Candi Borobudur, candi bercorak Budha mahayana ini merupakan sebuah mahakarya dunia yang menyimpan sejarah panjang dan nilai spiritual yang mendalam, terus memikat hati wisatawan. Dengan status sebagai situs warisan dunia UNESCO, Borobudur kini dilengkapi fasilitas modern yang menunjang kenyamanan pengunjung.Â
Pada 5 Juni 2022, ketika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengumumkan rencana kenaikan harga tiket untuk naik ke area stupa Candi Borobudur menjadi Rp 750.000 bagi wisatawan domestik dan USD 100 untuk wisatawan mancanegara, telah menurunkan minat saya untuk kembali mengunjungi keagungan situs budaya dan keagamaan ini.Â
Rasanya terlalu mahal bagi kantong saya untuk mengeluarkan uang senilai itu meski kebijakan ini bertujuan untuk membatasi jumlah pengunjung dan menjaga kelestarian situs bersejarah tersebut. Namun semua keraguan itu sirna ketika saya mengunjungi situs ini pekan lalu.Â
Harga Tiket yang Sepadan
Sayangnya, karena kurangnya persiapan saya, ketika tiba di loket pembelian, semua tiket untuk naik Candi Borobudur telah terjual habis. Jadi, calon pengunjung Candi Borobudur harus terlebih dahulu memahami 2 jenis pengalaman yang akan diperoleh berdasarkan jenis tiket yang dibelinya. Jika kita mengunjungi Candi Prambanan, tiket yang diperoleh dapat mengakses semua pengalaman wisata yang ditawarkan di lokasi tersebut namun sedikit berbeda dengan Candi Borobudur.Â
Terdapat dua jenis tiket yang dijual untuk kunjungan ke Candi Borobudur yaitu  tiket pelataran (temple yard) dan tiket naik candi (temple monument). Informasi ini penting bagi wisatawan yang datang dari lokasi yang jauh dan mengharapkan pengalaman naik ke atas Candi Borobudur dan bukan sekedar berada di pelatarannya saja; mengingat tiket untuk akses ini sangat terbatas dan cepat habis terlebih di musim liburan.
Nah, untuk wisatawan domestik, tiket reguler ke pelataran candi ditawarkan dengan harga terjangkau, Rp 50.000 untuk dewasa (usia di atas 10 tahun) dan Rp 25.000 untuk anak-anak (usia 3-10 tahun). Sementara itu, pengalaman mendaki hingga ke struktur candi, yang memberikan akses langsung ke relief menakjubkan dan pemandangan spektakuler, dikenakan biaya Rp 120.000 untuk dewasa dan Rp 75.000 untuk anak-anak. Bagi turis asing, harga tiket reguler adalah Rp 400.000 untuk dewasa dan Rp 240.000 untuk anak-anak. Â Turis asing yang ingin mendapatkan pengalaman naik ke struktur candi dikenakan biaya Rp 455.000 untuk dewasa dan Ro 305.000 untuk anak-anak.Â
Meski harga naik struktur candi terasa masih terjangkau, namun calon pengunjung Candi Borobudur tetap harus mempertimbangkan terbatasnya kuota naik ke strutur candi yang ditetapkan pengelelola, di mana per hari hanya disediakan 1.200 tiket. Â Kuota ini dibagi menjadi delapan sesi, mulai pukul 08.30 WIB sampai 16.30 WIB. Sehingga kunjungan ke Candi Borobudur untuk memperoleh pengalaman naik struktur candi harus dipersiapkan dengan baik, salah satunya dengan membeli tiket jauh hari melalui situs ticketcandi.borobudurpark.com.Â
Harga tiket ini sepadan dengan fasilitas yang ditawarkan, termasuk area parkir luas (harga tiket masuk parkir mobil adalah Rp 15.000 per mobil di hari libur dan Rp 10.000 di hari biasa, untuk kendaraan besar roda 6 harga di atas Rp 15.000), pusat informasi, lokasi kuliner yang nyaman, lokasi penjualan souvenir, pemandu lokal berpengalaman dan tentu keasrian taman di sekeliling situs ini. Selain itu, area pelataran candi dirancang nyaman untuk berjalan kaki, dengan jalur yang teratur dan lingkungan yang bersih.
Namun, ada satu catatan penting di mana di area pelataran, tidak tersedia pembatas antara bangku duduk dan tanah terjal di belakangnya. Sehingga jika calon pengunjung hendak membawa anak kecil, perlu mempertimbangkan penjagaan ekstra. Secara keseluruhan, saya pribadi merasa harga tiket ini sangat sepadan karena harga ini tidak hanya mencakup akses ke salah satu situs sejarah paling ikonik di dunia, tetapi juga mendukung pelestarian dan pemeliharaan Candi Borobudur.
Apa yang Perlu Dipersiapkan
Jika tiket sudah anda persiapkan, tidak serta merta memastikan perjalanan wisata yang sempurna. Setiap calon pengunjung Candi Borobudur perlu mempertimbangkan dan mempersiapkan beberapa hal. Saya rangkum saja atas 2 hal : persiapan fisik dan efek dari teriknya panas di pelataran candi dan sekitarnya.
Meski pengelola Candi Borobudur telah menyiapkan shuttle bus yang mengangkut wisatawan dari area parkir utama menuju ke pelataran candi, namun karena lokasi Candi Borobudur yang berada di pendakian maka, setiap pengunjung harus berjalan dan mendaki puluhan anak tangga yang cukup terjal. Ini memerlukan fisik yang kuat terlebih jika berkunjung pada siang hari yang terik. Perlu kesabaran ekstra jika berkunjung bersama orang tua dan anak-anak.Â
Pastikan menggunakan alas kaki yang nyaman. Selain itu panas terik di sepanjang tangga pendakian tanpa pohon peneduh, membutuhkan kesiapan lain. Jika perlu calon pengunjung tak lupa membawa topi atau mengenakan pakaian sopan yang dapat melindungi dari terik matahari. Jika terlupa membawa penutup kepala , tak perlu cemas karena di lokasi disewakan payung yang dapat digunakan hingga kunjungan berakhir.
Kemegahan Borobudur
Begitu memasuki pelataran Candi Borobudur setelah pendakian yang cukup melelahkan, langsung dihadapkan pada kemagisan candi ini. Meski tiket saya hanya mencapai pelataran candi namun tak mengurangi rasa kagum pada candi Budha ini. Â Saran saya, agar pengalaman kunjungan ke candi ini akan berkesan lama, jangan hanya difokuskan pada aktifitas mengabadikan momen. Mulailah dengan membaca papan informasi mengenai candi, atau gunakan kamera untuk memotret keterangan pada papan lalu bergegas mencari bangku di sekeliling candi. Tentu trik ini juga membantu untuk meredakan rasa lelah setelah pendakian terjal menuju pelataran candi.Â
Seingat saya cukup banyak bangku yang berada di bawah naungan pohon sehingga kita bisa duduk dengan nyaman sambil mengagumi keagungan dan keindahan Candi Borobudur. Namun sekali lagi perlu berhati-hati karena di belakang bangku adalah tanah terjal tanpa pengaman. Setelah duduk, mulailah membaca informasi candi yang difoto tadi dan membayangkan masa dimana candi ini masih aktif digunakan. Jika anda memiliki imajinasi yang cukup,bukan mustahil para pengunjung akan betah duduk berlama-lama dan merasakan aura magis dan pesan mendalam yang ditinggalkan leluhur bangsa ini.
Setelah dirasa cukup dan rasa lelah mulai menghilang, maka dimulailah eksplorasi untuk melihat detil yang ada pada candi. Struktur candi yang bertingkat dengan stupa besar sebagai puncaknya disebutkan memiliki 3 tingkatan, yang terbagi dalam 5 teras dan puncak stupa besar.  Dimulai dari tingkatan Kamadhatu, Rupadhatu dan terakhir Arupadhatu. Kamadhatu, tingkatan terendah dimana manusia masih terikat nafsu duniawi, merampok, memfitnah, menyakiti, membunuh dan lainnya. Ketika mereka telah meninggalkan hawa nafsu mereka akan naik ke tingkat Rupadhatu. Meski manusia sudah mulai meninggalkan hawa nafsu namun mereka masih terikat pada 'rupa' atau dunia nyata. Tingkat Arupadhatu akan tercapai ketika manusia telah sempurna meninggalkan keinginan duniawinya. Dan masuk ke dalam dunia tidak berupa, dunia tanpa wujud. Suatu kemurnian sejati.
