Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Film] Surat dari Praha, Ada Luka yang Masih Tergiang dalam Sewindu Pak Harto Berpulang

30 Januari 2016   19:35 Diperbarui: 30 Januari 2016   20:25 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sewindu sudah perjalanan menuju Sang Khalik Pak Harto, setelah sekian lama sakit dan tidak berdaya, usai 32 tahun memerintah negeri. Suka duka, nestapa, prestasi, dan tidak lupa tragedi tersaji. Entah mengapa Film Surat dari Praha juga ditayangkan bertepatan dengan momen ini.

Film yang menyajikan salah satu kasus asmara yang terhalang rezim kala itu. Perjalanan panjang dan jauh harus dilakoni para tokoh di dalamnya. Beberapa hal menarik yang patut untuk dilihat

· Kekejaman

Meskipun tidak ada kekerasan fisik, namun kekejaman non verbal sangat kerasa. Bagaimana tampilan wajah yang tidak ada ramah, senyum, dan tutur kata lembut, selain hanya beberapa adegan yang sangat humanis, tangis haru dan sedih, sedang kematian malah ditingkahi surat wasiat yang menjadi pokok sepanjang film. Ini hanya ekses dari kejamnya rezim yang tidak hendak mau meneruskan perjuangan dan garis pembangunan terdahulu.

· Kesepian

Bisa dibayangkan sekian puluh tahun terombang-ambing tidak ada kemampuan untuk sedikit saja mengabarkan keadaan, dibahasakan dengan dialgog, “Ibumu tidak mungkin aku hancurkan karena ada ikatan asmara dengan tapol, itu namanya tidak bersih lingkungan.” Hanya bekawan dengan anjing dan menghibur diri dengan alat musik yang mampu memberinya banyak kenangan yang terenggut itu bisa terjalin.

· Luka batin

o   Korban rezim

Sarjana nuklir, calon kebanggaan bangsa harus menjadi pesuruh. Bakat, kepandaian, kecerdasan, dan asmara yang bergelora itu hilang, dan musnah. Itu yang membuat si tokoh utama tampil, keras, kaku, tidak peduli, dan asyik dengan dunianya sendiri. Ini hanya gambaran yang mewakili jutaan kasus yang sama, kalau bukan pelaku, juga anak dan ironis sunggh ironis, cucu yang kadang tidak tahu lagi apa itu orde berebut kala itu.

o Pasangan

Pacar yang ditinggalkan, ternyata menyimpan luka itu yang berimbas ke anak dan pasangan yang ia nikahi. Bagaimana menjadi anak yang harus terlepas dari kasih seorang ibu yang asyik dengan penantian dan datangnya surat yang sama sekali sudah bukan lagi bisa ia miliki.

o Anak/keluarga

Keluarga berjuta keluarga lain yang terkoyak dengan peristiwa itu. Gambaran satu dua tokoh film ini, namun lebih banyak lagi. Orang yang menangis karena gagal menjadi perwira setelah sekian tahun dalam pendidikan, hanya karena nenek moyangnya tidak bersih lingkungan. Ini nyata, bukan film dan jutaan kisah ada di tengah-tengah kita.

o Pernikahan

Pernikahan yang dijalin di dalam luka yang tertoreh, wajar ketika melahirkan luka baru bagi keturunannya. Pelarian akan yang didamba menghasilkan luka pihak lain. Gambaran yang memedihkan tentunya. Hanya gegara egoisme segelintir elt demi nama dan kebanggaan diri.

 

· Terenggut:

Mahal harga yang harus dibayarkan. Terenggut dari keluarga, masa depan, cinta asmara, dan semua-muanya. Gambaran pedih, ketika ia mengucap, bapak Seda, Ibu seda....untuk menggambarkan betapa tembok tinggi itu harus membatasi interaksi dengan orang paling dekat sekalipun.

o Cinta asmara

Asmara yang paling dekat dengan kekasihnya pun harus ia relakan, bahkan hanya dengan selembar surat sekalipun. Saling menanti dengan ketidakpastian.

o Masa depan

Masa depan jelas hilang karena bukan siapa-siapa di negeri yang berbelas kasih untuk menampungnya. Sarjana nuklir yang akan menjadi pioner bangsanya malah menjadi pesuruh di sebuah gedung teater, yang makin menenggelamkan perasaan ternggutnya itu.

o Warga negara

Kekejian yang tidak terperi ketika ia dihilangkan kewarganegaraannya, ditolak oleh ibu pertiwinya sendiri, demi hasrat kekuasaan dan kursi empuk pemimpin negeri. Potensi yang menggelegak itu harus pupus begitu saja.

Pelajaran yang patut dipetik

· Keberanian

Berani memutuskan dan memilih pilihan pelik antara idealisme atau keselamatan nyawa dan masa depan. Tentu bahwa itu harus dibayar mahal dan itu harga yang telah mereka pilih. Sejarah bisa berubah, dan waktu yang akan membuktikan. Hidup di tanah barantah yang memberinya kekuatan karena adanya penerimaan.

· Ketegaran

Sikap dalam memilih dan bertahan dengan pilihan itu perlu ketegaran. Kehilangan semua hal di depan mata, bukan hal yang mudah, namun kaya akan berkat bagi kehidupannya.

· Pilihan

o Politik

Konsekuensi bahwa kalah adalah habis dalam model politikus bangsa ini, membawa korban yang tidak sedikit. Itu adalah fakta. Dan ada di antara kita. Belum lagi label yang dipakai sebagai jimat dan andalan kala itu. (sekarang pun masih dicoba dan lumayan sakti).

o Idealisme

Memilih idealis atau pragmatis itu sebuah pilihan dan berani dengan risiko yang ada. Idealis belum tentu memberikan banyak, namun kepuasan batin dan jiwa lebih memerdekakan.

Film selain sebagai sarana hiburan namun bisa pula penyampai pesan yang mendalam dan bisa sampai lama. Sejarah pun bisa dikemas ulang dengan tuturan kekinian yang telah lepas dari kepentingan dan cara pandang baru.

Sewindu perjalanan Bapak Pembangunan, tentu tidak bisa dilepaskan dari seluruh jasa dan tidak pula lepas dari apa yang telah ia pilih sehingga menjadi petaka bagi pihak yang berseberangan.

Salam Damai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun