaruh idola, anak perempuan cenderung ke orang dan lingkungan terdekat, seperti bapak, paman, atau siapa yang dikenal. Anak laki-laki cenderung tokoh-tokoh kepahlawanan, seperti superman, badman, antman,dan kawan-kawannya. Mulai bersikap memulai rekannya yang berjenis kelamin berbeda, namun juga ingin mengenal. Jangan heran dan khawatir jika anak mulai marah dengan rekannya yang berjenis kelamin berbeda. Ini wajar.

Pubertas, pubic atau rambut kemaluan, ditandai dengan mimpi basah pertama dan menstruasi pertama kali. Pendampingan lebih intens karena secara biologi masa ini anak sudah bisa menjadi bapak dan ibu, meskipun secara psikologis, sosiologis, dan ekonomis, jelas belum. Menyatakan betapa pentingnya masa ini, sehingga membuat mereka yakin dengan jenis kelaminnya. Untuk anak perempuan diminta bertanggung jawab soal kebersihan dirinya, ini juga berakibat terhadap mulai adanya jerawat, kebersihan diri harus ditekankan, padahal mereka sedang suka-sukanya membantah dan tidak suka diatur dan taat aturan. Sikap memberontak, mulai lebih suka bersama rekan, mulai mengenal lawan jenis, dan itu wajar. Jika menemui atau ngegap anak onani jangan dimarahi, arahkan agar memilih kegiatan yang lebih baik. Pendidikan dan pendampingan jangan memarahi. Perubahan badan dan alat-alat reproduksi sekunder mengikuti ciri pubertas ini dengan pesat. Suara, kulit, rambut kemaluan, ketiak, kumis, jambang, dan jakun bagi anak cowok dan payudara bagi anak gadis. Bentuk badan yang jauh berubah, masa ini masa anak diambang kebimbangan, jangan banyak marah namun dampingi. Antarkan mereka mendapatkan jati dirinya sebagai laki-laki dan perempuan. Masa di mana mulai menyukai lawan jenis yang diistilahkan cinta monyet. Anak kadang melamun dan susah konsentrasi, nilai merosot, dan perilaku yang susah untuk diatur. Mulai mencuri-curi bacaan atau tontonan porno. Mengecek hal-hal pribadi seperti hape boleh dengan perjanjian secara terbuka terlebih dulu. Sekali lagi jangan dimarahi atau dihukum, dampingi, berikan penjelasan, dan pengertian yang baik.

Masa pra pubertas dan pubertas yang dilampaui dengan baik akan memberikan penemuan jati diri yang baik. Periode selanjutnya adalah pemantapan dan pemilihan, mereka mulai naksir secara serius terhadap lawan jenis. Sikap yang tidak tetap di masa pra pubertas dan pubertas bisa membuat sikap dan pilihan orientasi yang tidak semestinya.

Sikap menghormati diri sendiri dan lawan jenis sebagai sesama manusia ciptaan Tuhan yang mulia. Tidak ada yang lebih baik dan lebih buruk. Semua diutus untuk memberikan diri dan saling membantu. Manusia tidak diciptakan sempurn agar saling melengkapi dan menyempurnakan dengan memberikan kelebihan dan menerima kekurangan yang akan dibantu oleh kelebihan yang lain.

Sikap terbuka berbicara dari hati ke hati, sesuai dengan usianya, jika anak bertanya yang lebih rumit, berarti bahwa ia telah siap untuk mendapatkan penjelasan yang membutuhkan logika, untuk itu bisa diajarkan dengan lebih kompleks.

Biasanya anak laki-laki lebih terbuka dengan ayah dan anak perempuan dengan ibu. Jangan sampai mereka lebih dekat ke tetangga atau lingkungan yang belum tentu aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun