Bahasa Latin, banyak sekali hafalan, guru Bahasa Latin menghendaki kalau muridnya itu menguasai dengan baik, bangun tidur, dan diminta untuk menyebutkan, langsung bisa mengatakan dengan lancar. Maksudnya ialah bahwa telah di luar kepala tanpa lagi memikirkannya, semua sudah mengalir, seolah mendarah daging. Dasar negara Pancasila, beberapa dekade tentu bisa demikian, anak-anak kecil lancar baik menyanyi ataupun menghafal sila-sila Pancasila.
Hari ini, Pancasila justru bergeser menjadi korupsi. Dari warung kopi, kedai nasi kucing, hingga cafe ber-hot spot pembicaraan atau tindakan korupsi menjadi menu yang siap saji. Lapisan masyarakat mana yang tidak membicarakan, juga melakukan korupsi dengan berbagai tingkat dan levelnya tentunya
Pejabat
Hampir bisa dipastikan media baik cetak atau elektronik ada khabar mengenai pejabat dan korupsi, baik persidangan, penangkapan, pencegahan, atau apapun dengan tema dasar korupsi.
Dewan
Setali tiga uang, bahasa abg, sebelas dua belas dengan pejabat dan korupsi, seakrab itu pula dewan dengan korupsi. Contoh banyak banget bisa disajikan, dan itu tidak perlu lagi.
Guru
Profesi juga, hanya sebagai wakil profesi formal saja, korupsi waktu dengan berbagai cara, datang terlambat pulang cepat, main hp dan media sosial saat jam kerja, menggunakan pulsa internet kantor untuk kepentingan pribadi tidak berkaitan dengan profesinya.
Mandor di terminal
Jangan ditanya mereka tidak kenal suap dan memainkan kekuasaan. Mengatur perjalanan bis, waktu interval antara bis bisa dimainkan asal ada uang. Kru yang tidak bekerjasama dalam arti tidak berbagi rezeki atau memberi upeti jangan harap bisa mendapatkan penumpang yang cukup.
Kasir
Sering menjadi bahan di K, soal uang kembalian berupa permen, ada pula jumlah belanjaan tidak sama dengan yang hars dibayar, jangan heran tidak makan tempe di struk pembayaran ada tempe, atau membeli sabun satu, tertulis dua. Memang banyak yang tidak sengaja, namun ada pula yang sengaja dan ketika ada komplain sama sekali tidak kaget dan tanpa meminta maaf dengan segera memperbaiki.
Bapak
Diminta uang jajan tidak punya namun mampu membeli rokok. Saat bajunya mau dicuci, ada uang di saku, padahal istrinya merengek minta uang tambahan, bukan uang yang diberikan, namun bentakan.
Ibu
Tidak bisa memasak, mau beli mahal, mudah dengan bumbu masak yang berlebihan. Anaknya diminta di rumah dan tidak usah ikut belanja agar ibunya puas memilih-milih baju, sepatu, tas untuknya, anak dan suami, tidak lagi diingat.
Pasar...nyicip buah
Kondektur, sopir angkot/taksi/becak......
Model tidak ada kembalian, pura-pura kembaliannya belum ada dan ditulis di balik karcis, kalau lupa lumayan, saya menemukan beberapa model kondektur yang model begini, tidak mengumumkan uang kembalian yang belum ada, atau ketika penumpang hendak turun baru diberi kembalian, bisa saja kurang atau kelupaan.
Petugas parkir
Beda antara karcis dan yang harus dibayarkan. Bentuk lain karcis tanpa ditulisi, sehingga masih bisa dipakai lagi, karena karcis kan dikembalikan.
Anak sekolah
Minta uang praktek atau uang photocopy, padahal untuk jajan. Sudah menggejala pula membeli pekerjaan rumah temannya. Untuk nyontek membayar, beda lagi mahasiswa banyak banget modelnya.
Korup pada dasarnya memiliki arti ko.rup a 1 buruk rusak busuk 2 suka memakai barang(u ang)
yg dipercayakan kepadanya; dapat disogok. Dengan arti demikian, apa yang kita lakukan sehari-hari sebenarnya membiarkan korupsi merajalela. Setiap saat kita menyaksikan korup dalam arti yang sempit, kecil-kecilan dan diam saja, tidak heran ketika melakukan yang megaproyek telah kebal dan tidak merasa.
Pancasila sebagai dasar negara telah terlupakan. Kita menginternalisasi korupsi daripada Pancasila rupanya.
Salam Damai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H