Kalau saya ditanya, apakah pantas Megawati Soekarnoputri mendapat penghargaan/penganugerahan Doktor Honoris Causa? maka tanpa ragu saya akan menjawab.........., sangat PANTAS !!!
Kalau ada yang bertanya apa yang menonjol pada diri Megawati Soekarnoputri? Maka saya akan menjawab: melihat sejarah perjalanan perpolitikan nasional, dialah Tokoh Reformasi, Anti Kemapanan dan Pejuang Demokrasi yang sesungguhnya.
Ini memang tidak mengada-ada sebab merupakan fakta yang tak terbantahkan, bahkan dialah satu-satunya 'wanita besi' yang berani menantang hegemoni kekuasaan represif otoriter yang sangat ditakuti telah bercokol selama 32 tahun.
Maka jika Megawati Soekarnoputri dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa oleh Universitas Padjajaran Bandung, rasanya suatu hal yang sangat pantas sebagai tokoh nasional yang punya andil luar biasa terhadap masyarakat Indonesia.
Dari sisi politik, dialah wanita pertama yang menjadi Ketua Partai zaman Orba, menjadi wapres dan kemudian akhirnya presiden, sesuatu yang dianggap 'tabu' bagi seorang perempuan saat itu. Kita tahu persis, jika melihat sejarah tidak terlupakan ketika ada seorang wanita yang selalu diintimidasi dipanggung politik nasional untuk tidak diijinkan rejim saat itu memimpin Partai Politik. Ingat peristiwa 27 Juli 1996, kongres medan, kongres palu dan kegiatan lainnya ingin menjegal Megawati tampil di pentas politik nasional.
Dengan situasi dan kondisi yang serba sulit ini, ternyata Megawati tidak pernah tinggal diam dan bersama-sama mahasiswa, LSM, para pemuda pergerakkan dan lain-lain selalu mengkonsolidasikan kekuatan lewat PDI, Promeg (ProMegawati) hingga menjadi PDI Perjuangan. Tidak berlebihan juga, jika bergulirnya reformasi yang berhasil menumbangkan rejim Orba_Soeharto tahun 1998, Megawati punya peran penting disana sehingga menjadikan partainya yakni PDI Perjuangan sebagai pemenang pemilihan umum tahun 1999.
Ternyata dari sejarahnya, kita bisa melihat adanya empat "Tahun Panas" yang melibatkan Megawati didalamnya, yakni;
1. Tahun 1996 terjadi peristiwa penyerangan Kantor PDI pimpinan Megawati Soekarnoputri di Jalan Diponegoro Jakarta (markas konsolidasi kekuatan pokitik Megawati) yang dikenal dengan Peristiwa 27 Juli atau kerusuhan 27 Juli (Kudatuli),
2. Tahun 1997 Pemilihan Umum dilaksanakan tanpa diikuti PDI Megawati yang memunculkan istilah Promeg, kendati dia Ketua Umum PDI saat itu, partai politik yang tidur panjang dan mulai menggeliat era kepemimpinan Megawati,
3. Tahun 1998 terjadi gerakan massa secara besar-besaran yang memicu people power dan akhirnya menumbangkan kekuasaan selama 32 tahun,
4. Tahun 1999, PDI Perjuangan-partai piminan Megawati Soekarnoputri memenangkan Pemilihan Umum.