Yogyakarta, Pers IMaKo - Mahasiswa Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD" Yogyakarta menggelar panggung demokrasi dalam rangka May Day & Hardiknas. Sebagian mahasiswa yang menyampaikan aspirasi dalam kegiatan ini, merupakan mahasiswa yang tergabung di dalam organisasi, baik organisasi internal maupun eksternal. Panggung demokrasi ini dilaksanakan di lapangan Basvol APMD. Rabu (8/5/2024).
Ketua panitia Tegu Datal mengatakan, panggung demokrasi ini digelar berdasarkan situasi yang terjadi. Sebelum diselenggarakannya panggung demokrasi, terlebih dahulu mereka mengadakan rapat dan juga panitia menghadirkan pemateri yang betul- betul professional dan bergerak sebagai aktifis dibidang apatis, aliansi Pendidikan gratis, serta sebagai penggerak di kaum buruh. Bukan hanya itu pemateri yang dihadirkan tersebut sebagai konseptor penggerak dalam perlawanan di Indonesia, perlawanan untuk mengeluarkan masyarakat dari kebodohan- kebodohan sehingga kaum buru harus bergerak untuk melawan.
Target besar digelarnya panggung demokrasi ini agar semua mahasiswa ikut berpartisipasi. Untuk penguatan aksesnya, kegiatan ini terbuka bagi umum, sehingga siapa saja yang ingin menyampaika aspirasinya baik melalui puisi, pantun, orasi, musikalisasi, dan lain sebagainya yang pada intinya tidak tetap pada tema pendidikan dan buruh. Buruh disini dalam artian orang yang mengharapkan upah dari orang lain.
Teguh juga mengatakan bahwa dalam undang-undang, para fakir miskin wajib dipelihara oleh negara, namun kenyataannya orang-orang miskin dan kelaparan tidak dapat memperoleh pendidikan kecuali jika berprestasi. Hal ini merupakan bentuk- bentuk kejahatan, sehingga kita sebagai mahasiswa harus mengetahui permasalahan yang ada di masyarakat dan jangan pernah tidur serta mengubur mimpi- mimpi besar bangsa dengan cara kita sendiri. Melalui panggung demokrasi inilah penyampaian aspirasi dan pemberdayaan dapat dilakukan. Sebagai kaum perubahan tentunya mahasiswa harus berubah dari hal perilaku, baik itu menormalisasi yang selama ini belum jelas, dan penggunaan media sosial yang berpengaruh pada kehidupan mahasiswa itulah yang perlu diubah.
Adapaun pihak yang terlibat dalam kegiatan penggung demokrasi ini, dikonseptori dan diinisiasi oleh organisasi Kesa, SMI, HMI, FMN, dan HMJ PMD. Kegiatan panggung demokrasi ini terbuka bagi mahasiswa APMD secara umum, dan dalam penyelenggaraannya pun organisasi dari Fokmapa, Banera, UKM Teropong, GMNI, dan Sumba APMD turut andil di dalamnya.
Persiapan kegiatan panggung demokrasi ini dilakukan kurang lebih seminggu, dengan beberapa kendalanya yakni perubahan konsep awal yaitu bagi kampus dan mahasiswa. Akan tetapi pada kenyataanya, metedo- metode lama tidak cocok lagi untuk diterapkan kepada mahasiswa sekarang, dimana mahasiswa sekarang kebanyaka malas, apatis, keras secara fisik maupun verbal, dan hal tersebut selalu dibenarkan. Hal inilah yang perlu diubah, sehingga mahasiswa memiliki intergritas diri dengan cara banyak membaca serta bertukar pikiran sehingga mahasiswa dapat melihat dunia dengan lebih luas.
Ketua panitia itu juga mengatakan bahwa harapan dari panggung demokrasi ini pun ialah agar lembaga berbenah diri dan mampu melihat bagaimana cara membesarkan kampus ini. Adapun harapan untuk mahasiswanya ialah jika berbicara soal Kemendikbud yang berkaitan dengan literasi baik menulis dan membaca setelah Covid, sangatlah menurun dan hal ini berdasarakan data dari pemerintah. Atas dasar fenomena itulah panggung demokrasi dibuat untuk membuka peluang bagi mahasiswa dalam menyampaikan aspirasinya yang juga ditujukan kepada lembaga sebagai satuan akademik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H