Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Parpol, antara Kantor dan Ideologi

14 April 2015   20:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:06 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kinerja parpol belum membaik, beberapa tokoh masih lahir bukan karena parpol namun bakat lahir. Apa bukti parpol belum membaik? Kader-kader polpuler saat ini, bukan lebih banyak yang bukan lahir dari parpol, sedang banyak yang lahir dari parpol bukan tokoh negarawan. Tidak heran banyak kecurigaan, yang berpuncak pada dikotomi yang kuat mengenai orang parpol dan profesional.

Politik sebagai seni sering terdegradasi pada kekuasaan semata, sedang seninya lepas entah ke mana, yang penting kuasa. Tidak heran ketika lebih banyaj intrik demi intrik. Perpecahan demi perpecahan, perselisihan, suksesi yang hampir tidak pernah sukses, kekecewaan yang melahirkan parpol baru, dan perselisihan soal jabatan politik dan jabatan publik.

Kantor

Kantor saja menjadi persoalan. Tentu masih ingat bagaimana PDI-P lahir dengan didahului pecahnya perebutan kantor yang dikenal dengan KUDATULI. Masa lalu yang masih membawa imbas, meskipun induknya telah layu dan menjadi bagian sejarah. Perebutan kantor sebagai simbol sebuah partai, di mana seluruh aktivitas partai harusnya digodok. Beberapa waktu lalu Golkar juga berselisih, meski tidak sebesar PDI dahulu, namun kekerasan sempat muncul, hingga pada perebutan ruang fraksi di dewan. Hari-hari ini, PAN juga, memang bukan perebutan, namun penarikan kembali. Menarik adalah kantor saja tidak punya, atau harus bertikai untuk memperoleh tempat untuk memproduksi apapun mengenai partai, kaderisasi, sistem, pendidikan, loby-loby, dan banyak hal yang seharusnya ada di sana.

Rumah tentu menyenangkan, mengkrasankan dan menjadi kerinduan untuk melepas penat ketika capek, letih, tempat berbagi dan menimba kekuatan ketika menghadapi persoalan. Saling menguatkan, becanda riang gembira dalam suka dan saling meneguhkan dikala duka tentunya.

Ideologi.

Ideologi, sebuah spirit, roh, atau penyemangat yang menjadi pemersatu, jiwa, dan etos perjuangan sebuah partai. Ideologi adalah home, kantor adalah house. Apa yang menjadi perjuangan partai ialah ideologi. Kesamaan ideologi atau semangatlah yang menyatukan para “pegawai” atau anggota sebuah partai politik. Ideologi yang terinternalisasi tidak akan mudah luntur dan goyah karena tawaran jabatan, kuasa, uang, dan keinginan sesaat. Militansi positif akan tercipta, siap mati demi ideologi partai, bukan pada sosok atau kultus individu. Tokoh karismatis bisa saja lahir dari ideologi yang benar, namun tidak akan menjadikannya sama dengan ideologi itu sendiri. Ideologi tentu lebih besar dari tokoh yang mencetuskannya.

Kutu Loncat

Fenomena kutu loncat tidak heran masih sering dalam kehidupan berpolitik bangsa ini. Kantor tempat berkumpul saja masih belum pasti, dan ideologi pun tidak berbeda jauh. Ketika home dan house itu masih belum dipegang dan diresapi sebagai milik bersama, tidak heran, demi kursi kali ini ikut A besok B, lusa A lagi, dan esok malam telah ke E. Jelas-jelas berseberangan bisa berangkulan dengan dalih politik tidak ada kawan abadi, iya karena tidak memiliki ideologi yang pasti, maka bisa seenaknya lari dan terbang kian kemari. Kecewa kemudian lari dan mendirikan partai lain juga tanda bukan ideologi namun kultus individu atau ikut demi kekuasaan semata.

Pelaku politik kita jarang melahirkan negarawan karena ideologi belum dimiliki. Kekuasaan dan bangga dengan individu yang menjerumuskan seseorang pada kepicikan sempit.

Apa yang perlu dilakukan?

Membangun kantor dan ideologi sebagai kebanggaan fisik dan spiritual. Kantor tentu membanggakan ada yang dikenal dan tempat yang membanggakan. Ideologi, semangat dan spirit yang dihidupi, digeluti, dijadikan pedoman dalam bertindak.

Mengurangi kultus individu dan menemukan ideologi yang bisa membakar semangat ketika letih, membara ketika redup di dalam perjuangan. Ideologi tidak akan pernah mengecewakan dan menyakiti.

Ideologi tidak akan merasa tersaingi dan membuat was-was. Pribadi penuh kekhawatiran dan ketakutan dalam persaingan. Ideologi merangkul, pribadi menjauhkan dan bahkan bisa membinasakan pesaing.

Salam Damai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun