Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kata-kata Sakti 7 Presiden Indonesia

20 Maret 2016   05:47 Diperbarui: 21 Maret 2016   03:28 1898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jargon yang paling sering dikeluarkan presiden pertama perempuan Indonesia ini. tiap pidato ada kata wong cilik-nya. Rakyat kebanyakan yang menjadi pemikirannya untuk bangsa ini. mau tidak mau tentu wong cilik itu lah yang ada di dunia mana pun. Pemilihan untuk berpihak pada rakyat kebanyakan. Usaha swasembada beras salah satunya. Persoalan adalah implementasi di lapangan kurang terasa, juga terbatasnya waktu beliau memimpin.

6. Presiden VI SBY: Prihatin

Apapun komentar Pak Beye presiden pertama pilihan langsung rakyat ini dalah prihatin. Ada teror bom, prihatin, gempa bumi prihatin, gunung meletus, prihatin. Merasa ikut hadir di tengah masyarakat. ada empati dan keterlibatan rasa di sana. Memang akhirnya menjadi candaan dan ledekan karena selalu saja itu yang dikatakan, namun tindak nyatanya kurang terasakan.

7.  Presiden VII Jokowi: Aku Rapapa

Kata-kata masa pra presiden sebenarnya, namun tetap kuat melekat pada presiden yang ketujuh ini. Kesederhanaan yang tercermin dari tangkisan ketika ada kampanye hitam, aku rapapa, saya tidak apa-apa. Tidak membalas atau melawan, ungkapan yang sangat biasa, membuat keadaan tidak makin panas tentunya. Kekerasan tidak dibalas dengan cara yang sama, namun menghentikannya dengan menerima keadaan itu sebagai hal yang biasa saja. Tidak membesar-besarkan keadaan.

Kebiasaan-kebiasaan kecil pemimpin negeri ini yang layak untuk diingat, bahwa mereka sebagai manusia yang memiliki kesukaan pula, meskipun petinggi negeri ini. siapa tahu bisa menjadi sumber inspirasi di dalam menjawab persoalan. Mau peduli, atau mau menyakiti, atau mau empati, atau mau hadir, semua ada. Menyemangati namun bisa pula menyakiti, he....he.... 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun