Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Guru Pacaran dengan Murid?

31 Desember 2014   14:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:07 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak Idolanius suka bergaul. Bapak guru muda ini masih muda, fresh graduate, pinter humor, dan terbuka pada semua siswa-siswi. Nomor hand phone, alamat email, face book, twitter, terutama para siswi tahu. Dinding FB, dan twitter guru idola ini penuh dengan puja dan puji dari murid-murid putri. Potongan rambut baru saja menjadikan heboh, sepatu baru guru muda ini pun anak-anak akan tahu.
1. Pacaran dengan siswi
Kemajuan teknologi seperti pedang bermata dua. Satu pihak jelas membantu perkembangan siswa. Konsultasi, terutama siswa-siswi sekolah lanjutan pertama, dan awal lanjutan atas tidak dapat dihindari. Rasa segan, malu, dan takut terjembatani dengan alat komunikasi. Hati-hati dan perlu perhatian mendalam adalah guru-guru muda yang mengajar kelas sekolah lanjutan pertama hingga awal lanjutan atas. Berkaitan dengan guru pria dengan siswi, masa-masa ini, siswi banyak yang perlu figur dewasa untuk mendampingi masa puber psikologisnya.
Keakraban, saling ledek, dan canda tidak ada salahnya dilakukan, namun batas-batas imajiner itu perlu dipegang oleh guru pria muda. Sangat riskan dan mudah jatuh pada relasional yang tidak sehat. Anak menjadi tergantung, yang awalnya kekaguman akan sosok dewasa yang berbeda dengan yang di hadapi di rumah. Yang harus memegang peran untuk memiliki garis maya tersebut dengan tegas ada dapat dikatakan di tangan guru.
SMS, BBM, email, dan bantuan dunia maya, yang sangat personal membahayakan relasi kaum muda. Larangan terbesar adalah asmara di antara guru dan murid. Banyak persoalan yang akan timbul dan menjadi persoalan berkepanjangan relasional eksklusif ini.
2. Dekat dan akrab dengan golongan tertentu
• Kaya
Bapak Sengkunius paling suka dengan gorengan.
Ada anak siswa yang juga suka gorengan. Orang tua Si Gorengius ini paling getol memanjakan anaknya dengan makanan. Setiap hari selalu diberi bekal yang lumayan banyak, dan ada satu kotak khusus untuk Bapak Sengkunius tadi.

Persoalan kepribadian guru yang patut mendapatkan perhatian berikut adalah, akrabnya dengan golongan tertentu dalam hal ini, yaitu kaya akan materi. Relasi yang akan memberikan keuntungan pada hal-hal tertentu. Hati-hati dengan pola pendekatan ini. Karena bisa saja guru tidak dapat bersikap adil, sebagaimana mestinya, bahkan dapat berlaku curang demi keuntungan-keuntungan pribadi.
Sikap adil, jelas akan dirasakan jauh lebih mendalam oleh anak yang kurang beruntung, bisa saja dikalahkan dengan tidak semestinya, karena tidak mampu memberi “upeti” kepada guru yang demikian. Anak siswa yang memiliki banyak materi akan diberi perhatian lebih, dan kalau ada pelanggaran akan medapatkan perlakuan yang istimewa.
Berlaku sebagaimana mestinya menjadi sulit, sebagai contoh bisa saja anak orang kaya ini menjadi penyebab pertikaian, akan ditudingkan kepada siswa lain karena guru tersebut sudah merasa hutang budi. Sering ditemui pula tidak berani menindak pelanggaran yang terjadi di depan guru ataupun di depan umum, karena ada “sesuatu’ tersebut.
Keuntungan dari makanan, pakaian, harga murah kalau membeli di toko, hadiah-hadiah hari raya atau saat pembagian raport, tidak jarang terjadi. Guru perlu hati-hati dan berani tegas serta obyektif. Guru dapat tersandera oleh kepentingan karena merasa hutang budi atas pemberian orang tua siswa.
• Etnis tertentu
Di kota-kota besar tentu tidak aneh ada beberapa latar belakang etnis siswa. Guru perlu berhati-hati dengan sikap dan pilihan pergaulannya. Saat ini pergerakan lapangan kerja sudah mengglobal, tidak jarang menjadi guru di luar daerah. Guru jangan hanya akrab dan lebih dekat dengan sekelompok siswa karena kesamaan suku atau etnis tertentu. Atau akrab dengan etnis tertentu agar mendapat previlese-privelese khusus.
Hal-hal tersebut perlu disadari agar tidak jatuh pada relasional yang tidak sehat. Guru profesional menjadi buyar kalau sudah jatuh pada relasional yang eksklusif.
• Cakep/bersih
Pada dasarnya manusia akan menyukai yang bersih, cakep, manis, pokoknya yang baik-baik. Kedekatan relasional yang demikian membuat siswa yang kebetulan memiliki kulit atau wajah tidak cakep/bersih menjadi minder dan merasa disepelekan. Banyak akibat yang tidak diinginkan menjadi mengemukan dan menjadi masalah besar, anak yang merasa disingkirkan bisa saja menjadi pribadi yang nakal, mengganggu kelas, ramai, tidak bertanggung jawab, dan banyak persoalan yang dapat timbul lainnya.
• “Menguntungkan”
Banyak dasar relasional adalah keuntungan-keuntungan pribadi oleh pihak yang membangun relasi. Guru sebagai pribadi dan figur penting dalam membangun karakter siswa perlu menyadari ini. Sadar diri dan evaluasi melihat ke dalam dengan menanyakan apakah aku merasakan mendapatkan keuntungan dengan kedekatanku ini? Kalau hati nurani menyatakan memang mengandung unsur mencari dan demi mendapatkan keuntungan, dalam bentuk apapun, guru tersebut dengan rendah hati perlu mengevaluasi dan meluruskan motivasi relasionalnya.
Salam Damai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun