Rekan saya selain menjadi OB untuk menambah uang jajan anaknya menjadi pengojek.
Keamanan kota itu memang sangat memprihatinkan kala itu, laporan polisi sangat mudah untuk memeras orang lain.
Sautu hari, ia diminta mengantar seorang perempuan. Tujuan dikatakan, dan tawar menawar beaya disepakati, motorpun meluncur ke jalanan menuju tempat tujuan.
Ada pos polisi perempuan penumpang ini berteriak-teriak minta tolong. Polisi sigap menghentikan kendaran pengojeg rekan saya ini.
Sandiwara dimulai, menangis dan mengaku bahwa perempuan itu korban percobaan perkosaan. Minta kerugian dari pengojeg.
Polisi mulai menyelidiki dengan teliti, benar tidak ada kejadian percobaan perkosaan.
Rekan saya menjawab dengan sepele dan ringan saja, “Mana aku mau merkosa dia, istriku saja jauh lebih cantik, napa aku harus perkosa kau?” katanya dengan ringan.
Saksi tidak ada, perempuan itu pun kaget dengan jawaban pengojeg itu, dan tidak lagi punya cara untuk membuktikan percobaan perkosaan itu. Jawaban yang sama sekali tidak disangka membuat perempuan itu tidak bisa lagi mengatakan apapun.
Polisi pun akhirnya membebaskan begitu saja.
Gara-gara kalah cantik pemerasan pun batal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H