Mohon tunggu...
Patta Hindi
Patta Hindi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lahir di Sulawesi Selatan, tapi tumbuh kembang di Kendari Sulawesi Tenggara I Mengajar di Universitas Swasta I fans klub Inter Milan I blog http://lumbungpadi.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bromo di Pagi Hari [Catatan Perjalanan ke Bromo]

3 Januari 2012   04:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:24 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

--Mengenang perjalanan yang luar biasa dipenghujung tahun 2011 [caption id="attachment_152934" align="aligncenter" width="300" caption="di kaki Bromo"][/caption] Konon tuhan mennciptakan pulau Jawa saat tersenyum, unyuk itu semua yang terhampar dipulau ini hanya keindahan, salah satunya apa yang ada di taman Nasional Bromo Tengger Probolinggo, Pasuruan  kabupaten Malang Jawa Timur. Di atas Bromo, tersaji pemandangan—Pura, lautan pasir, kawah aktif dan beberapa gugusan gunung. salah satunya gunung tertinggi di pulau jawa, Semeru. Saya berada dihamparan hutan pinus, membayangkan tersesat di hutan seperti dalam cerita film Alice in Wonderland, begitu misterius dan penuh suasana mistik. Pohon pinus tinggi menjulang yang hampir menjacapai 30 meter atau pohon tua berusia ratusan tahun mencapai 50 meter tingginya, juga edelweis, jenis paku-pakuan dan lumut khas dataran tinggi hidup menyepi diselimuti kabut yang sesekali terdengar suara hewan-hewan hutan. suasana ini seperti ini mirip apa yang diceritakan Alain Weisman dalam The World Without Us, bagian pertama “aroma firdaus yang tertinggal”. Hening, menyejukkan bercampur aroma mistis. Aroma flora bercampur embun pagi dan hujan rintik-rintik membangkitkan ingatan kita pada hutan-hutan tropis atau padang hijau kalimantan atau tempat-tempat lain yang dihadirkan National Geographic Channel. Menempuhnya bukanlah perkara mudah, ketinggiannya mencapai 2329 meter diatas permukaan laut dan medan yang hanya cocok disebut offroad. Jeep, motocross atau atv paling cocok menempuh medan ini. Disinilah tantangannya. Tidak mengherankan jika banyak wisatawan berkunjung tidak hanya menyaksikan ritual masyarakat Tengger namun Bromo memang menawarkan banyak cerita. Di kejauhan  pandang, mata saya tertuju pada puncak Mahameru, puncak tertinggi para dewa, Semeru. [Sambil berdoa untuk berkunjung minimal di Ranu Pane, kaki Semeru suatu saat nanti]

***

[caption id="attachment_152935" align="aligncenter" width="614" caption="rombongan pejalan jauh"]

13255634051822672187
13255634051822672187
[/caption] Disini memang penuh ketakjuban, seperti menemukan dunia yang hilang beribu-beribu tahun yang lalu dimana bumi hanya menyisakan homo sapiens dan hamparan hijau dan pohon berusia ratusan tahun dan berukuran besar. Hutan eksotik itu memancing mata untuk tetap tinggal menghirup semua aroma flora yanng dihembuskan dibalik keheningan embun pagi. keakraban tiba-tiba dirasakan di taman nasional Bromo ini. Betapa lengkap kehidupan di bumi. [Tuhan memang benar-benar tersenyum ketika menciptakan pulau Jawa]. Di taman nasional ini kehidupan serasa menyatu; masyarakat sekitar memanfaatkan kesuburan tanah Bromo untuk bercocok tanam, dan masyarakatmenghidupkannnya dengan menjaga kelestarian hutan ini. Bagi masyarakat sekitar, disini kenangan betul-betul dipertahankan, pohon berusia ratusan tahun, lautan pasir yang berbisik, keheningan embun yang setiap hari seperti itu. Saya melewati hamparan pinus, jalan terjal, dan kebun-kebun terassering penduduk sekitar. Untuk memudahkan berkunjung di Bromo, pengujung disarankan naik kendaraan Jeep, atau motocross atau kendaraan offroad. Ada beberapa cara untuk sampai kesana, pengunjung bisa melalui Probolinggo daerah Tongas (lebih dekat lewat puncak Bromo) dan bisa melalui Pasuruan melalui desa Tosari (lewat disini ditempuh 14 km untuk sampai ke puncak menggunakan jeep atau motor). Syadan,  angan-angan untuk kembali ke Bromo memang selalu menarik- narik. Dan semoga gugusan cemara, lautan pasir, keheningan embun, dan pohon-pohon besar berusia ratusan tahun selalu terjaga untuk dinikmati lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun