Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Korupsi Telah menjadi Falsafah Bangsa

15 April 2015   09:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:05 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa Latin, banyak sekali hafalan, guru Bahasa Latin menghendaki kalau muridnya itu menguasai dengan baik, bangun tidur, dan diminta untuk menyebutkan, langsung bisa mengatakan dengan lancar. Maksudnya ialah bahwa telah di luar kepala tanpa lagi memikirkannya, semua sudah mengalir, seolah mendarah daging. Dasar negara Pancasila, beberapa dekade tentu bisa demikian, anak-anak kecil lancar baik menyanyi ataupun  menghafal sila-sila Pancasila.

Hari ini, Pancasila justru bergeser menjadi korupsi. Dari warung kopi, kedai nasi kucing, hingga cafe ber-hot spot­ pembicaraan atau tindakan korupsi menjadi menu yang siap saji. Lapisan masyarakat mana yang tidak membicarakan, juga melakukan korupsi dengan berbagai tingkat dan levelnya tentunya

Pejabat

Hampir bisa dipastikan media baik cetak atau elektronik ada khabar mengenai pejabat dan korupsi, baik persidangan, penangkapan, pencegahan, atau apapun dengan tema dasar korupsi.

Dewan

Setali tiga uang, bahasa abg, sebelas dua belas dengan pejabat dan korupsi, seakrab itu pula dewan dengan korupsi. Contoh banyak banget bisa disajikan, dan itu tidak perlu lagi.

Guru

Profesi juga, hanya sebagai wakil profesi formal saja, korupsi waktu dengan berbagai cara, datang terlambat pulang cepat, main hp dan media sosial saat jam kerja, menggunakan pulsa internet kantor untuk kepentingan pribadi tidak berkaitan dengan profesinya.

Mandor di terminal

Jangan ditanya mereka tidak kenal suap dan memainkan kekuasaan. Mengatur perjalanan bis, waktu interval antara bis bisa dimainkan asal ada uang. Kru yang tidak bekerjasama dalam arti tidak berbagi rezeki atau memberi upeti jangan harap bisa mendapatkan penumpang yang cukup.

Kasir

Sering menjadi bahan di K, soal uang kembalian berupa permen, ada pula jumlah belanjaan tidak sama dengan yang hars dibayar, jangan heran tidak makan tempe di struk pembayaran ada tempe, atau membeli sabun satu, tertulis dua. Memang banyak yang tidak sengaja, namun ada pula yang sengaja dan ketika ada komplain sama sekali tidak kaget dan tanpa meminta maaf dengan segera memperbaiki.

Bapak

Diminta uang jajan tidak punya namun mampu membeli rokok. Saat bajunya mau dicuci, ada uang di saku, padahal istrinya merengek minta uang tambahan, bukan uang yang diberikan, namun bentakan.

Ibu

Tidak bisa memasak, mau beli mahal, mudah dengan bumbu masak yang berlebihan. Anaknya diminta di rumah dan tidak usah ikut belanja agar ibunya puas memilih-milih baju, sepatu, tas untuknya, anak dan suami, tidak lagi diingat.

Pasar...nyicip buah

Kondektur, sopir angkot/taksi/becak......

Model tidak ada kembalian, pura-pura kembaliannya belum ada dan ditulis di balik karcis, kalau lupa lumayan, saya menemukan beberapa model kondektur yang model begini, tidak mengumumkan uang kembalian yang belum ada, atau ketika penumpang hendak turun baru diberi kembalian, bisa saja kurang atau kelupaan.

Petugas parkir

Beda antara karcis dan yang harus dibayarkan. Bentuk lain karcis tanpa ditulisi, sehingga masih bisa dipakai lagi, karena karcis kan dikembalikan.

Anak sekolah

Minta uang praktek atau uang photocopy, padahal untuk jajan. Sudah menggejala pula membeli pekerjaan rumah temannya. Untuk nyontek membayar, beda lagi mahasiswa banyak banget modelnya.

Korup pada dasarnya memiliki arti ko.rup a 1 buruk rusak busuk 2 suka memakai barang(u ang)

yg dipercayakan kepadanya; dapat disogok. Dengan arti demikian, apa yang kita lakukan sehari-hari sebenarnya membiarkan korupsi merajalela. Setiap saat kita menyaksikan korup dalam arti yang sempit, kecil-kecilan dan diam saja, tidak heran ketika melakukan yang megaproyek telah kebal dan tidak merasa.

Pancasila sebagai dasar negara telah terlupakan. Kita menginternalisasi korupsi daripada Pancasila rupanya.

Salam Damai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun