Tanggal 13 Juli 2018 masih ingat jelas di kepalaku,menginjak  kota perantauanku.Jarak 1.337 km dan 331 mil  menjadi hal  pertamaku jauh dari orang tua ku.
Tahun ini adalah tahun pertama ku memasuki dunia kampus,Memasuki kota perantauan,hidup penuh mandiri,pandai memanajemen waktu dan uang saku menjadi hal yang kulewati setiap detiknya.
Banyak hal yang kulalui dan merubah sikap pribadiku,mulai pandai menata diri dan yang paling utama,yaitu menghargai jerih payah orang tua.Di balas dengan sebuah IPK yang membuat orang tua ku melebarkan senyumannya setiap kali aku video call dengannya.
Aku bersyukur berada di kota perantauan, meskipun jujur sulit dalam segala hal. Mulai dari memasak,mencuci pakaian, merapikan tempat tidur  dan yang lainnya. Belum lagi senior yang selalu menuntut dalam setiap kegiatan OSPEK harus ini  dan itu.
Inilah adalah awal dari semua  ceritaku,namaku Paulina,aku masih Maba (mahasiswa baru)  salah satu universitas di Indonesia.Jujur hari pertama ku memasuki kampus sangat excited,dimana aku menemukan teman-teman baru.
Teman pertama ku pada saat itu Stella,dia  adalah orang yang benar-benar sangat baik,Bagiku sulit menemukan orang sepertinya.Cerita pertama OSPEK ku bersama Stella, disambut dengan motor Stella yang bocor, sehingga aku dan Stella harus mendorong motor  didepan tatapan tajam para senior,hal itu membuat aku deg-degan,menahan malu,dan  menahan tawa.
Sepanjang jalan aku habiskan tertawa dengan Stella,hari itu menjadi moment yang tidak terlupakan dengan Stella. Stella adalah orang yang humble, friendly,dan yang paling terngiang dipikiran ku adalah kekocakannya.
Si Minion adalah panggilan yang aku buat khusus untuknya,suara cempreng dan badan mungil  menjadi ciri khas dari Stella.Dia adalah calon pebisnis sejati,di mana  setiap barang bisa dijadikan uang olehnya,dia juga pandai memasak.
Seperti jodoh yang diberikan,tapi Tuhan memberikan ku seorang sahabat yang selalu mendengar cerita-cerita ku setiap saat.Meskipun untuk saat ini kami terpisah karena jurusan,tapi kami masih sering menghabiskan waktu bersama.Mulai dari ke perpustakaan bareng pergi ke mall,dan ke kampus bareng.
Namun,aku bersyukur karena aku masih di beri teman-teman yang menurutku layaknya keluarga ku.Saat ini,di kampus aku memiliki teman dekat,yaitu frani,Egia ,dan Nadia. Hari-hari kampus ku,ku lewati bersama-sama dengan mereka.
Mas gondrong adalah sebutan kami pada frani, karena dia memiliki rambut ikal,frani adalah tipikal cewek yang selalu cuek setiap saat.Namun,dia  juga orang yang selalu perduli ketika teman-temannya mendapatkan  masalah.
Egia,manusia  kerdil dan labil menjadi ciri khas dirinya,dia selalu labil dalam setiap mengambil keputusan.Egia adalah orang yang paling tua usianya diantara kami,namun sikapnya tidak jauh beda dari anak tiga sampai lima tahun.
Lalu ada Nadia, perempuan paling anggun di kelas, orang yang tidak boros dalam pembicaraan.Dia tidak akan memulai pembicaraan ketika kita berbicara dengannya,dia juga adalah orang yang paling boros diantara kami.Meskipun,Nadia body goals tapi kalau soal makanan, jangan ditanya.Nadia adalah orang yang selalu kelaparan dimanapun dia berada.
Pasti para pembaca pada bingung kenapa aku tidak memiliki teman yang normal? Yup, karena aku juga tidak normal.Namun aku bersyukur memiliki teman seperti mereka, teman yang unik, aneh ,lucu dan gokil.
Setiap istirahat kami berempat langsung ke kosan frani,sebagai tempat base camp kami mengeluarkan setiap uneg-uneg ,belajar dan buat tugas bersama-sama.Suka maupun duka sudah kami lalui bersama-sama, banyak hal  yang aku pelajari bersama mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H