Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rakyat Sudah "Benar-benar" Tidak Punya Hak

26 September 2014   09:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:28 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demokrat (aneh)

6

0

0

TOTAL

135

226

0

Pilihan yang sudah ditorehkan sejarah oleh anggota dewan yang tinggal memiliki masa bhakti tidak lebih dari empat hari efektif, namun memaksakan menghasilkan RUU yang demikian banyak, dan salah satunya hal ini.

Mencermati proses yang ada:

Anggota dewan yang mengklaim diri terhormat sangat tidak terhormat dengan model celoteh yang sangat kekanak-kanakan.

Rakyat selalu dijadikan jargon untuk membelanya, namun hanya dipakai untuk menjual diri, dan sama sekali tidak memperjuangkan rakyat.

Reformasi yang membidani banyak partai di atas ternyata mengkhianati bidannya, terutama PAN, pendirinya sebagai orang yang mengklaim paling reformis ternyata oportunis.

Penghitungan manual yang masih kuno, bisa menggunakan teknologi yang bisa diusahakan sehingga lebih modern, anggaran banyak dan teknologi itu, tidak terlalu mahal, mengapa masih manual seperti itu.

Presiden sekaligus ketua Demokrat jelas-jelas main dua kaki. Di media sosial menyatakan pilihan langsung, secara faktual sangat berbeda.

Transaksional yang akan berujung ke MK, nantinya akan dituntut bagi pihak yang kalah, dan itu kembali rakyat akan menjadi penonton, diingat lima tahun sekali.

Kemungkinan golput akan kembali meningkat dengan hadirnya pilihan dini hari ini, sukacita demokrasi kembali direnggut dan kembali menjadi milik elit, dan itu sudah puluhan tahun dilakukan, akan kembali lagi.

Salam Damai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun