Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Sudahkah Kita Ramah Wisata?

12 Mei 2015   08:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:08 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Pemerintah sering menargetkan sekian juta wisatawan, kemudian mengambil perbandingan dari negara jiran, seperti Malaysia dan Singapura. Kawasan mereka lebih kecil, namun mampu menampung jauh lebih banyak wisatawan daripada Indonesia. Tujuan wisata sebenarnya sangat tidak berbanding jauhnya dengan Indonesia, makanan, budaya, tempat, dan aneka pilihan berkunjung bisa ditemui di Indonesia. Tidak heran  Malaysia karena tidak memilikinya, mengambil begitu saja apa yang Indoneisa miliki.

Sudahkah kita memberikan keramahan yang semestinya bagi wisatawan?

1.Aneka tiket dan retribusi

Tiket dan pembayaran yang banyak, tiket masuk, parkir kendaaraan, belum lagi kalau harus ke WC umum, masih harus bayar. Perlu pemikiran penyederhanaan sistem pembayaran sehingga tidak terlalu banyak pengeluaran yang tidak berguna. Salah satunya adalah WC umum sebagai sarana umum, tidak perlu membayar. Parkir kendaraan yang mahal sedangkan tidak ada fasilitas, keamanan, pengatur, dan kadang jauh, jelek lagi.

2.Penjual/asongan yang memaksa

Penjual biasanya memang masyarakat setempat bisa dibina agar sopan, bahkan menjadi pioner untuk promosi, bukan dibiarkan yang kadang mengganggu. Memang sudah banyak kawasan yang melarang mereka berjaualan, namun ini juga tidak bijak ketika masyarakat sekitar hanya menjadi penonton kemewahan yang ada di depan matanya sendiri.

3.Sampah yang dominan daripada keindahan

Hampir semua tempat banyak seklai sampah, sampah di darat, dari bekas bungkus dari pengunjung, sampah udara di mana banyaknya iklan yang tidak tertata dengan baik, apalagi kalau itu pantai, tidak perlu disebut lagi, kekotorannya.

4.Minim petugas

Petugas sangat penting baik untuk membantu memberikan penjelasan, pengamanan, pengawasan. Sering ada petugas minta bayar lagi. Petugas resmi yang tidak memungut upeti menjadi bagian penting pariwisata modern tentunya.

5.Minim fasilitas modern

Internet seolah telah menjadi dewa manusia modern, berlibur dan berbagi tentu menjadi satu kesatuan manusia zaman ini, saluran internet mendedak untuk mempromosikan wisata secara langsung, melalui media sosial oleh para pelancong.

6.Persaingan usaha yang perlu pembinaan

Soal warung makan yang menaikan harga dengan semena-mena, menu basi, dan pemaksaan, serta rendahnya keramahan. Pembinaan penting bagi peningkatan  daya saing dan meningkatkan pendapatan tanpa merugikan. Demikian juga harga-harga kerjainan khas yang dijual, bukan harga asal saja, namun harga bersaing, alangkah lebih baik ada keseragaman harga dengan barang yang sama.

Perbaikan demi perbaikan tentu akan membawa wisata Indonesia menjadi tujuan utama, bukan untuk narkobanya saja.

Salam Damai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun