Mohon tunggu...
Paulina Aliandu
Paulina Aliandu Mohon Tunggu... Dosen - sebuah jiwa, seorang peziarah

Sebagai pencinta spiritualitas, saya juga tertarik pada sejarah, filsafat dan politik. Berkecimpung dalam bit-bit digital untuk pembelajaran mesin dalam perjalanan panjang mencapai kebijaksanaan digital.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Generasi Alpha : Antara Dunia yang Serba Instan dan Skin Care

21 Desember 2024   16:36 Diperbarui: 21 Desember 2024   16:52 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(credit : Ivan Samkov free from pexels)

Hai pembaca Kompasiana, khususnya yang usianya di atas kepala 3, pernahkah kalian menyadari bahwa tren pergaulan remaja telah berubah begitu drastis?

Dulu, ketika kita masih remaja, salah satu bentuk komunikasi paling menarik dan menyenangkan adalah memiliki sahabat pena. Di era awal 1990-an, ini bukan hanya sekadar hobi, melainkan juga sebuah kebanggaan tersendiri. Bayangkan saja betapa prestisius saat kita menerima surat dari sahabat pena berstempelkan perangko negara Perancis.  Ya, melalui surat-surat airmail dengan beragam desain unik dan aroma khas, kita bisa mengenal dunia luar sekaligus merasakan kedekatan emosional dengan teman-teman yang tinggal jauh di sana. Bagi saya, sahabat pena bukan hanya media komunikasi, tetapi juga jendela untuk memahami dunia yang lebih luas.

Namun, di tengah keterbatasan uang saku untuk membeli pernak-pernik seperti kertas surat berdesain menarik, ada kebahagiaan tersendiri yang saya temukan. Teman-teman remaja saya yang senang berbagi sering kali menyumbangkan kertas atau amplop dengan desain lucu untuk saya. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, saya menjadi "penulis bayangan" untuk urusan percintaan mereka. Bisa dibilang, saya menjadi semacam ghostwriter surat cinta bagi teman tertentu. Sebagai imbalannya, mereka memberikan amplop dan kertas surat yang baru, yang bagi saya saat itu terasa seperti harta karun. Menulis surat cinta untuk orang lain membuat saya merasa seperti seorang Maya Angelou atau Helen DeWitt, membantu orang lain mengekspresikan perasaan terdalam mereka melalui kata-kata. Begitulah, masa remaja kala itu terasa begitu sederhana, penuh dengan kebahagiaan kecil yang kini hanya bisa dikenang.

Namun, memasuki era sekarang, dunia telah bertransformasi. Generasi saat ini, yang sering disebut Generasi Alpha, tampaknya hidup dalam dunia yang sepenuhnya berbeda. Jika kita dulu bangga memiliki sahabat pena, generasi ini mungkin bahkan tidak tahu apa itu surat airmail. Membayangkan bahwa perlu waktu hingga beberapa minggu untuk sekedar mendengar jawaban pesan dalam surat saja, rasanya sulit untuk dibayangkan oleh generasi serba instan ini. Dunia mereka lebih modern, lebih digital, dan lebih cepat. Di tengah segala kemajuan teknologi, mereka memiliki kebanggaan yang berbeda---bukan sahabat pena, melainkan tren skin care, setidaknya itu yang saya lihat pada anak gadis saya.

Lucunya, salah satu topik pembuka dalam percakapan mereka adalah, "Wah, kulit kamu bagus, pakai skin care apa?". Duh, sebagai orang tua, saya sempat terkejut dan sedikit bingung. Rasanya di usia remaja dulu, saya hanya tahu bedak tabur murah dan splash cologne. Tapi kini, anak-anak remaja sudah akrab dengan berbagai merek skin care mahal yang bahkan saya sendiri belum tentu paham cara pakainya. Deretan produk kecantikan mereka jauh lebih lengkap dibandingkan milik kita, orang tua mereka.  Mulai dari face wash atau cleanser bahkan setidaknya juga memiliki micellar water, dilanjutkan berbagai produk scrub untuk eksfoliasi, ada juga toner, serum, sunscreen, pelembab dan banyak lagi lainnya. Meski awalnya sulit menerima, saya akhirnya mencoba memahami. Saya memberikan saran tentang produk yang aman dan sesuai usia, sembari tetap membatasi penggunaan agar tidak berlebihan.

Saya menyadari bahwa perubahan zaman membawa perbedaan cara pandang dan kebiasaan, tetapi saya berusaha menyesuaikan diri dengan bijak agar tidak tertinggal dengan dinamika kehidupan mereka. Jika yang lain menyebut generasi anak yang lahir mulai sekitar tahun 2010 hingga saat ini (2020-an) sebagai generasi Alpha maka saya lebih suka menyebut mereka sebagai generasi skin care. Sebagai orang tua, saya juga mencoba memahami dunia mereka adalah tantangan tersendiri. Dunia generasi Alpha penuh dengan dinamika teknologi, yang membuat mereka terlihat sangat keren dan serba bisa. Mereka multitasking, mampu belajar sambil menonton YouTube, bermain game, atau bahkan berbelanja online tanpa kehilangan fokus. Namun, di balik semua kecanggihan itu, ada sisi rapuh yang sering kali membuat saya khawatir. Dunia mereka terlalu mudah, easy peasy, begitu kata anak saya. Padahal segala yang serba instan dan mudah dapat membuat anak kita menjadi kurang tangguh dan tidak mandiri.

Don't handicap your children by making their lives easy. -- Robert A. Hein 

Selain itu, istilah "healing" yang kini menjadi tren di kalangan mereka awalnya membuat saya merasa skeptis. Saya bertanya-tanya, apakah hidup mereka seberat itu hingga terus-menerus membutuhkan healing? Bukankah mereka tidak harus menghadapi hal-hal sulit seperti menunggu angkot penuh untuk pergi ke sekolah? Namun, seiring waktu, saya mulai menyadari bahwa hidup di era digital juga membawa tantangan yang tidak kalah berat. Tekanan sosial dari media sosial, ekspektasi yang tinggi, dan ketergantungan pada teknologi sering kali membuat mereka merasa lelah dan membutuhkan jeda.

Belakangan ini, meningkatnya kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa membuat saya semakin sadar bahwa healing bukan hanya tentang relaksasi atau tren semata, tetapi juga kebutuhan mendasar untuk menjaga kesehatan mental mereka. Generasi ini tampak seperti buah stroberi-indah dan menarik, tetapi sangat rapuh. Sedikit tekanan saja bisa membuat mereka hancur, menyek seperti stroberi.

Sebagai orang tua, kita memiliki tanggung jawab besar untuk membantu mereka membangun ketahanan diri. Memberikan tanggung jawab kecil, seperti membiarkan mereka pergi sendiri dengan kendaraan online atau memilih ekstrakurikuler sesuai minat, bisa menjadi langkah awal untuk membentuk mereka menjadi pribadi yang mandiri. Lebih dari itu, penting juga untuk memberikan mereka ruang untuk gagal, belajar dari kesalahan, dan bangkit kembali. Melihat karakteristik generasi ini, maka menjadi penting bagi orang tua untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi tantangan dunia, bukan menghilangkan setiap rintangan di jalan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun