Menghadapi hasil quick count sementara ini, saya melihat tren di medsos adalah kekecewaan pendukung Ahok yang dilampiaskan dengan cara mengimani bahwa Jakarta akan kembali banjir, kumuh, kotor, penuh korupsi, dan sampah dan sebagainya yang mengutuki Jakarta apabila Ahok bukan gubernurnya.
Please jangan lakukan itu. Sebagaimanapun sedih dan kekecewaan akibat hasil quick count ini, janganlah mengutuki Jakarta. Karena apabila kamu mengutukinya, berarti sia-sialah segala perjuangan Pak Ahok selama 3 tahun terakhir ini. Justru Pak Ahok jungkir-balik perjuangkan sebuah struktur untuk mengamankan APBD dari maling-maling berdasi. Kebijakan yang dirancang Pak Ahok ini tidak hanya untuk jangka waktu pendek, tapi jangka panjang, dan tidak bisa diubah seenaknya sendiri oleh gubernur-gubernur berikutnya.
System Open Government melalui online sudah jadi paten DKI sehingga siapa pun yang menjabat gubernur selanjutnya tidak semudah itu lagi bermain-main budget maupun persulit birokrasi. Paling tidak masyarakat bisa mengontrol karena sudah pernah mengenyam kemudahan dan keadilan sosial selama tiga tahun masa Pak Ahok menjabat wakil gubernur dan gubernur. Seharusnya siapa pun gubernurnya, kita doakan dan aminkan bahwa Jakarta aman tenteram, sungai-sungai bersih dari sampah, ruang-ruang rapat pejabat bersih dari korupsi dan suap, ruang-ruang publik tertata dan bebas dari maksiat maupun narkoba.
Kita doakan agar siapa pun gubernurnya, akan membuka hati dengan sabar dari hari ke hari berjam-jam mendengarkan keluhan warga dan langsung mendelegasikan jajarannya untuk mencarikan solusi bagi warga. Semoga warga DKI memaafkan kekurangan-kekurangan Pak Ahok selama ini, namun juga mendoakan bahwa nilai-nilai ketulusan dan ketegasan Pak Ahok yang yang selama ini disukai warga boleh menular lebih dahsyat kepada gubernur baru.
Sore ini banyak warga Muara Angke panik menghubungi saya dan menanyakan apakah saya tetap akan melanjutkan pekerjaan saya di Muara Angke? Bagaimana nasib Rusun I.K.A.N.M.A.S (Integrasi Kampung Anugrah Nelayan Muara Angke Sejahtera)? Bagaimana nasib RPTRA dan lapangan bola impian warga Muara Angke?
Jawabku: dari awal saya bilang bahwa program-program Pak Ahok gak ada hubungannya dengan kampanye maupun menang atau kalah pilgub. Karena memang bukan program yang berpamrih atau janji-janji palsu demi suara. Dan siapa pun gubernurnya, kan tujuan utamanya menyejahterakan nelayan. Semoga nelayan-nelayan pengolah ikan di Muara Angke rela untuk lebih nurut pada gubernur pilihannya sehingga tidak banyak kehilangan waktu karena melakukan penolakan program-program Pemda seperti yang terjadi di 2013.
Baik Pak Ahok maupun tim relawannya akan terus berusaha membangun Jakarta sampai masa pengabdian berakhir di Oktober 2017. Dan doakan bahwa gubernur selanjutnya akan cukup rendah hati mengambil alih tongkat estafet dari tangan Pak Ahok. Entah tetap pakai nama aslinya ataupun dikasih tambahan plus, asal tujuan utamanya tetap sama, demi keadilan sosial ditegakkan bagi Jakarta.
Di masa lampau, puluhan tahun gubernur DKI silih berganti toh belum pernah berhasil menyejahterakan nelayan yang selalu ditelantarkan, seperti pengakuan Sekda di rapat koordinasi lintas dinas yang di-upload di Youtube berikut ini. Semoga jajaran yang baru masih akan setia meng-upload video-video rapat demi pembelajaran kebijakan pemerintahan, seperti video berikut ini yang sudah ditonton lebih dari 7.500 kali.
Begitu banyak luka-luka batin dalam kehidupan masyarakat nelayan miskin di kampung kumuh Muara Angke akibat kesengajaan dan pembiaran yang puluhan tahun dilakukan pemerintah (simak video di atas, pengakuan di menit ke-25).
Maka dari itu, apa salahnya kami mencoba bersama Pak Ahok yang punya program hebat untuk mengubah nasib nelayan? Kalaupun tidak terpilih jadi gubernur kembali dan gubernur baru tidak mau melanjutkan program-program bagus Pak Ahok seperti rusun nelayan, paling tidak Pak Ahok akan tetap bekerja keras sampai masa baktinya di Oktober 2017.
Saya tenangkan tetua dan pembina warga kampung kumuh Muara Angke yang sore tadi menghubungi saya dan yakinkan bahwa semua tim Ahok itu dididik untuk bekerja keras dengan tuntas dan tulus. Jadi, kalau mau membantu Ahok, harus punya mentalitas tanpa pamrih dan tanpa kepentingan pribadi maupun kepentingan tersembunyi, melainkan mengabdi masyarakat, siapa pun pemimpin di atas kita. Ini semua demi menegakkan keadian sosial, yang berlaku sepadan bagi orang yang baik pada kita maupun orang yang membenci kita. Keadilan sosial dalam demokrasi Pancasila ini adalah memberlakukan undang-undang yang sama bagi orang yang memilih maupun yang menolak kita.
That's the AHOK WAY. Even when Ahok is going away.
Dan tugas kita pun tidak berubah, kita tetap hamba yang setia mengabdikan hidup kita pada Tuhan Sang Pemberi Napas Kehidupan kita.
Today, 19 April 2017, on my 47th Birthday, I salute you Pak Ahok. Terima kasih untuk segala didikan dan kepercayaan yang bapak berikan. I wouldn't be here if it wasn't because of you.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H