Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melayat, Apa yang Perlu Dibuat?

10 Januari 2015   17:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:25 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Melayat merupakan aktivitas sosial yang jamak terjadi, kegiatan yang sangat wajar, biasa, dan mungkin spontan begitu saja. Ada beberapa kasus khusus yang perlu berhati-hati kegitan melayat. Meninggal mendadak, masih ada anak-anak kecil, tanpa didahului  sakit yang berbahaya, masih muda biasanya menimbulkan tanya bagi pelayat dan duka yang lebih mendalam bagi keluarga apalagi  pasangan dan anak-anak.

Melayat memerlukan pula seni berkomunikasi. Ada yang lebih baik jangan dilakukan dan apa yang perlu atau bisa diperbuat. Hati-hati dengan hal yang seperti ini:

·Menceritakan kesedihan sendiri,

Misalnya saya juga pernah mengalami, jadi tahu perasaanmu. Perilaku demikian  bisa membuat anggota keluarga yang berduka merasa disepelekan dan dukanya biasa saja. Kalau demikian mengapa harus melayat?

·Malah jadi curhat bukan melayat.

Kecenderungan orang adalah didengarkan daripada mendengarkan, maka kalau tidak hati-hati malah curhat masalah dukanya bukan mengerti kedukaan yang sedang kehilangan.

·Kesedihan ada bagian masing-masing bukan untuk menyamakan.

Dengan mengungkapkan dan membagikan pengalamannya seolah-olah semua sama.

·Nasihat suci /rohani, atau nasihat lain.

Orang yang berduka itu pada dasarnya sudah tahu bahwa itu kehendak Tuhan, sudah sampai pada janji kehidupan, sudah berbahagia dan sebagainya. Bukan itu, bisa-bisa menjadi sebal dengan nasihat yang diberikan.

·Sok bijak dengan petuah dan solusi macam-macam.

Kehilangan sudah merupakan beban yang tidak ringan, janganlah membebani dengan petuah-petuah yang belum tentu pas dengan apa yang bisa membantu meringankan. Misalnya dilarang menangis kasihan yang meninggal dan anak-anak, padahal menangis bisa membantu melegakan.

·Apalagi membuat humor yang berlebihan.

Menghibur boleh bahkan dengan lelucon yang bisa meringankan namun bukan dengan guyonan yang berlebihan dan membuat suasana malah tidak nyaman bagi semuanya.

·Bertanya mengenai penyebab dan kronologis kejadian, kecuali diceritakan, kalau ingin tahu sungguh-sungguh lebih baik bertanya kepada anggota keluarga lain yang kelihatan lebih siap berbagi cerita.

Menceritakan kembali memang dapat membantu meringankan duka, namun dengan pengulangan yang sama terus menerus bisa menambah beban yang tidak perlu. Keingintahuan agar tidak salah mengerti baik-baik saja, alangkah bijaksananya ditanyakan kepada pihak lain atau pada kesempatan yang akan datang. Datang untuk menghibur dan memberi  peneguhan bukan untuk memenuhi keingintahuan.

Apa yang perlu dan bijaksana kalau dilakukan:

·Kalau diminta nasihat dengarkan dulu dan mengerti

Peneguhan itu sangat diperlukan untuk meringankan, tahan keinginan untuk membantu dan biarkan saja pribadi tersebut dengan dukanya, kalau memang meminta bantuan nasihat, dengarkan dulu, jangan menyela apalagi memotong pembicaraannya. Selami perasaannya dengan mendengarkan, menelaah, dan memberi nasihat sepanjang mampu, kalau tidak mampu katakan dengan jujur dan yang sangat penting dengarkan dulu.

·Kalau diminta menemani menangis dampingi jangan dihentikan.

Menangis merupakan salah satu sarana melepaskan kesedihan, kekecewaan, dan perasaan apapun itu, biarkan menangis dan jangan dihentikan, biarkan mengalir dan mengeluarkan sesak di dada. Berikan bahu bukan mulut untuk menasihati atau menghentikannya. Kesiapan untuk menguatkan akan membantu.

·Beri nasihat seperlunya dan sesuai permintaan.

Nasihat boleh dan harus, sepanjang memang diminta dan itu membantu bukan malah membebani.

·Berperilaku wajar/netral/jangan ikut-ikutan sedih/ apalagi nangis berlebihan meskipun sedih dan juga dekat relasinya.

Kedekatan relasi atau masih saudara bisa membuat kesedihan yang sama dengan keluarga. Kalau itu terjadi, jangan menangis sama atau melebihi keluarga inti mereka. Apalagi kalau datang dengan sikap yang sangat wajar, bisa mengerti, bukan cengengesan, namun tidak pula bermuram durja itu sungguh membantu.

·Menghibur sewajarnya.

Penghiburan memang diperlukan, bahkan itu yang utama, sepanjang memang diperlukan. Apa yang dibutuhkan mereka bukan apa yang ingin kita buat.

Apa yang ingin orang lakukan ketika aku mengalami kiranya bisa menjadi cermin apa yang akan kita lakukan bagi sesama kita yang sedang berduka. Dengan demikian kita bisa bersikap lebih bermanfaat.

Tidak ada seorang pun yang tidak akan mati, mengenai waktunya hanya Tuhan yang tahu, semua yang hidup menunggu giliran untuk dipanggil-Nya. Melayat itu untuk membantu yang hidup yang jauh lebih penting, yang meninggal sudah menjadi tanggung jawabnya sendiri dengan yang Ilahi. Apa yang saya tuliskan hanyalah sepanjang pengalaman yang saya lakukan dan alami.

Salam Damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun