Mohon tunggu...
Patrisius Kia Boli
Patrisius Kia Boli Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca dan menulis wacana aktual

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Sekolah Berpotensi Mengasingkan Peserta Didik

31 Desember 2024   07:45 Diperbarui: 31 Desember 2024   07:45 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah adalah sebuah pranata sosial yang bersistem, terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait dan pengaruh mempengaruhi. Komponen utama sekolah adalah siswa, pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, kurikulum, serta fasilitas pendidikan. Selain itu, pemangku kepentingan (stakeholders) juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan. Sekolah menjadi tempat mengaktualisasi diri, mengembangkan potensi, melatih keterampilan sosial, membentuk karakter dan meningkatkan berpikir kritis untuk memberikan sumbangsi terhadap permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila peran semua elemen di sekolah berjalan secara kolektif akan menghasilkan sistem pendidikan yang berkualitas dengan produk lulusan yang terbaik.

Salah satu indikator pendidikan yang berkualitas adalah menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi semua anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Anak-anak merasa aman dan nyaman di sekolah karena ditentukan oleh faktor secara fisik seperti fasilitas dan psikis melahirkan perasaan senang diterima pada dunia sosial. Menciptakan budaya sekolah yang nyaman perlu memperhatikan penataan secara fisik dan psikis secara seimbang agar berjalan seirama sesuai dengan peran masing-masing tanpa memprioritaskan salah satunya saja. Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa sekolah di Atambua, Kabupaten Belu menunjukkan dalam membangun budaya sekolah yang nyaman lebih pada orientasi pembangunan lingkungan fisik dari pada relasi sehingga anak-anak kurang merasa nyaman dalam interaksi dengan warga sekolah yang berpotensi menurunnya prestasi belajar.

Lingkungan sekolah yang tidak aman

Sekolah memiliki peran yang sangat krusial dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak-anak. Potensi yang dimiliki seringkali belum mendapatkan ruang atau panggung untuk bertumbuh dengan semestinya. Lingkungan sekolah yang nyaman dapat ditentukan oleh minat anak datang sekolah dan mengikuti proses pembelajaran dengan senang hati bahkan merindukan suasana sekolah apabila tidak berangkat sekolah. Namun, atmosfer sekolah yang dirindukan tersebut nampaknya mulai terkisis dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, anak-anak seringkali menyampaikan berbagai macam alasan ke orang tua atau wali untuk tidak berangkat sekolah. Adapun alasan yang terselubung yaitu kurang nyamannya di sekolah yang diciptakan oleh budaya sekolah dalam kegiatan proses belajar mengajar intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler.

Kurang nyaman anak-anak di sekolah disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal yang secara dinamis saling mempengaruhi. Anak merasa kurang aman di sekolah berasal dari dalam diri yang memiliki keinginan untuk selalu dipenuhi tanpa mempertimbangkan keadilan bagi teman-teman lain. Potensi yang dimiliki sangat minim mendapatkan arena yang sesuai untuk dikembangkan karena pendekatan maupun kegiatan selalu seragam tidak beragam sesuai keunikan anak. Adapun faktor eksternal yang menyebabkan anak kurang aman karena gaya komunukasi yang datang baik dari teman sebaya, bapak ibu guru dan tenaga kependidikan seringkali menyinggung perasaan anak, mulai dari pertanyaan privasi, intonasi yang tinggi dan informasi yang memojohkan. Kerap kali peraturan yang dirumuskan oleh sekolah juga menjadi penyebab anak merasa kurang nyaman untuk berekspresi secara total karena terus diiiming-iming oleh peraturan tersebut.

Guru menjadi tanggung jawab apabila anak menjadi tidak nyaman dalam proses belajar mengajar yang dituangkan dalam bentuk perilaku penolakan masuk kelas, tidur di kelas dan menjadi sumber keributan di kelas. Reaksi tersebut boleh saja datang dari metode dan strategi pembelajaran yang tidak tepat. Budaya sekolah yang diciptakan belum juga mengakomodir kebutuhan peserta didik yang beragam, bahkan adapun yang berusaha mengikuti sekolah laiinya sedangkan setiap sekolah memiliki karakteristik berbeda-beda baik dipengaruhi oleh lingkungan geografis, ekonomi, sosial dan budaya. Penyeragaman budaya sekolah tersebut berpotensi mengubur potensi anak-anak karena arena yang disajikan tidak sesuai kebutuhan sehingga anak merasa diasingkan oleh lingkungan sekolah sendiri. Sekolah akan terlihat gagal karena belum membuka ruang untuk anak-anak mengenali dan menghidupkan potensinya sedangkan peran substansi dari sekolah adalah mengembangkan potensi setiap anak untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial. Pendekatan pembelajaran yang digunakan juga belum menghadirkan sepenuhnya perubahan yang realistis terjadi di masyarakat sehingga materi yang diberikan mengasingkan anak dari kehidupan sehari-hari yang dijalani.

Strategi membangun sekolah yang nyaman

Permasalahan yang kian muncul dari peserta didik senantiasa menjadi reflektif juga bagi pihak sekolah terhadap kebijakan yang dijalankan dalam proses pendidikan terutama belum mampu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. Sudah waktunya sekolah sadar untuk mengambil sebuah terobosan konkret menggunakan strategi yang objektif. Langkah pertama yaitu penanaman nilai-nilai humanisme kepada semua warga sekolah agar sebagai agen menciptakam suasana yang nyaman. Kedua, membangun pola komunikasi dengan kata cinta dan kasih kepada semua anak agar merasakan perasaan dihargai dan diterima secara sosial, ketiga, memberikan arena atau panggung yang sama kepada semua anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya tidak hanya mengutamakan golongan tertentu saja. Keempat, membentuk komunitas-komunitas di sekolah yang bergerak untuk mempengaruhi warga sekolah dalam menciptkan kenyamanan sehingga anak lebih merasa memiliki, kelima, menerapkan prinsip keadilan bagi semua anak baik dalam kegiatan belajar mengajar, sanksi dan menggunakan fasilitas sekolah. Keenam, menfasilitasi lingkungan fisik seperti ruangan kelas, aula, laboratorium dan lapngan olahraga yang untuk digunakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun