Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Sekolah Kedinasan Apa Kabar?

14 Januari 2015   15:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:10 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_390712" align="aligncenter" width="544" caption="Ilustrasi - Sebanyak 465 perwira Polri mengikuti upacara Pelantikan Perwira Polri tahun 2010 di Akademi Kepolisian, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (16/12/2010) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (Kompas/P Raditya Mahendra Yasa)"][/caption]

Perilaku pejabat saat ini, baik yang arogan, korup, ataupun mental jumawa, bisa berasal dari pendidikan yang mereka terima dari senior dan sistem yang tidak semestinya. Berulang kali cerita tragis diberikan oleh produk sekolah-sekolah ini. Paling anyar tentu produk AKABRI kepolisian khususnya. Beberapa waktu lalu hasil STAN, beramai-ramai masuk pengadilan dan sekarang penjara, entah masuk betulan atau akal-akalan. Jauh ke belakang, IPDN dengan perilaku sadisnya demi dan atas nama kedisiplinan dan hormat senior dan korps.

Tulisan ini bukan hendak mendiskreditkan lembaga-lembaga pendidikan ikatan dinas. Tiga yang disebut hanyalah penguat bukti bahwa ada yang salah di sana. Bukan pula sakit hati karena tidak bisa memasuki salah satunya. Saya tahu diri dan sama sekali tidak pernah mendaftar di sana, bukan karena sakit hati, justru hendak mencermati apa yang terjadi di sana sehingga menghasilkan alumni yang memprihatinkan seperti ini.

Ikatan dinas, tentu lulus langsung jaminan kerja. Betapa mahal negara telah menggelontorkan dana demi pendidikan mereka itu. Hal yang wajar sebenarnya, jer basuki mawa bea. Tidak ada yang gratis untuk sesuatu yang berkualitas tentunya. Pendidikan yang spesial ini tentunya memiliki tujuan untuk menghasilkan produk unggulan.

Seleksi pun terkenal ketat dengan persyaratan yang hanya sebagian kecil dari lulusan sekolah menengah yang bisa mendaftar, apalagi diterima tentu lebih kecil lagi. Input idealnya adalah benar-benar terpilih.

Input baik tentu akan menghasilkan output yang baik, hukum alamiah, mengapa menghasilkan output yang gagal? Gagal produksi? Atau mesin penghasilnya yang buruk? Gagal produksi kelihatannya tidak signifikan untuk mengukur karena setiap saat ada evaluasi dan akhirnya dikeluarkan. Tinggal satu terdakwa kuat yang bisa dimintai pertanggungjawaban.

Mesin produksi yaitu sistem pendidikan yang buruk

Input baik, tentu akan dengan mudah mendidik dengan keseragaman yang relatif kecil. Kecerdasaan di atas rata-rata, kesehatan fisik jelas pilihan, kemampuan lain-lain yang berkaitan langsung dengan bidangnya tentu telah teruji dan tidak bisa disanksikan lagi. (Ini kalau berjalan sebagaimana mestinya, perlu penelitian dan evaluasi jujur dan terbuka banyaknya suap dan titipan pada ranah ini).

Pendidik dan pengajar. Pendidik dan pengajar yang masih berkutat berasal dari alumni sendiri menjadi titik lemah. Karena demi nama baik korp tidak berani mengadakan autokritik dan evaluasi dengan jujur dan terbuka. Merasa bahwa korp dan lembaga sudah baik, dan tidak jarang merasa paling baik dan benar. Hal ini pula yang sering menimbulkan konflik kesatuan TNI-Polri, dan lembaga-lembaga senada.

Lemahnya keteladanan. Sistem ikatan dinas umumnya berasrama. Penanaman nilai-nilai, terlepas dari akademik dan kemampuan profesi seharusnya mudah dan terukur. Hampir dua puluh empat jam hidup bersama, tentu akan dengan mudah menilai mana yang kurang layak, mana perlu pembenahan, dan mana yang bisa memberikan harapan baik di masa depan. Keteladanan yang diberikan oleh para pembina, bisa bernama instruktur, dosen, pamong, atau apa pun itu memegang peran penting bagi pertumbuhkembangan kepribadian para generasi muda ini. Namun kalau keteladanan adalah hanya pada mulut, sedang hidup sehari-hari jauh dari itu, sangat tidak mungkin bahkan hampir bisa dipastikan justru menghasilkan hasil yang jauh lebih buruk.

Perlu perbaikan lembaga penghasil aparat negara yang akan memegang peranan penting bagi jalannya pemerintahan yang baik. Keterbukaan, kejujuran, dan keberanian mengakui kekurangan yang perlu perbaikan. Bukan bersikukuh merasa sudah baik dan benar. Bukan pula membakar lumbung untuk mengusir tikus.

Memang bukan segala-galanya pendidikan menyebabkan kerusakan ini, namun pendidikan memegang peran yang besar, dibandingkan segi-segi yang lain.

Salam Damai....

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun