Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Brigadir Salah Dijemur, Perwira Salah Disediakan Pengacara

30 Maret 2015   10:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:48 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polisi diborgol, dijemur, ditiang bendera. Sangat ironis, di atasnya bendera simbol negara yang diperjuangkan dengan cucuran darah dan nyawa, eh di bawahnya untuk menjemur prajurit yang perilakunya buruk.

Konon, atasannya menyatakan brigadir ini sering membolos, terlambat datang, berkali tidak lolos uji narkoba, dalam arti pemakai dengan demikian, dan mengamuk saat hendak diperiksa. Kesalahan bertumpuk.

Ilustrasi menarik berkaitan dengan polisi akhir-akhir ini. Perwira, pejabat sebagai wakapolsek juga mengamuk bahkan mengancam atasannya dengan senjata tajam di Semarang  memperoleh hukuman berbeda, buron sekitar sebulan, menyerahkan diri dan pengacaranya mengatakan tidak ada penganiayaan, penyanderaan, dan perbuatan lainnya. Kalau tidak ada mengapa harus lari? Berbeda penanganan sesama prajurit, lebih parah dia perwira, pejabat, apakah tidak seharusnya lebih berat penangannya, mengancamnya juga lebih heboh dengan senjata tajam, langsung ke orang.

Pecandu/pengguna/penjual narkoba. Baru saja polisi heboh dengan pengguna, mengambil barang bukti kalau terlalu kasar mengatakan maling dan dijual, malah bisa pindah ke polda lain, dan berbuat lagi, hingga melebarkan sayap ke Malaysia. Kapolri yang kemarin bahkan hingga harus berganti-ganti pernyataan dari silakan digantung hingga mengubahnya menjadi hormati praduga tak bersalah. Konon tangkap tangan dengan barang bukti hingga tidak ada bukti. Satu yang pasti istrinya merupakan mantan istri bandar gede narkoba. Mengapa tidak dijemur seharian di atas tiang bendera?

Labora Sitorus. Harus dengan ratusan polisi dan tentara untuk mengembalikannya ke penjara. Setelah dengan rendah hati dan kerelaan diri berkenan ke penjara, juga tidak ada jemur menjemur. Berapa energi dan materi dipakai untuk satu orang pelarian resmi begini? Dan malah seolah difasilitasi.

Perwira pertama dan menengah tidak karuan, apalagi perwira tingginya. Bagaimana Komjen Buwas yang buas sekali dalam peryantaannya beberapa waktu lalu saat bertikai dengan KPK. BG yang ngotot sehingga presiden harus bertikai dengan parpol dan DPR, kekayaan mantan Irjen Joko yang berlimpah, malah dibela mati-matian, hingga menghambat penyidik KPK yang hendak menggeledah, menyatakan Baswedan yang memilih KPK sebagai tersangka, dan ulah laku yang pada dasarnya membela perwira tingginya.

Hukuman bagi yang salah itu harus dan bahkan wajib. Bentuk hukuman yang wajar, sesuai koridor hukum, dan bukan tebang pilih tentunya. Bawahan, tidak ada fungsi strategis dijemur, kalau atasan jelas-jelas salah, dibela mati-matian bahkan bertikai antarlembaga negara pun dijalani.

Bendera merupakan simbol negara yang selayaknya dihormati seluruh anak bangsa. Bagaimana mereka bhayangkara negara malah menggunakan tiang bendera sebagai sarana menghukum bagi prajurit yang berlaku buruk.

Polisi menangani maling, teroris, penjahat yang pasti kekuatan dan kekasarannya jauh lebih kuat dan besar saja mampu mosok hanya untuk satu prajurit pecandu narkoba saja kalah, sangat tidak ironis, ada borgol, ada pentungan, ada pistol pula, mengapa kalau maling ayam harus didor? Memperlihatkan belopotan yang semakin jelas kinerja polisi.

Salam Damai

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun