Salah Tangkap atau Kesombongan Institusi?
Semalam ada “pengamanan” petugas KPK yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Pihak kepolisian berdalih sedang meningkatkan keamanan berkaitan dengan terorisme. Sangat bisa dipahami kedua kelompok penegak hukum negara ini memang sering “selip” dalam banyak kasus.
Menarik adalah apakah hal ini bukan bentuk kecerobohan, kenaifan, atau kelucuan yang terjadi? Bagaimana sesama penegak hukum bisa saling “mengamankan” kalau tidak boleh mengatakan tangkap, meskipun esensinya sama saja.
Lucu
Pengawasan sebagaiman KPK katakan, merupakan dunia intelijen. Di sana banyak bahasa simbol, tanda, signal yang akan dimengerti oleh lembaga lain tentunya. Kalau kejadian seperti ini sangat wajar ketika ada kecurigaan adanya pesanan, model pembiaran, terlambat, dan salah penanganan di sana-sini.
Aneh
Apa tidak ada kode atau simbol-simbol tertentu yang bisa dimengerti di antara mereka sendiri. Jika tidak, aneh masak bisa kalah dengan mafia, copet jalanan, dan pengedar narkoba, bahkan koruptor yang memiliki bahasa andi kog, sesama penegak hukum tidak punya.
Arogansi lembaga
Semoga ini hanya kebetulan dan salah paham, bukan paham salah, karena bebarengan dengan presiden dan dewan sepakat untuk “menunda” revisi UU KPK. Karena ada pula khabar adanya narkoba di mobil petugas KPK, meskipun dibantah. Jika benar, ada, kemudian petugas KPK bersih darah dan urin bisa diperiksa, biasa kasus lama yang dibuat-buat makin kuat. Sebenarnya ini jangan dengan cepat dibantah dan dikatakn tidak, patut ditelusuri benar tidak ada narkoba. Jika tidak ada ya sudah, jika ada, benar milik mereka, atau bukan.
Kembali siapan yang paling berkepentingan kemahnya KPK? Jelas saja pejabat negara, dalam hal ini dewan, kepolisian, kejaksaan, dan sejenisnya, bukan masyarakat. rekam jejak selama ini bagaimana? Cicak buaya berjilid-jilid. Penanganan yang di bawah meja hanya menyelesaikan seolah-olah selesai, namun keadaan sebenarnya belum sepenuhnya usai. Menimbun bara saja. Dan dengan mudah bisa membara lagi.
Teroris?