Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hebatnya yang Mulia Anggota Dewan Perwakilan (Rakyat) Indonesia

17 September 2014   00:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:29 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak tahu kualitas anggota Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia, baik secara individu ataupun kelembagaan. Mulai dari seleksi, pemilu, hingga kinerja, lebih banyak buruk dibandingkan baiknya. Politik uang, sehingga orang dari dunia antah barantah bisa menjadi anggota dewan. Seleksi mengandalkan perkawanan dan uang menenggelamkan perjuangan politisi yang bekerja sekuat tenaga merangkak dari bawah. Membeli suara dan manipulasi data telah banyak dibahas dan dikupas. Kinerja tidak perlu lagi berpanjang lebar, karena selalu diungkapkan, dibicarakan, namun tidak ada perubahan. janji legeslasi yang selalu saja gagal terpenuhi, ruangan bahkan paripurna jarang penuh, selalu meributkan anggaran dan kunjungan terutama ke luar negeri, korup, dan memakai staf ahli yang menandakan tidak mampu.

Anggota yang demikian itu, memiliki tugas luar biasa:

Mengadakan seleksi untuk lembaga tinggi negara, bahkan penentu. BPK baru saja dipilih mereka, koleganya sendiri ada yang “dijadikan”, padahal aroma busuk menguar dari rekan mereka di periode ini.

Seleksi dan menetapkan pimpinan KPK. Jeruk makan jeruk, mereka banyak yang maling memilih komisioner KPK, sedangkan UU-nya telah mereka permainkan terlebih dahulu. Aneh bin ajaib benar dewan kita ini.

Mahkamah Konstitusi mereka lagi berperan. Memang belum mengalami konflik kepentingan, namun kasus khusus mengenai Akil perlu adanya evaluasi.

Lembaga tinggi yang lain juga lewat mereka. Mereka sendiri belum baik diberi wewenang yang demikian besar, maka tidak heran banyak masalah timbul karenanya.

Presiden/wakil presiden pun mereka hendak tarik-tarik dan menjadikan itu komoditi mereka. Adanya pemikiran koalisii permanen berpikir bukan rakyat, yang penting bukan presiden terpilih.

Boleh mereka menentukan segalanya, seleksi, memilih, menetapkan,  dan mengangkat siapapun asal mereka telah melakukan tugas pokok mereka dengan luar biasa baik. Baik saja tidak cukup bagi dewan yang memiliki kewenangan melebihi presiden seperti saat ini.

Legeslasi yang tarik ulur kepentingan sesaat, kelompok, dan primordial yang kental, bukan demi bangsa dan negara lebih mengemuka dibandingkan perdebatan substantif. Produk yang dihasilkan digugat ke MK dan banyak yang gugur. Profesor Yusril sering terbahak menggagalkan produk dewan ini. Pemikiran 560 orang lebih dengan stafnya dan pihak pemerintah, ahli, dan banyak lagi, dimentahkan seorang Profesor Yusril. Menunjukkan kualitas dewan masih rendah dan sarat kepentingan. Jarang terdengar dewan itu menawarkan RUU ke pihak eksekutif, boleh tidak dikatakan dewan hanya tukang stempel, dan mengevaluasi, tanpa mereka mampu membuat?

Pengawasan. Pengawasan sama sekali tidak berjalan semestinya. Isinya tawar menawar. Transaksi sesuai keinginan, deal tercapai, kalau tidak usir dan teriak-teriak menghina dewan, harus diganti. Preman berdasi dan rakus.

Anggaran tidak perlu diuraikan.

Ketiga tugas pokok mereka ini berjalan dengan luar biasa baik, silakan dilanjutkan tugas sampingan yang lain. Bukan berdalih sesuai dengan Undang-Undang untuk menutupi kemalasan, ketidakmampuan, dan kedegilan sendiri.

Salam Damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun