Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Dukung Pusat Kebugaran DPR-RI

27 April 2015   10:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:39 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ide briliant lagi-lagi lahir dari gedung kura-kura Senayan. Membangun museum, pusat riset, gedung baru untuk staff ahli, bahkan ada juga spa, pusat kebugaran, dan kolam renang.

Museum.

Kemendesakan apa dengan membuat museum bagi mereka yang tidak perlu adanya pengenangan. Apa sih yang mau dikenang dari DPR, apalagi hari-hari ini? Selain mempermalukan diri sendiri dan negara, mulai dari nonton bokep periode dulu, berebut kursi pimpinan dan kelengkapannya, bahkan menyembunyikan palu, perilaku kanak-kanak yang memalukan, belum lagi banyak yang tidur dan bolos, merokok di gedung ber AC lagi, korupsi yang masih menggurita di dalam mereka sendiri.

Museum tempat untuk melihat jejak masa lalu, jejak bahwa berebut ketua, lempar botol karena ketuanya tidak smart dan bijak dalam memimpin? Prestasi mana coba yang mebanggakan? UU selalu saja pemerintah yang mengajukan dan mereka tinggal stempel, memang lembaga stempel?

Museum tidak diperlukan agar mereka dikenang dengan beberapa hal berikut:

·Penyederhanaaan parpol dan ambang batas suara yang tinggi

Ambang batas suara yang boleh ikut pemilu tinggi, akan membuat suasana politik lebih tenang. Parpol sebanyak 3 jauh lebih baik dan kondusif, perebutan kekuasaan bisa diminimalisir. Pendirian parpol juga diseleksi dengan baik terutama mengenai ideologi, kalau masih saja seperti ini, tidak akan pernah bisa bekerja dengan baik. Anggota dewan menjadi murah dan bukan cari kerja.

·Hukuman mati bagi koruptor.

Berani tidak mengusulkan adanya hukuman mati bagi koruptor, pasti tidak berani karena mereka sendiri yang akan merasakan, sedang rakyat tidak akan takut karena tidak akan mencicipi hukuman itu. Terapkan efek jera yang sangat, bukan hanya wacana dan malah membela.

·Melepas pemilihan KPK, Kapolri dll.

Berani tidak, sama sekali tidak ikut campur dalam pemilihan-pemilihan pejabat tinggi negara lain. Saringan kotor mosok mau menghasilkan produk bersih. Kapolri, KPK, BPK, dan lain-lain, kotor karena kontaminasi legeslatif.

·Membangun sistem presidensial yang benar

Pilih sistem yang dijalankan bukan hanya wacana. Presidensial kog ada koalisi dan ada penjatuhan presiden. Presiden selalu dihalangi oleh kepentingan dewan. Kalau mau parlementer ya parlementer, tapi mampu tidak?

·UU pembuktian terbalik

Sangat mendesak, ini berkaitan juga denga hukuman mati. Persoalan korupsi akan sulit selesai kalau pembuktian terbalik tidak segera dibuat dan diterapkan. Kekayaan darimana hasilnya, kalau memang bersih tentu tidak akan takut dan khawatir.

·UU pemilu yang memberi kesempatan presiden independen

Presiden independen sebagaimana walikota/bupati dan gubernur. Presiden non partisan, dengan sistem presidensial, dewan yang sehat tentu negara akan maju. Belum tentu parpol iu menghasilkan pemimpin berkualitas, namun belum tentu juga orang parpol tidak berkualitas. Agar ada kesempatan yang sama, biarkan kader terbaik bangsa maju, tanpa melalui parpol, asal dewan dan parpol juga sehat.

·DPR benar-benar wakli rakyat bukan mewakili kesejahteraannya saja.

DPR mewaliki kesejahteraan dan fasilitas, sedang keprihatinan nol besar. Coba dewan itu benar-benar wakil rakyat dan bukan wakil parpol atau cari kerja, tentu bangsa ini jauh lebih maju.

·Hasil UU yang relefan dan signifikan serta  bermanfaat bukan untuk diri dan kelompok, daftar hadir dan hadir bukan hanya dalam daftarnya saja.

Hal-hal itu terjadi tidak perlu museum, rakyat akan mencatat dengan tinta emas dalam hati sejarah bangsa Indonesia. Museumnya abadi dan nama harum semerbak.

Pusat kebugaran, spa, dan kolam renang.

Layak dipertimbangkan untuk segera dilakukan agar mereka segar dan tidak ngantuk, memelototi film porno, atau berciuman di lift, otaknya biar fresh sehingga menghasilkan produk berguna. Energi digunakan untuk bangsa dan negara bukan berkelahi sendiri. Energi banyak yang tidak disalurkan akan menghasilkan perbuatan negatif, sama dengan remaja yang tawuran dan menonton BF dan sejenisnya.

Salam Damai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun