Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Adakah Agenda Terselubung PKS Mengekor Partai Nasionalis?

30 September 2015   09:39 Diperbarui: 30 September 2015   10:28 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara PKS sulit dilepaskan dari sikap curiga karena pembawaannya yang sering main dua kaki. Di daerah Islam tidak kuat mereka membuka bagi kesempatan bagi penduduk atau masyarakat yang kuat di sana, seperti Bali, NTT, dan beberapa kabupaten lain. Bukan hanya sekali model ini mereka terapkan, namun berkali-kali, namun dalam artikel ini hanya hendak menyorot sepak terjangnya berkaitan dengan Demokrat, Gerindra, dan Nasdem yang masih sangat dini.

Demokrat.

Dua periode parpol baru yang gagap memimpin memerlukan banyak teman, dan PKS merupakan sekut paling getol dalam mendukung. Meskipun nasionalisme Demokrat tidak begitu jelas dan pasti, namun sangat penting bagi PKS yang mendempel kekuasaan. Perjalanan waktu memberikan bukti jauh dari apa yang mereka katakan. Duri dalam daging bahkan telah menjadi bisul di pantat bagi Demokrat. Berkali-kali mereka berseberangan dengan frontal terhadap kebijakan Demokrat, dan aneh bin ajaib malah bergadeng mesra dengan PDI-P. Soal BBM, soal Century, dan bebeberapa kali mengenai hal yang menjanjikan bagi kepentingan mereka. Kontribusi buruk bagi Demokrat selain menambah galau Pak Beye. Demokrat kelihatan gagal dalam memimpin koalisi pemerintah dan jelas sulit mengembalikan nama buruk yang dilakukan oleh pihak lain tanpa mereka sadari.

Gerindra

Anak baru yang sangat menjanjikan bagi PKS. PKS langsung menjadi pendukung pertama dan utama, terutama selama pilpres. Komentar dan cara kampanye terutama oleh Fahri Hamzah justru menghancurkan KMP. Kemengana KIH sangat ditentukan blunder PKS dengan corong cybernya yang berkampanye buruk. Pernyataan yang maaf bodoh dan kekanak-kanakan sangat memberati Prabowo dan fatalnya disambar dengan baik oleh Fadli Zon yang tidak tahu atau tidak sadar telah masuk perangkap pada permainan kacau PKS. Hingga hari ini kelihatan mereka tidak peduli akan kebersamaan dengan Gerindra. Agenda untuk merusak Gerindra telah sukses dengan gilang gemilang.

Nasdem

Peristiwa yang masih sangat dini karena baru awal ketika persidangan OCK dengan GPN menyebut ada pertemuan dengan Pak Paloh. Tidak heran kalau OCK terkesan hendak memutus tidak sampai ke partai, namun apa lacur telah keluar pernyataan ada pertemuan dengan petinggi Nasdem.

Mengapa Nasionalis?

Mereka sangat tidak suka akan nasionalisme. Apapun diusahakan agar partai nasionalis tidak berkembang menjadi besar, kalau tidak mungkin mereka akan merusaknya dari dalam. sudah jelas dialami Demokrat dan Gerindra, serta Nasdem mengantre untuk diremuk.

Golkar. Menarik mengapa mereka tidak merusak Golkar. Pertama Golkar partai kawakan yang telah makan asam garam sulit bagi mereka yang anak kemarin sore untuk main-main dengan Golkar. Tidak heran mereka malah bersekutu erat dalam berbagai isu strategis. Kedua, Golkar yang banyak faksi tentu ada celah untuk hancur dan mereka menunggu waktu yang tepayt untuk ikut bermain di sana.

PDI-P. Mereka kesulita masuk pada Megawati. PDI-P adalah Megawati, ketika tidak bisa masuk ke sana, lebih baik main aman dengan menempel ketat ketika ada keputusan strategis. Kedua PDI-P paska Megawati juga sangat riskan, mereka menunggu saat itu. Target jangka panjang jelas Golkar dan PDI-P. Tiga partai yang belum benar-benar solid ini mereka mainkan dan bisa menghasilkan hasil yang baik bagi mereka.

Partai Agama. Mereka tahu dengan pasti bahwa partai berbasis agama tidak akan bertahan lama, apalagi kefasihan memanfaatkan ayat-ayat suci bagi mereka jelas “terlihat” lebih fasih meskipun kadang tidak pada tempatnya. Citra yang dibangun sebagai partai dakwah intelek telah merebut banyak simpati dan mereka percaya diri bahwa partai agama tidak akan menjadi ganjalan berarti bagi mereka.

Asumsi melihat sepak terjang mereka, bisa salah namun bisa juga benar. Seandainya salah dan hanya kebetulan, lebih baik bagi negara, namun bila itu benar, bagaimana negara dikelola demi kepentingan sendiri yang menggunakan segala cara, yang penting aku dan kelompokku?

 

Salam Damai

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun