Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Abraham Lunggana, Ahok, Messi, dan Pepe

23 September 2014   03:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:53 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ahok seperti Lionel Messi yang meliuk-liuk  menghindari tebasan dan sliding pemain lawan. Satu demi satu lawan dilewati, pemain terakhir geram dan tebasan brutal, membuat mesin gol itu terkapar. Permainan mulai dengan cantik dan kekesalan karena selalu dilewati membuat emosi dan melakukan perlakuan kasar dan meninggalkan sifat sportivitas.

Ahok beberapa waktu yang lalu, ditekel, disliding, dihentikan dengan koridor sportivitas. Namun akhir-akhir ini mendekati gawang, mulai kasar dan cara brutal dilakukan.

Selama Mou melatih Madrid, semua diupayakan untuk membendung kepiawaian Messi membobol gawang mereka. Perseteruan politik berimbas ke lapangan hijau. Provokasi dan permainan kayu dipertontonkan untuk menghadang keindahan tiki taka El-Barca. Menumpuk pemain di depan gawang, memberi tugas si perusak, bukan teknik dan kualitas main bola, namun asal tebas, dan pemain lawan kacau.

El-Classico di La Liga, Real Madrid melawan Barcelona, tersaji di DKI. Ahok dengan gaya cantik, keras, dan “sadis” berhadapan dengan asal bukan Ahok oleh banyak pihak.  Lawan bukan hanya satu, namun seperti tidak ada habis-habisnya menebas, menjegal, dan menjatuhkan bagaimanapun caranya.

Mengapa para lawan hendak menjatuhkan Messi, karena bisa diperkirakan bahwa kalau dia mendekati gawang peluang jadi gol itu bisa digambarkan hampir pasti. Persentasi menjadi gol itu mendekati 100.

Ahok dengan sepak terjangnya, ketika menjadi wakil, apalagi saat sudah menjabat gubernur sudah menakutkan. Gambaran suram akan masa depan main-main dengan keadaan yang menguntungkan kelompok tertentu mulai nampak. Apalagi kalau gubernur definitif sudah ada di tangan, dengan wakil yang seia sekata sebagaimana beliau dengan Jokowi, tentu sangat berbahaya bagi bisnis beberapa orang.

Satu dikartu merah tidak penting, pemain yang dikorbankan tentu yang paling tidak memberikan kontribusi besar, bermain bukan karena teknik, namun otot, bukan kecerdasan bermain namun karena kuatnya okol, dan tidak punya visi bermain secara indah.

Semua berkepentingan, namun mengorbankan sekelas FPI, dan bos yang hanya mengandalkan kekuatan tangan bagi banyak pihak sangat membantu. Kehilangan kelompok Fenthung, dan salah satu tokoh yang menggandalkan otot dan okol bagi kemenangan kelompok yang berpikir panjang dan dalam demi kepentingan tentunya menjanjikan.

Pepe, semua tahu pemain brutal yang menendang, bahkan menginjak-injak pemain lawan, saat kalau duel berebut bola. Temperamen yang dimanfaatkan Mou untuk menghentikan Messi dan Barca dengan umpan-umpan pendeknya. Kartu merah menjadi bagiannya, karena frustasi.

Semua sudah tahu, siapa anggota dewan ini, yang selalu mengedepankan primordialismenya. Prestasi yang ditorehkan berkaitan dengan jasa keamanan, perparkiran, dan deb collector. Siapa yang paling lantang berteriak ketika ada peristiwa? Oknum itulah yang paling terkena akibatnya. Saat kemacetan, kesemprawutan, ketidaktertiban di Tanah Abang dicoba untuk diperbaiki setelah sepanjang segala abad, satu gubernur ke gubernur berikutnya selalu saja kalah, siapa yang menghujat dan mengatakan miring, itulah pihak yang kepentingannya terganggu.

Agama, ras tidak bisa dipakai sebagai alasan untuk menjatuhkan, karena akan membuka kedok bahwa mereka berkhianatnya terhadap dasar negara Pancasila, dipakailah sifat arogan. Siapa lebih arogan, ketika arogansi itu dilakukan pemimpin yang sah, terhadap jelas-jelas kelompok, pihak, dan bagian kejahatan terstruktur ataukah segelintir orang yang merasa diri lebih dari pada Tuhan sehingga mengadili orang sebagai kafir, orang yang tidak mendukung dan sesuai dengan kelompoknya sebagai musuh, padahal mereka hanya ormas semata?

Salam Damai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun