Ada yang spesial di kegiatan pembiasaan siswa SMP Negeri 21 Malang pagi ini. Sebelum masuk kelas dan memulai kegiatan pembelajaran, siswa-siswi melakukan kegiatan bertajuk SMS (Semenit Memungut Sampah). Â Segera setelah barisan dibubarkan, mereka semburat menuju ke sudut-sudut area sekolah untuk mengambil dan membuang sampah di tempatnya.
Ada yang pergi ke taman terdekat, menyisir pot bunga sekitar, lalu memunguti sampah-sampah berupa dedaunan kering, ranting-ranting pohon yang patah. Ada yang buru-buru menuju teras-teras di depan ruangan untuk berburu plastik, bungkus makanan, kertas, masker bekas dan sampah-sampah lainnya. Tempat sampah tersebar di banyak titik. Oleh karena itu, anak-anak tidak kesulitan menemukannya.
Tidak hanya siswa yang berSMS pagi ini, tetapi juga seluruh Ibu/Bapak guru dan karyawan turut aktif mengambil dan mendampingi kegiatan. Antusiasme seluruh warga sekolah menggambarkan betapa mereka  ternyata masih peduli dengan kebersihan lingkungan sekitarnya.
Meski hanya satu menit, aktivitas ini memberi manfaat yang signifikan jika terus dilakukan secara rutin. Anak-anak menjadi terbiasa peduli dengan sampah apapun yang berada di sekitarnya, segera memungut dan membuang di tempatnya, tanpa perlu tahu dan bertanya-tanya sampah tersebut milik siapa. Harapannya, kapanpun dan di manapun mereka menemui sampah, sikap peduli ini merupakan respon yang otomatis diperbuat.
Walaupun lingkungan sekitar tidak serta merta jadi kinclong seketika, tapi dengan SMS setidaknya anak-anak belajar meringankan pekerjaan petugas kebersihan di sekolah. Lagi-lagi nilai kepedulian sosial dipupuk berkat aktivitas sederhana ini.
Lingkungan yang bersih jelas menjadi penunjang kenyamanan belajar anak-anak. Bayangkan betapa tidak nyamannya berlama-lama di area yang kotor dan kumuh. Selain rentan menjadi sumber penyakit, lingkungan kotor juga tidak sedap dipandang. Semua siswa pasti lebih betah belajar di lingkungan bersih. Masalahnya, mampukah mereka konsisten menciptakan dan memelihara lingkungan sekitarnya agar tetap bersih?
Ke depan, SMS ini perlu terus digalakkan supaya kebiasaan baik ini terbentuk dalam diri anak-anak. Jadi, mereka bukan hanya bersikap peduli ketika berada di sekolah saja, tetapi mampu menerapkannya di manapun berada, termasuk di lingkungan rumah dan masyarakat.
Yang tak dapat diabaikan pula, bahwa anak-anak selalu memerlukan contoh dari orang-orang di sekitarnya. Lingkup terdekat seperti guru, teman, orang tua, juga mesti berkomitmen untuk melakukan sikap peduli sosial seperti ini kapanpun dan di manapun. Bukan hanya ketika dilihat anak-anak saja. Anak-anak calon nahkoda bangsa ini perlu terus diberi asupan sikap-sikap positif dari orang-orang di sekelilingnya demi tumbuhnya kepribadian diri yang terpuji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H