Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Asrama Solusi Atasi Macet Jakarta ala Yusuf Mansur

25 April 2016   20:19 Diperbarui: 25 April 2016   20:33 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Artikel ini tidak hendak mengkritisi soal ide atau wacana balon gubernur Yusuf Mansur, namun mau berbagi soal hidup berasrama. Rekan di K juga banyak banget yang mengalami hal yang sama, kalau sempat membaca bisa menambahkan apa yang pernah mereka alami, yang jelas memang menyenangkan meskipun tidak pula bisa dikatakan bebas dari masalah dan persoalan yang tidak sesederhana dalam ide. Saya mengalami dengan ide dasar yang sama saja masih banyak kesulitan, lha bagaimana kalau ini adalah “paksaan, tidak ada pilihan lain.”

Jelas banyak banget kebaikan dan nilai positif soal asrama

Pertama, pendidikan intensif, personal, dan mendalam. Panjangnya waktu di sekolah sekaligus asrama bisa sangat membantu pendidikan. Rekan banyak bisa tahu dengan baik kelebihan dan kekurangan, dengan begitu, kita bisa saling membantu untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan  rekan kita. Semua sudah terbuka dan sangat mungkin untuk diatasi bersama-sama

Kedua, kepribadian terolah, bagaimana sikap toleran itu sangat terbentuk. Saling menyesuaikan dari beragam latar belakang, sangat membantu. Contoh sikap tanggung jawab, kebersihan rumah dan sekolah ditanggung bareng-bareng, pembagian kerja yang sangat jelas dan terartir. Disiplin, waktu yang ada diatur dengan sangat ketat, tidak  banyak waktu luang yang terbuang percuma, semua telah ada gunanya, baik untuk istirahat, main, belajar, sekolah, ataupun demi kesehatan. Kepemipinan bisa dibina dengan sangat baik. Jangan heran kalau melahirkan kepemimpinan yang keren dan brwawasan luas. Terkontrol dengan baik semua hal.

Ketiga, selera humor yang tinggi, mengatasi kepribadian dengan baik menghasilkan pribadi yang mampu melahirkan humoris dalam banyak bidang. Salah satunya panggilan keakraban. Kebebasan mendasar yang membuat pribadi tersebut menjadi pribadi yang menyenangkan, banyak humor yang mengatakan idaman mertua, karena mandiri, bertanggugjawab, dan bisa mengatasi banyak hal.

Di balik itu tetap saja banyak catatan yang mendesak untuk dipikirkan, apalagi di luar seperti sekolah umum sebagaimana ide balon gubernur ini;

Siapa yang mengawasi atau pamong asrama atau pembinanya? Guru? Apa mau, bagaimana keluarganya sendiri? Jika hanya hidup bersama di sekitar sekolah, lha bagaimana pertanggungjawaban sebagai sekolah dan harus tetap saja ada pihak dewasa yang menjadi pamong. Polisi? Jelas tidak mungkin bukan kewenangan dan tugasnya. PolPP, jelas bukan pula. Jelas saja hal ini sama sekali bukan jalan yang baik.

Jelas saja siswa dan siswi terpaksa, tidak ada pilihan lain, dan tentu saja mau tidak mau, banyak yang terpaksa. Lha kalau begitu, banyak yang stres, dasar pendidikan saja tidak tercapai, yaitu membebaskan pribadi-pribadi di dalam menyiapkan masa depannya. Yang mau dengan suka rela saja bisa stres dan jatuh nilainya, apalagi yang terpaksa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun