MENGAPA kita "perlu" mengetahui dan belajar pada sejarah? Karena kalau tiada makna buat apa menghabiskan waktu untuknya. Paling tidak, dalam pengertian yang minimal, tidak ingin mengulang kegagalan dan belajar pada keberhasilan untuk sebuah kemajuan. Sejarah sekaligus sebagai identitas akan lahirnya peristiwa masa lalu, sekarang dan masa depan.
Dengan sejarahlah pula, para pemikir, seperti Marx, Gramsci, Tan Malaka, hingga Manifesto kaum pergerakan selalu menampilkan kenyataan sejarah. Tuhanpun dalam kitab suci coba mengajari manusia dengan sejarah.
Berbicara atas sejarah, bukannya kita sedang menghapalkan nama dan tanggal peristiwa dan itu selalu yang dianggap penting, oleh siapa, dan mengapa semua menganggapnya penting adalah kenyataan tentang pertanyaan pada pelajaran sejarah.
Era kejayaan Kerajaan Pulau Laut yang berakhir pada 1905 tidak meninggalkan jejak kecuali makam raja-rajanya di sebuah lokasi yang dinamakan Komplek Makam Raja -Raja Sigam di Desa Sigam, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Kalimatan Selatan.
Kerajaan Pulau Laut lebih dikenal Kerajaan Sigam yang letaknya berada di Desa Sigam. Kerajaan tersebut bangunannya menggunakan bahan dasar kayu berbentuk rumah kayu. Hingga saat ini sisa -- sisa kerajaan itupun tidak ditemukan hanya terdapat makam. Berbeda dengan kerajaan -- kerajaan yang ada dijawa seperti Kerajaan Majapahit, yang menggunakan bahan dasar batu sehingga mempertegas kisah tentang kejayaan kerajaan pada masanya.
Wilayah yang disebut Kerajaan Pulau Laut tersebut didirikan oleh Pangeran Djaija Samitra, yang memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah yang sekarang disebut Desa Sigam. Kerajaan ini terdiri Pulau Laut dan Pulau Sebuku di lepas pantai bagian tenggara pulau Kalimatan.
Kerajaan-kerajaan yang berbeda pada umumnya terletak di tengah pulau jauh dari laut namun kerajaan Sigam terletak di pesisir laut yang ditandai oleh keberadaan Kerajaan kecil seperti kerajaan Kusan, Pagatan, Batulicin, Sebamban, dan Pulau Laut. Karena dekat akses transportasi laut sebagai salah satu untuk mempermudah diplomasi raja-raja di Kalimatan.
Pusat kerajaan ini berada di daerah aliran Sungai Kusan di Tanah Bumbu Selatan, di Tenggara Kalimatan Selatan yang disebut Kerajaan Kusan, setelah dipindah ke pulau Laut, rajanya mendapat gelar Raja Pulau Laut 1. Raja-raja Kusan dan Raja-raja Pulau Laut merupakan Trah Sultan Sulaiman dari Banjar.
Objek wisata religi makam Raja Pulau Laut ditetapkan sebagai situs cagar budaya oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Terdapat tiga orang raja yang dimakamkan dikawasan tersebut diantaranya Pangeran Djaija Samitra, Pangeran Abdul Kadir, dan Pangeran Berangta Kesuma, serta beberapa keluarga dan orang dekat raja. Setiap tahunnya di Komplek Makam Raja-Raja Sigam digelar tradisi haul oleh masyarakat setempat dan penggantian kelambu makam.
Dilihat dari ke tiga nisan tersebut makam - makam itu memiliki keunikan terdapat kelambu berwarna keemasan serta sekeliling atap dipenuhi tulisan kaligrafi huruf Arab mengelilingi atap area makam raja-raja. Selain itu, keindahan atau nilai-nilai estetis  tercermin dalam kandungan makna tulisan yang mengandung unsur sufisme. Tulisan itu juga terlahir dari para ideologi yang mencerminkan zamannya, disamping nilai seni dan kepawaian yang sangat tinggi.
Hal yang menarik, Pemerintah Kabupaten Kotabaru berupaya melestarikan dan menjaga Rumah Raja Sigam yang terletak di Jalan Pangeran Indra Kesuma Negara, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Jejak rumah dan Makam Raja Sigam di Pulau Laut menjadi bukti Kabupaten Kotabaru di Kalimantan Selatan begitu "kaya" dengan artefak-artefak sejarah kebesaran Nusantara.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Djaija_Samitra
"Patrik Cahyo Lumintu adalah Pewarta Foto Indonesia"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H