Bila kita melihat beberapa hasil survey elektabilitas kedua pasang calon presiden yang akan bertarung pada 9 Juli nanti, cukup banyak nampaknya saudara-saudara kita yang masih belum menentukan pilihannya. Misalnya, survey Lembaga Survey Indonesia (LSI) 1-10 Juni kemarin menemukan 19% pemilih belum menentukan pilihannya. Dengan jumlah pemilih mengambang sebanyak ini, pemenang pemilihan presiden nanti nampaknya akan ditentukan oleh bagaimana mereka akhirnya akan bersikap.
Namun demikian, sepertinya sedikit yang mencoba untuk membantu para pemilih mengambang untuk memahami dan mempermudah mereka dalam menentukan pilihan tanpa mencoba untuk menggiring untuk memilih pada salah satu pasang calon. Alih-alih membuat mudah, para pemilih mengambang mungkin hanya akan menjadi semakin bimbang dan curiga apakah saran-saran yang mereka dapatkan benar-benar kredibel. Dibutuhkan sebuah guide sederhana bagaimana mereka dapat membuat keputusan mandiri yang berbasis informasi kredibel.
Tulisan ini adalah upaya kecil saya untuk membantu mereka, dengan menekankan beberapa prinsip-prinsip dan langkah sederhana yang dapat diaplikasikan.
1. Kita tidak mencari orang sempurna
Mungkin para pemilih mengambang cukup lelah dengan aliran berita tiada henti yang menunjukkan aneka kekurangan para calon presiden dan wakil presiden. Berita baiknya adalah bahwa hal ini wajar. Kita tidak sedang mencari pemimpin yang sempurna. Kita hanya disodorkan dua pasang lelaki yang akan bertugas menjadi presiden dan wakil presiden negara kita, yang tugas dan kewajibannya pun sudah diatur.
2. Fokus pemilihan presiden bukanlah mengenai para kandidat, tetapi mengenai kehidupan kita sehari-hari
Seringkali kita disodorkan informasi mengenai hal negatif mengenai seorang calon presiden/wapres. Pertanyaan pertama yang dapat kita pikirkan adalah "apakah hal tersebut, kalaupun benar, ada pengaruhnya pada kehidupan kita atau masyarakat secara nyata?". Ingatlah bahwa kehidupan para capres dan cawapres setelah Pemilu ini akan tetap baik-baik saja, namun kita sebagai warga masyarakat yang terkena efeknya akibat pilihan kebijakan mereka. Pemilu ini bukanlah mengenai mereka para capres dan cawapres, namun mengenai kita masyarakat kebanyakan. Fokus pada isu-isu yang penting bagi hidup kita, bukan lainnya.
3. Tulis dan buatlah daftar kriteria presiden dan wapres yang kamu inginkan
Agar tidak membingungkan, buatlah minimal tiga kriteria. Hal ini pernah saya aplikasikan ketika menjadi guru SD dalam proses memilih ketua kelas, misalnya pilihlah temanmu yang tidak pernah membolos, berprestasi dan suka menolong. Kriteria ini harus disusun tanpa predisposisi mempertimbangkan para kandidat. Contohnya, saya ingin presiden yang jujur dan tidak korupsi. Hindari, misalnya, menggunakan kriteria yang justru adalah kualitas salah satu kandidat, seperti "saya ingin presiden yang berlatar belakang militer" atau "saya ingin presiden yang berlatar belakang sipil".
Kriteria yang kita pilih ini haruslah yang relevan untuk pekerjaan presiden dan wakil presiden, bukan untuk pekerjaan lainnya. Misalnya, kita tidak dapat memasukkan kriteria "jago berolahraga", atau "bertubuh tinggi" karena kedua hal tersebut tidak relevan untuk membuatnya sukses menjadi presiden/wapres yang baik.
4. Untuk setiap kriteria, masukan contoh konkret perbuatan kandidat yang relevan sebagai bukti/evidence.
Untuk pemilihan ketua kelas SD, misalnya, karena siswa ingin memilih yang rajin belajar, maka dilihat apakah dia sering absen/bolos sekolah atau tidak. Semakin banyak contoh nyata untuk sebuah kriteria yang mendukung, maka semakin baik kandidat tersebut untuk kriteria tersebut. Demikian pula sebaliknya, bila kita menemukan semakin banyak contoh yang berlawanan dari kandidat untuk sebuah kriteria, maka semakin memperburuk "skor" kandidat untuk kriteria tersebut. Contoh konkret yang kita masukkan ini haruslah fakta, dan bukan gosip.
Mungkin kawan-kawan pemilih mengambang juga dibingungkan dengan aneka sumber berita dalam mencari bukti konkret/evidence, seperti blogs, media-media online ataupun media sosial. Rule of thumb untuk memudahkan hal ini adalah hanya gunakan sumber-sumber resmi yang sudah established, seperti media-media nasional yang resmi (saya sendiri tidak menganggap kompasiana ini established). Hindari menggunakan sumber-sumber yang terang-terangan diketahui memihak, seperti TVOne dan MetroTV. Bilapun sudah menggunakan media nasional yang established, tetaplah kritis dalam mencerna setiap informasi. Selalu dalami untuk setiap fakta seperti "siapa yang katakan", "apa buktinya", dan "mengapa demikian". Jangan hanya membaca judul beritanya saja.
5. Agregatkan skor seluruh contoh konkret dari seluruh kriteria untuk masing-masing kandidat, yang terbanyak poin positif adalah pilihan Anda.
Dengan mengagregatkan/menjumlahkan seluruh poin-poin contoh konkret dari setiap kriteria yang ditentukan sendiri, kita membandingkan kedua pasang kandidat dengan memperhitungkan seluruh kriteria. Dengan demikian, kita bisa menghindari, misalnya, kebingungan yang dihasilkan karena Kandidat A unggul dalam kriteria X, sementara Kandidat B unggul dari kriteria Y.
Bagaimana bila kita hendak menilai janji/program kerja kandidat?
Menilai janji/program kerja kandidat merupakan salah satu sumber kebingungan lainnya bagi pemilih mengambang. Cara termudah adalah dengan melihat manifesto masing-masing kandidat dari website KPU. Bila hal tersebut belum memuaskan, lihat rekam jejak kandidat mengenai isu yang kita perhatikan atau kredibilitas tim sukses kandidat yang concern pada isu tersebut. Ingatlah bahwa siapapun bisa membuat janji, namun kredibilitas janji tersebut terlihat dari apa yang kandidat sudah lakukan sebelumnya atau siapa orang-orang sekitar kandidat yang mampu deliver janji tersebut.
Demikian sumbangsih saya sedikit untuk membantu teman-teman pemilih mengambang. Semoga dapat menjadi pemilih rasional, bukan emosional. Selamat memilih!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H