Mohon tunggu...
Patrick Ayrton
Patrick Ayrton Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA

Saya suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Apakah ChatGPT Akan Mempengaruhi Kreativitas Generasi Pelajar

12 Maret 2023   16:55 Diperbarui: 12 Maret 2023   17:04 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Pengaruh teknologi terhadap kreativitas generasi muda telah menjadi topik yang semakin menarik untuk diteliti dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu teknologi terbaru yang berpotensi untuk mempengaruhi kreativitas generasi muda adalah ChatGPT. ChatGPT adalah sebuah program komputer berbasis kecerdasan buatan yang dirancang untuk mempelajari dan menghasilkan bahasa alami manusia. 

Dengan menggunakan ChatGPT, pengguna dapat berinteraksi dengan program ini dan menghasilkan teks yang bisa sangat kreatif dan orisinal. Oleh karena itu, penelitian tentang pengaruh ChatGPT terhadap kreativitas generasi muda dapat memberikan wawasan baru tentang bagaimana teknologi dapat mempengaruhi kemampuan kreatif seseorang.

Setelah anda membaca paragraf tersebut, tahukah anda bahwa paragraf tersebut ditulis oleh ChatGPT sendiri? Dengan penginputan kalimat input "Paragraf pengenalan terhadap topik pembahasan pengaruh chatgpt terhadap kreativitas generasi muda," saya mendapat sebuah penulisan yang cukup mendalam dan dapat memperkenalkan topik yang ingin dibahas pada hari ini. 

Itulah topik pembahasan pada kali ini, yaitu pengaruhnya penggunaan program "AI" atau "Artificial Intelligence" terhadap tingkat kreativitas generasi pelajar yang berikut, dan apakah akibat yang muncul bersifat positif atau negatif?

ChatGPT dapat mempengaruhi ruas pembelajar dan dunia pendidikan dalam sebuah skala yang diprediksi akan bersifat monumental untuk masa depan kita. "Alat-alat seperti ChatGPT memiliki dampak yang luar biasa karena mereka tidak hanya membantu dalam pembuatan - mereka juga membantu dalam penelitian, ide, dan bahkan pembuatan prototipe," kata Jonathan Hunt, Ahli Teknologi Kreatif Senior di Wunderman Thompson. 

ChatGPT dapat berperan sebagai sebuah alat pembantu kreativitas ataupun alat mengalih. Dengan itu, pertanyaan apakah ChatGPT akan membunuh kreativitas sangat tergantung terhadap penggunanya. 

Dalam situasi ini, subjek pengguna adalah generasi pelajar. Menurut KBBI, generasi adalah kumpulan individu yang memiliki waktu hidup yang sama, dan pelajar adalah anak sekolah. Berarti kita dapat menyimpulkan bahwa generasi pelajar adalah seorang siswa atau siswi yang berada dalam tingkat kelas TK, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, atau universitas. 

Nah, masalah penggunaan ChatGPT tergantung dengan siswa/siswi tersebut dana konteks dimana mereka akan menggunakan ChatGPT. Jika seorang yang sedang berada dalam tingkat perguruan tinggi menggunakan ChatGPT, kemungkinan mereka akan menggunakan CHatGPT dalam konteks membantu dan mendukung pekerjaan atau tugas mereka. 

Seorang yang sudah berhasil mencapai tingkat kuliah kemungkinan besar sudah akan memiliki keterampilan dan kemampuan kreativitas dan menciptakan yang cukup tinggi, karena saat mereka muda, mereka sudah diajarkan dan diterapkan konsep mandiri dan berpikir secara kritis tanpa bantuan sebuah program seperti ChatGPT. 

Nah, jika kita masukkan ke dalam dunia seorang pelajar yang lebih muda, seperti seorang pelajar SD atau SMP, dimana mereka masih diajar atau diterampil untuk mengenbangkan kemampuan berpikir dan identitas kreativitas mereka, ChatGPT akan sangat mempengaruhi tingkat kreativitas.

