Mohon tunggu...
Patricia Angel
Patricia Angel Mohon Tunggu... Freelancer - Wanita biada, yang suka menulis dan bertualang

Saya adalah seorang penerjemah lepas, terkadang suka mengisi waktu dengan bepergian dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature

Modernisasi Pertanian di Era Revolusi Industri 4.0 Melalui Wisata Edukasi

20 Mei 2019   16:00 Diperbarui: 20 Mei 2019   16:18 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuai dengan program kerja Pak Presiden Jokowi bersama Menteri Pertanian di atas, pemerintah ingin modernisasi dengan menggunakan teknologi yang ada saat ini beserta kreativitas dari petani milenial. Namun sayangnya hingga saat ini, profesi petani dianggap kurang bergengsi dibandingkan profesi pekerja kantoran. Apalagi kesan "bau tanah" dan tinggal di pedesaan yang membuat orang-orang akan mengernyitkan dahi bahkan mencibir. Padahal tentu menyenangkan bila kita bisa bekerja di alam, menghirup udara segar tanpa polusi. Paru-paru menjadi sehat dan tubuh pun menjadi bugar.  

Sayang sekali bukan, jika generasi penerus tidak tertarik mengembangkan bidang ini? Padahal pertanian bisa menjadi tulang punggung bagi perekonomian Indonesia. Mungkin ada pula yang menganggap profesi ini kurang menarik, sehingga kita perlu mengubah stigma yang ada tentang profesi petani. Caranya bagaimana? Pertanian di era modern ini tidak perlu semuanya dikerjakan manusia, tetapi menggunakan kemajuan teknologi. Misalnya untuk pemupukan, bisa menggunakan drone di atas lahan dan menyemprotkannya ke seluruh tanaman. 

Kita juga mungkin akan menggunakan robot suatu saat. Nah berikut ini gambar yang diambil dari Museum Pertanian (Bogor), tertulis bahwa: Revolusi Industri 4.0 (melalui) SMART FARMING -- Menyongsong Masa Depan Teknologi Mekanisasi Pertanian yaitu dengan menggunakan: Sistem Informasi Manajemen, Otomasi dan Robot dan Pertanian Presisi. Jadi tentunya di masa depan petani juga harus mengerti dan mampu mengoperasikan mesin-mesin pertanian.

Nah melalui tulisan ini saya ingin mengusulkan agar pemerintah membantu mengiklankan perihal pertanian Indonesia melalui ekowisata dan teknologi masa ini. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  • Mencari sebuah lokasi/daerah yang menghasilkan buah-buahan khas Indonesia
  • Membentuk asosiasi petani (mengumpulkan petani) untuk mewujudkan ekowisata ini
  • Mendanai (atau bisa membuka kesempatan untuk investasi melalui program crowdfunding atau pembiayaan sejenis) dan menyediakan fasilitas yang diperlukan
  • Setelah jadi membuka taman wisata buah-buahan untuk umum dan mempromosikan besar-besaran (misalnya melalui media youtube) agar menjadi daya tarik lokal, bahkan hingga mancanegara.
  • Supaya lebih dikenal dan populer, pemerintah bisa mengajak generasi muda untuk turut mengiklankan, dengan  membuatkan konten/video (vlog atau video untuk youtube) untuk promosi dan dibuatkan virtual tour (video dengan angle 180 derajat) sehingga masyarakat semakin penasaran dan ingin melihat langsung.  Jika masyarakat tertarik datang, maka akan dapat membantu penjualan hasil pertanian sehingga para petani menjadi lebih makmur.
  • Sekalian membuka kedai/kaf yang menyediakan hidangan/kreasi buah tersebut dan melayani penjualan buah-buahan kering (asinan dll) secara luring supaya bisa dibeli masyarakat dari mana pun juga, termasuk dari luar negeri.

Selain itu, dinas pertanian juga bisa membuatkan aplikasi khusus atau website yang ditujukan untuk masyarakat, berisi tentang berbagai hal tentang pertanian, misalnya: Wisata Edukasi Agrobisnis, Museum Pertanian, dll. Apalagi di Bogor baru saja diresmikan Museum Pertanian Terbesar se-Asia Tenggara)

Tanggal 8 Mei 2019, saya berkunjung ke sana. Lokasinya cukup mudah dijangkau, karena dekat Kebun Raya Bogor. Gedung museum ini merupakan peninggalan jaman penjajahan Belanda dulu, nampak cantik dan instagramable untuk berfoto ria. Tidak seperti museum pada umumnya, yang hanya memajang koleksi peninggalan, menurut saya museum ini bersifat interaktif. Di museum ini tersedia berbagai peralatan peraga yang dapat 'dicoba untuk digunakan' atau lebih tepatnya digunakan untuk berfoto ria. 

Museum ini merupakan museum yang masih baru, sehingga untuk masuk museum ini, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk alias gratis. Setelah 3 bulan), mungkin akan dikenakan tarif biaya masuk. Kita hanya perlu mengisi data pada buku tamu dan menitipkan tas. Awalnya saya masuk dan berkunjung ke museum tanah, di mana kita dapat mempelajari berbagai hal tentang tanah di Indonesia. Wajar disatukan karena tanah merupakan medium utama pertanian, walaupun sekarang sudah ada metode hidroponik (penanaman menggunakan medium air).  Kemudian saya lanjut melihat Museum Pertanian.

Menurut saya, berkunjung ke Museum Pertanian cukup menambah pengetahuan. Ada seksi tentang pertanian masa lampau, lantai 2 untuk kebijakan Negara (sejarah, perkembangan sistem irigasi, gambar lumbung padi di berbagai daerah, dll). Saat masuk ke museum, pertama-tama kita akan melihat lantai 1. Kita seakan mengikuti serangkaian tur di situ, melihat kondisi rumah penduduk dan pertanian masa lampau.  

Ada patung kerbau membajak tanah, dll. Oh iya di lantai 2 ada kafe kopi, namun hanya memajang kopi, teh yang merupakan sumbangan dari berbagai lembaga pemerintah. Jika diadakan acara, kita bisa menyicipi kopi. Sungguh menarik ya.. Mungkin ke depannya bisa dijadikan kafe sungguhan seperti yang berada di gedung Kementrian Perhutanan di Manggala, Jakarta untuk menambah pemasukan museum. Uniknya lagi, ada beberapa spot foto cantik sehingga pengunjung dapat berfoto-foto. 

Pada lantai 3, kita dapat melihat berbagai hasil tanaman pertanian dan produk hasil olahan tanaman tersebut. Adapula sandal yang terbuat dari Karet Alam, jadi sandal ini ramah lingkungan. Lalu ada pula pohon harapan, di mana pengunjung dapat menuliskan harapan untuk pertanian Indonesia pada kertas berbentuk buah.

Akan lebih baik jika pihak Museum bekerja sama dengan pihak swasta yang menyediakan Wisata Edukasi atau juga dikenal dengan Ekowisata agar anak-anak/generasi masa depan dapat memahami kondisi dengan lebih baik dan mengetahui seluk beluk pertanian bidang pertanian dalam waktu yang singkat melalui kegiatan yang menyenangkan (lebih dekat dengan alam). Belakangan ini, wisata edukasi Agrobisnis cukup menjamur (khususnya sekitar Jawa) namun umumnya masyarakat hanya mengetahui wisata ini di sekitar Tangerang, Bandung, dan Malang (wisata petik apel) atau wisata kopi di beberapa daerah. 

Mungkin karena minim informasi, masyarakat banyak yang belum mengetahui. Namun untuk kopi, distribusinya lebih merata karena sekarang banyaknya gerai kopi yang menggunakan kopi asli Indonesia. Bahkan ada gerai kopi yang mendistribusikan dan menjual secara daring sehingga kopi lebih berkembang. Bisa juga dibuatkan Kafe bernuansa alam, yg memakai bahan lokal setempat. Contoh Kopi Bunaran atau Kebun Teh Wonosari yang menyediakan "Wonosari Agro Tourism" dan menyediakan kafe bernama "Rollaas Mart Coffee , Tea & Chocolate", di mana pengunjung bisa menikmati sajian teh, minuman cokelat atau kopi setelah tur ke kebun The Wonosari. 

Adapula caf yang menyuguhkan tidak hanya kopi, tetapi juga jamu, belakangan ini mulai menjamur di ibukota Jakarta. Selain kegiatan ini dapat mengisi liburan, anak-anak menjadi lebih tahu dan mengerti tentang lahan pertanian Indonesia. Jika pertanian Indonesia telihat menarik dan menjanjikan, tentu saja Indonesia memiliki banyak petani masa depan yang hebat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun