Mas Dwiyayanto, kita buktikan siapa yang salah dan siapa yang benar. Siapa yang profesional dan siapa yang preman. Anda harus ingat bahwa kekuasaan itu tidak akan langgeng. Saya masuk ke politik salah satu tujuannya memberantas oknum penegak hukum yang semena-mena, yang transaksional dan abuse of power. Catat kata-kata saya di sini, saya pasti jadi pimpinan di sini. Di situlah saatnya Indonesia akan dibuktikan," tutur Prasetyo, membacakan pesan singkat tersebut.
Kompas.Com
Pesan singkat yang dibacakan jagung di depan dewan yang sedang mengulitinya. Entah apa maksudnya jagung mengeluarkan sebuah pesan “ancaman” ini. Hal tersebut sangat biasa bagi pejabat jagung yang tentu saja strategis dalam berhadapan dengan bandit-bandit negara. Berbeda dengan polisi di polsek yang akan berhadapan dengan paling banter maling sapi, kalau ini maling berdasi yang ngopi di lobi hotel tingkat tinggi, berbeda apa yang di hadapi.
Apa yang bisa terbaca?
· Arogansi dari pengirim, entah kepada siapa dan siapa, namun yang jelas adalah arogannya, bahkan mendahului Tuhan. Merasa pasti sudah jadi pemimpin. Kita bisa melihat demokrasi kita makin dewasa dan bijaksana. Klaim bahwa ia akan menjadi pemimpin, tentu sangat hebat dia. Bagaimana Amin Rais, Wiranto, Jusuf Kalla, sebagian kecil yang berulang kali mengadu di arena demokrasipun gagal. Sedang pengirim ini, memannya telah memberikan kontribusi apa bagi bangsa ini?
· Jika ini benar, jagung mengapa mengeluarkan di depan dewan, mengancam kembali bahwa apa yang di hadapi itu jauh lebih “menakutkan” daripada apa yang dewan lakukan. Dewan mengeluh dan meminta apa-apa. tidak mau tahu kesulitan lembaga lain, main panggil dan merasa diri paling susah dan paling menderita padahal pengangguran terselubung.
· Fakta bahwa negara ini hidup di tengah tekanan dan saling pegang kartu rahasia, sehingga bisa main tekan dan intimidasi. Ironis ketika itu dilakukan oleh pihak swasta ke lembaga negara. Apa yang ada di rekaman papa minta saham ada salah satu bukti lagi bahwa ada “pihak” yang bisa mengarahkan pemerintahan. Orang ini bisa memindahkan bidak seperti bermain catur saja adahal ini adalah negara.
· Baguslah ide, si pengirim ini, yang dulunya bukan politikus, beralih peran menjadi politikus untuk perbaikan negeri. Ide yang sangat idealis di dalam kondisi bangsa dan negara ini. Jika memiliki energi yang cukup besar untuk pembangunan negeri ini tentu sangat patut diapresiasi. Memangnya tidak salah masuk pada bidang ini, bukannya malah menghancurkan diri?
· Budaya transaksional justru paling besar terjadi di bidang politik. Semua bisa diatur dan dimainkan termasuk hukum. Jadi ide aneh bin ajaib sebenarnya pengirim pesan ini. Belum tahu dengan baik peta permasalahan di Indonesia. Atau malah mu menambah ruwet perpolitikannya?
· Berandai-andai, kalau ini, salah satu pendiri parpol baru, bos besar media, yang mengirim dan sedang berkasus dengan kejagung, bisa dimaknai sebagai pembunuhan karakter. Jika tidak ada, dan pembuktian tentu sangat mudah. Ada Mantan Menteri ahli IT, Roy Suryo, Mantan Menteri ahli pornografi Tifatul Sembiring, yang tentu akan dengan suka cita membantu membuktikan kalau memang tidak ada. Jagung bisa masuk bui.
§ Jika bukan, dan memang benar adanya pesan itu, jagung harus membuka identitas pengirim tersebut agar masyarakat tidak curiga dan bertanya-tanya, siapa warga negara yang bisa berbuat seperti itu. Kepada pejabat saja berani seperti itu, apalagi kalau orang kecil.