Jika ditelisik lagi dengan melihat berbagai sikap tangan Budha maka sikap tangan arca Budha pada setiap sisi mata angin sama pada teras I, II, III dan IV. Â Sedangkan pada teras teratas yaitu teras ke lima, sikap tangan arca Budha berbeda dengan teras-teras di bawahnya. Nah, untuk teras I, II, III dan IV semua sikap tangan arca Budha hanya berbeda pada sisinya saja tapi pada setiap level teras tersebut akan sama sikap tangan arca Budha pada arah sisi yang sama. Â
Sisi Timur dengan sikap tangan arca Budha, Bhumisparsamudra yang berarti bumi dipanggil sebagai saksi. Sikap tangan arca Budha ini sama baik pada teras I, II, III dan IV. Kemudian pada sisi selatan, terlihat sikap tangan  Waramudra yang berarti memberi anugrah. Sisi  Barat dengan sikap tangan Dyanamudra mengheningkan cipta atau semedi. Pada sisi utara terlihat sikap tangan Abhayamudra yang berarti tidak takut bahaya.Â
Kemudian, pada teras puncak, teras ke lima tampak sikap tangan Witarkamudra yang berarti sedang mengajarkan atau berbicara. Terakhir adalah sikap tangan Dharmacakramudra yang berarti memutar roda dharma (hukum atau ajaran kebenaran) yang terlihat pada semua arca Budha di tingkat Arupadhatu yang merupakan teras melingkar. Sungguh menarik untuk memahami semesta Budha Mahayana yang tergambar di Candi Borobudur ini.
Kenyamanan FasilitasÂ
Petualangan menyusuri monumen kemegahan Dinasti Syailendra di Candi Borobudur, menyisakan rasa lelah, namun syukurlah lokasi wisata ini menyediakan fasilitas kuliner dan souvenir yang nyaman dengan harga yang terjangkau. Â Tak perlu cemas dengan menu dan harga makanan, umumnya menu makanan yang ditemui pada hampir semua lapak kuliner adalah makanan yang umum kita temui, seperti bakso, soto, gado-gado dan lainnya tentu dengan harga terjangkau. Perbedaan harga tidak melebihi Rp 5.000 dari harga normal menu yang sama jika dibeli di luar kawasan wisata ini.
Jika ingin membawa buah tangan, maka lapak souvenir menyediakan beragam pilihan, ada kaus dengan tulisan Borobudur, berbagai baju batik, miniatur candi hingga batu cobek berbentuk Hello Kitty. Semua tersedia dengan harga terjangkau. Bahkan jika panda menawar, kita bisa membawa pulang 7 (tujuh) buah kaos oblong hanya dengan harga Rp 100.000. Semua penjual yang saya temui sangat ramah, tak ada yang memaksa untuk membeli jualan mereka dan bahkan sangat membantu jika kita kesulitan menemukan rute ke tempat parkir. Ini poin plus dari tujuan wisata Candi Borobudur dibandingkan kawasan lain sejenis.
Ketika sampai di tempat parkir dan hendak pulang, saya teringat satu pohon unik ketika turun dari pelataran candi. Pohon itu adalah pohon Kunto Bimo, yang disebutkan bahwa habitat aslinya adalah Afrika. Pohon ini termasuk spesies langka dan ingatan saya akan pohon ini memastikan bahwa nanti saya akan kembali dengan persiapan lebih matang. Setidaknya saya dapat mencoba peruntungan tentang mitos Kunto Bimo.  Mitos ini  diyakini oleh  masyarakat sekitar candi Borobudur yang mengatakan bahwa siapa saja yang merogoh ke dalam sebuah stupa berongga (berterawang) dan dapat menyentuh bagian tertentu dari tubuh arca Buddha yang ada di dalamnya maka ia akan mendapatkan keberuntungan atau terkabul keinginannya. Tentu untuk itu saya harus bersiap dengan memesan tiket naik candi meski harus merogoh kocek lebih. Tapi semua rasanya sepadan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H