Dalam menjalani hidupnya, manusia berperan penting dalam menentukan arahan yang harus dilaluinya melalui proses berpikir. Perjuangan merupakan salah satu bentuk tingkah laku manusia yang merupakan hasil dari proses berpikir tersebut. Perjuangan ini ialah perjuangan dalam artian yang sangat luas yang menaungi seluruh aktivitas hidup manusia. Mulai dari hal yang kecil, manusia memiliki keinginan untuk mengenal manusia lainnya ( berbicara dengan manusia lain ). Hal ini termasuk kedalam perjuangan manusia untuk menunjukkan eksistensinya sebagai makhluk sosial. Lalu untuk hal lainnya, manusia rela melakukan pengorbanan demi suatu tujuan ataupun tanggung jawab yang diembannya. Hal ini pun menunjukkan seberapa besar perjuangan memaknai kehidupan manusia.
Dalam sebuah perjuangan, tentunya manusia tidak dapat terlepas dari nilai – nilai kebenaran ( kesempurnaan ) sebagai wujud idealisnya seorang manusia serta potensi – potensi alami yang merupakan bawaan alami dari manusia tersebut. Peran serta masing – masing aspek tersebut menjadikan motor penentu dalam perjuangan seorang manusia. Akhirnya, melalui perjuangan itulah manusia dapat menunjukkan eksistensinya sebagai makhluk yang terdepan ( istimewa ).
Makna Hidup dan Perjuangan dalam Pencapaiannya
Seiring dengan seberapa dalam kita memaknai hidup, mungkin akan tersirat beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Seberapa besar manusia memahami posisinya diantara manusia lainnya?
2. Seberapa besar kearifan dan kebijaksanaan manusia dalam memaknai kehidupannya?
3. Seberapa optimal manusia memahami dan mengelola kelebihan – kelebihannya?
4. Dan seberapa keras manusia meningkatkan taraf hidupnya?
Pertanyaan – pertanyaan diatas merupakan beberapa pertanyaan pokok yang sudah semestinya ditelaah oleh manusia. Kadang manusia seringkali terlena oleh egonya sebagai makhluk yang memiliki keunggulan akan tetapi tidak menyadari bahwa manusia juga memiliki kelemahan. Alih – alih memperbaiki kelemahan tersebut, manusia cenderung bersikap offensive terhadap segala sesuatu yang mengingatkannya atas kelemahan tersebut. Manusia lebih cenderung memilih untuk menutupi daripada memperbaikinya. Lalu dengan arogannya, manusia membuat suatu pembenaran diri yang justru secara tidak sadar malah merugikan dirinya sendiri. Untuk itulah diperlukan beberapa fase dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan diatas.
Fase awal, dalam sebuah kehidupan, manusia perlu memahami secara keseluruhan dimanakah posisinya diantara manusia lainnya. Apakah manusia tersebut tergolong pada manusia – manusia unggulan ( manusia yang bersifat wajib ) atau manusia kelas kacangan. Pencapaian posisi tersebut haruslah melalui suatu proses yang cukup berat. Artinya, manusia memang tidak dapat berubah ( kualitasnya ) semudah membalikkan telapak tangan, akan tetapi manusia dapat berubah ( kualitasnya ) hanya jika manusia melalui suatu proses pembentukan sekalipun proses tersebut tidak memakan waktu yang lama. Disinilah perjuangan seorang manusia diuji ketahanannya. Manusia yang telah melalui perjuangan tentunya akan mendapatkan apa yang ia perjuangan sekalipun tidaklah secara keseluruhan. Dan melalui perjuangan itulah manusia dapat menentukan dimanakah ia akan memposisikan dirinya.
Fase kedua, lalu dalam kehidupannya, disamping penentuan posisi, manusia juga dituntut arif dan bijaksana dalam memaknai segala isyarat kehidupan. Kearifan dan kebijaksanaan manusia akan membentuk suatu identitas tersendiri bagi dirinya sendiri. Menjadi arif dan bijaksana adalah sebuah proses yang kompleks.
Pada dasarnya dibutuh pengenalan yang intensif dari manusia terhadap dirinya sendiri. Berangkat dari itulah maka manusia dapat mengelola dirinya dan memunculkan sikap arif dan bijaksana yang bukan berarti rendah diri tetapi lebih mendekati pada kemampuan manusia bersikap dan bertindak pada hal yang ia anggap benar dan berasal dari hati nurani manusia itu sendiri. Lagi dan lagi dibutuh sebuah perjuangan ketika manusia akan berangkat menjadi arif dan bijaksana.
Fase ketiga, setelah manusia masuk pada tahap penggalian serta pengenalan pada dirinya sendiri, muncul sebuah keharusan bagi manusia tersebut untuk mengoptimalkan pemanfaatan kelebihan – kelebihan yang ia miliki. Pemanfaatan tersebut berakar pada dua kata kunci yaitu memahami dan mengelola. Memahami bermakna sejauh mana manusia mengenali dirinya sendiri. Sedangkan mengelola ialah upaya manusia mengerahkan seluruh potensi yang ia miliki untuk kemajuan dirinya sendiri.
Fase akhir ialah menentukan pilihan – pilihan dalam hidup. Pilihan tersebut ialah berdiam diri atau berjuang. Ketika manusia bersikap acuh tak acuh dan memilih untuk berdiam diri lalu menjalani hidup tanpa adanya sebuah keinginan untuk memperbaharui, maka manusia merupakan makhluk yang sia – sia. Manusia dituntut harus terus berinovasi untuk memperbaharui jasmani dan rohaninya sehingga manusia selalu tampil dalam bentuk yang aktual. Hal ini sangat berperan penting dalam kehidupan dimana manusia dituntut untuk saling berkompetisi antara satu dengan yang lainnya. Manusia yang akan menempati posisi sebagai makhluk yang unggul adalah manusia yang aktual. Oleh karena itu, untuk mencapai jalan tersebut mutlak diperlukan sebuah perjuangan dalam garis hidup manusia. Terlepas apakah perjuangan tersebut bersifat murni ( untuk kebaikan diri sendiri ) atau pun tidak ( untuk tujuan tertentu ), manusia harus melakukannya sebagai pilihan yang paling efektif.
Perjuangan dalam meningkatkan taraf kehidupan manusia tentulah tidak mudah. Berbagai macam halangan dan rintangan akan selalu menghadang dalam proses tersebut. Akan tetapi yang perlu dipahami oleh manusia ialah, halangan dan rintangan itulah yang akan mendewasakan manusia sehingga manusia siap sepenuhnya dalam menjalani hidupnya.
Winston Churcill dalam pidatonya pernah menegaskan prinsip yang wajib dipegang ketika perjuangan yaitu perjuangan membutuhkan “ cucuran keringat, tetes darah, dan air mata ( guts, bloods, and cries ). “ Inilah salah satu wujud pengorbanan yang harus dilakukan oleh manusia sebagai kesungguhannya dalam menapaki sebuah perjuangan. Dan tentunya, perjuangan yang baik adalah perjuangan yang dilandaskan pada sisi idealis manusia karena perjuangan yang bersifat keuntungan belaka bukan sebuah perjuangan sejati. Maka dari itu, idealis harus ditempatkan sebagai aspek yang merupakan fungsi sentral dalam sebuah perjuangan. Dengan demikian, perjuangan idealis adalah perjuangan abadi.
Perjuangan Belum Berakhir!