Penyedia kursus online Study.com bertanya kepada 1.000 siswa berusia di atas 18 tahun tentang penggunaan ChatGPT. Dengan respon yang cukup mengagumkan, sekitar 48% mengaku bahwa mereka menggunakannya untuk menyelesaikan sebuah ujian yang dilakukan di rumah. Lebih dari 50% mengaku bahwa mereka menggunakan ChatGPT untuk menulis sebuah esai, dan 22% mengatakan bahwa mereka meminta ChatGPT untuk membuat garis besarnya sebuah makalah atau esai. "

Hanya karena ada mesin yang dapat membantu saya mengangkat dumbel, bukan berarti otot-otot saya akan berkembang. Dengan cara yang sama, hanya karena ada mesin yang dapat menulis esai, bukan berarti pikiran saya akan berkembang," ujar Johann Neem, profesor sejarah dari Western Washington University kepada The Wall Street Journal.

Jadi, pengaruhnya ChatGPT terhadap kreativitas generasi pelajar sangat tergantung atas hati nurani setiap siswa/siswi, apakah mereka ingin menggunakan alat tersebut atau tidak, dan pada fase hidup yang mana. 

Namun, jika mereka bersepakat untuk menggunakan ChatGPT, apakah dampak dan akibat dari penggunaannya? Yang dari saya baca dari sebuah artikel dari Entrepreneur.com, ChatGPT akan mengurangi kemampuan untuk berpikir secara kritis dan berpikir dengan orisinal, karena ChatGPT dengan semudah itu mengekstrak data dari berbagai macam sumber dari internet, sehingga pelajar berhasil mengeliminasi usaha dan kerja keras untuk mencari data dengan sepenuh hati dan tenaga. 

Dari situ, tereliminasinya usaha untuk mencari data yang valid untuk sesuatu akan menimbulkan rasa kegampangan dan kemalasan antar pelajar. ChatGPT menunjukkan mereka bahwa ada sebuah cara yang sederhana untuk melakukan sesuatu. 

Meskipun moto jika ada cara yang mudah, mengapa harus menyusahkan diri tetap berdiri sampai sekarang, seperti moto "Work Smarter, Not Harder," hal tersebut tidak bisa diaplikasikan kepada suatu program seperti ChatGPT yang mengeliminasi kemampuan untuk melakukan penelitian, mengolah data, berpikir secara kritis untuk mencari data yang paling mendukung, dan sebagainya. ChatGPT merupakan alat yang dapat membantu pekerjaan pelajar kedepannya, tetapi jika tidak digunakan dengan secukupnya, maka alat tersebut akan berubah menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan.

Lalu, bagaimana untuk mengendalikan masalah tersebut yang pada kedepannya akan terus menerus melonjak? Beberapa programmer sudah menaruh perhatian terhadap fenomena tersebut, dan menciptakan sebuah program yang bernama GPTZero. Edward Tian, seorang senior di Princeton University, menciptakan sebuah alat yang bernama alias GPTZero yang mengidentifikasi teks yang dihasilkan oleh ChatGPT untuk menindak plagiarisme AI. 

Meskipun program tersebut belum sempurna, beberapa pengajar di berbagai macam institusi sudah mulai mencari solusi yang bertujuan untuk menindak dan menghentikan plagiarisme yang dilakukan oleh siswa/siswi dengan penggunaan ChatGPT, seperti melanggar penggunaan komputer dan gadget seperti laptop ataupun ponsel saat pelaksanaan ujian atau pembuatan proyek. 

Meskipun itu, dunia kami yang didefinisikan sebagai dunia yang sudah bersangkutan dengan pergerakan digital yang terjadi di beberapa tahun kemarin, akan terpaksa untuk mencari solusi yang akan sesuai dengan era baru. 

Dengan itu, tak terbatasnya kemampuan ChatGPT untuk terus berkembang dan berinovasi, dengan beberapa perusahaan melihat peluang komersial dari sebuah program dengan kompleksitas setingkat ChatGPT. Namun, untuk para pelajar, sebagai pelajar sendiri, saya menyarankan untuk menggunakan CHatGPT dengan sadar. 

Tidak terasa jika AI akan mengubah cara berpikir negara kita atau dunia secara menyeluruh. Sebagai kalimat penutup, saya akan menyajikan sebuah kutipan dari ChatGPT sendiri mengenai kemungkinannya kematian kreativitas.

"Kreativitas bukanlah sesuatu yang hilang begitu saja dalam semalam, melainkan sebuah proses bertahap yang terjadi ketika seseorang gagal mengeksplorasi dan mengembangkan potensi kreatif mereka." 

~ ChatGPT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun