Mohon tunggu...
Patricia Pingkan
Patricia Pingkan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pingkan

Hai

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jazuli si Budak Uang (Resensi Novel Tuan Direktur)

1 Oktober 2021   00:23 Diperbarui: 1 Oktober 2021   13:40 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Identitas Novel
Judul: Tuan Direktur
Pengarang: Prof. Dr. Hamka
Penerbit: Gema Insani
Tahun terbit : 1939
Dimensi buku: 18.3cm x 12.3cm (138 halaman)
Harga: Rp 35.000

Jazuli, pengusaha kaya raya yang datang dari Banjarmasin ke Surabaya dengan kantong kosong dan hanya bermodalkan keyakinan dapat membuktikan keberhasilannya dalam membangun kedai emas dan intan yang besar. 

Keberhasilannya dalam membangun usaha membuat Jazuli lupa akan sahabat-sahabat lamanya yang menjadi teman saat ia masih susah dulu. 

Ia sekarang berubah menjadi orang yang serakah akan kekayaan duniawi, apapun dilakukannya untuk mendapatkan sesuatau yang ia mau. Kini ia lebih memilih untuk berteman dengan Margono serta Haji Salmin, si penjilat bermuka dua yang selalu punya rencana buruk di balik setiap perbuatannya. 

Begitu pula dengan Kadri, bawahan kepercayaannya yang sering menghasut Jazuli dengan pengetahuan modern yang ia beri nama ilmu spiritisme.

Disisi lain, berbeda dengan Margono dan Haji Salmin, Fauzi adalah pemuda yang gigih terhadap pekerjaannya. Fauzi dapat menarik hati jutawan Tionghoa dan orang-orang kaya Belanda untuk membeli berlian di kedai emas milik Tuan Direktur. 

Berkat kehadiran Fauzi, kedai emas milik Tuan Direktur selalu ramai didatangi oleh saudagar dan bangsawan asing. Tapi, atas hasutan dari Kadri, Jazuli memecat Fauzi karena percaya atas nasehat teman gaib dari Kadri yang mengatakan bahwa Fauzi telah membuat kemunduran bagi usaha barunya itu.


Setelah berhenti menjadi anak buah dari Jazuli, ia dipertemukan dengan Pak Yasin, seorang pemilik tanah yang tanahnya ingin dibeli secara paksa oleh Jazuli. 

Pak Yasin merupakan orang yang sederhana dan rajin memberi nasehat kepada pedagang-pedagang yang menyewa tanahnya. Setelah banyak mendengarkan nasihat dari Pak Yasin, Fauzi memutuskan untuk memiliki usaha sendiri, dan ia menjadi pengusaha yang sukses dalam bidang perlengkapan rumah tangga. 

Namun melihat kesuksesan Fauzi, Kadri memiliki niatan jahat untuk menjebak Fauzi yang saat itu sedang mengadakan perkumpulan di rumah Pak Yasin. 

Ia melaporkan kepada pihak kepolisian, bahwa disana sering terjadi perkumpulan rahasia. Kebetulan sekali saat polisi sampai di rumah Pak Yasin, di saat itu pula Jazuli juga sedang bertamu. Mereka semua pun akhirnya dibawa ke kantor polisi untuk ditahan sebelum akhirnya persidangan dimulai.


Novel karya Hamka ini menceritakan mengenai perbedaan watak dari dua tokoh utama, yaitu Tuan Direktur dan Pak Yasin yang keduanya memiliki watak yang bertolak belakang. 

Tuan Direktur yang digambarkan sebagai orang sombong, serakah terhadap uang, dan melupakan Tuhan saat keinginannya sudah tercapai, nantinya akan dipertemukan dengan Pak Yasin. 

Si orang tua yang sederhana, murah hati, dan dekat dengan Tuhan, serta kehidupannya yang dikelilingi kesederhanaan dan kerukunan. 

Perbedaan watak yang dimiliki kedua tokoh utama tersebut membuat kita membuka mata lebar-lebar akan keserakahan yang manusia miliki. Termasuk bagaimana uang dapat membuat kita menghalalkan segala cara dan mempengaruhi akal sehat kita.


Latar belakang Buya Hamka sebagai ulama Muhammadiyah dan sastrawan Indonesia membuat karya-karyanya mengandung nilai-nilai ajaran agama Islam. 

Tak jauh berbeda dengan novel ini, Hamka juga memasukkan ajaran agama Islam ke dalamnya. Jazuli, si perantau yang datang dengan harapan untuk bisa menjadi saudagar kaya raya yang dilimpahi oleh kepuasaan material semakin lama semakin meninggalkan Tuhan. 

Ia seperti kehilangan akal sehat dan percaya dengan ilmu gaib yang diperkenalkan oleh Kadri, anak buah yang sering kali menghasutnya untuk menjauhi teman lamanya, bahkan sampai memecat Fauzi.


Buku ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu, dimana kita sebagai pembaca bisa mengetahui juga perasaan-perasaan dan pemikiran dari tokoh-tokoh tersebut. 

Penggambaran tokoh pembantu dalam cerita ini sangat detail, sehingga bisa membantu penulis untuk menggambarkan watak dari tokoh-tokoh utama menjadi semakin kuat. 

Kehadiran beberapa tokoh pembantu bisa membuat kita semakin paham akan perbedaan kedua watak tokoh yang sedang dibandingkan. Selain berisikan cerita narasi seperti novel pada umumnya, buku ini menyelipkan beberapa kutipan bermakna di hampir semua pergantian bab yang bisa kita ambil sebagai pesan moral.


Jalan cerita yang disajikan oleh buku ini sangat menarik dan tidak membosankan, sehingga kita sebagai pembaca akan selalu merasa penasaran dengan kejadian-kejadian apa yang selanjutnya akan terjadi. 

Dalam bagian konflik, nantinya kita akan disuguhi oleh beberapa kejutan yang terjadi, seperti saat Tuan Direktur ikut ditangkap ke kantor polisi. 

Setelah klimaks berakhir, penulis tidak hanya menuliskan resolusinya secara langsung, tapi Hamka seperti melatih kita untuk bisa menarik kesimpulan terhadap tindakan-tindakan yang diambil oleh Jazuli si Tuan Direktur yang sudah sakit.


Akan tetapi, buku ini mengandung banyak kalimat-kalimat konotatif yang bisa membuat pembaca bingung akan arti atau makna dari kalimat tersebut. 

Selain itu, ada juga beberapa penggunaan kata yang mungkin terdengar asing ditelinga kita. Misalnya kata memekakkan, kata tersebut sebenarnya memiliki arti yang sederhana yaitu, kurang baik pendengarannya. 

Namun karena kata tersebut jarang dipakai di jaman sekarang, pembaca bisa merasa bingung dan enggan untuk membaca buku ini sampai selesai. 

Hal tersebut mungkin terjadi karena buku ini telah terbit 60 tahun yang lalu, sehingga pasti ada perbedaan dalam pemilihan diksi yang digunakan. Selain beberapa kekurangan diatas, penggunaan alur yang maju mundur juga dapat membuat pembaca menjadi bingung.


Nilai-nilai ajaran agama islam sangat tercermin dari cara penulis mendeskripsikan tokoh-tokoh yang ada. Tuan Direktur yang semakin kaya bukannya semakin dekat dengan Tuhan untuk bersyukur atas kekayaan material yang ia punya, Jazuli malah semakin menjauh dari-Nya. J

azuli malah percaya dengan ilmu spiritisme yang mengatakan bahwa Kadri memiliki teman gaib yang bisa memberi nasihat untuk kejayaan usahanya itu. 

Padahal tidak semua nasihat yang Kadri berikan selalu tepat, ada juga yang salah. Tetapi, semua kesalahan tersebut dilupakan oleh Tuan Direktur, mengingat ia lebih memilih untuk berteman dengan orang yang bermulut manis, daripada yang menyatakan fakta kepadanya. 

Di lain pihak, Pak Yasmin selalu dekat dengan Tuhan, ia tidak pernah mengeluh kepada Tuhan untuk menjadi kaya raya. Ia juga selalu melaksanakan Sholat lima waktu yang sudah menjadi kewajibannya.


Walaupun Pak Yasin merupakan pemilik dari tanah yang disewakan kepada beberapa pedagang-pedagang kecil, ia tidak pernah berlaku sombong kepada mereka. 

Bahkan Pak Yasin juga bersedia agar rumah nya digunakan untuk pertemuan para pedagang tiap sore hari. Ia juga mengizinkan agar rumahnya digunakan sebagai tempat para pedagang belajar baca tulis. Ia pun orang tua yang suka memberi nasehat kepada anak-anak muda. 

Ia pernah memberi nasehat kepada Taslim bahwa dibanding membeli baju hari raya yang harga nya empat kali lipat dari harga baju yang ia gunakan sekarang, lebih baik ia menjual baju itu dan membeli empat baju baru untuk diberikan kepada empat pedagang lain yang sedang kesulitan untuk membeli baju.


Sehingga terlepas dari beberapa kekurangan yang ada, buku ini layak untuk dibaca oleh siapa saja. Pesan moral yang bisa kita temukan di novel ini banyak sekali. 

Misalnya saat Pak Yasin mengatakan bahwa, carilah materi sewajarnya saja. Hal itu dikatakan Pak Yasin karena mengingat watak dari Tuan Direktur yang serakah dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan maupun materi yang dia mau. Ia bahkan menipu Pak Yasin agar mau menjual tanah miliknya itu. 

Bahkan sampai di titik bahwa mereka semua perlu menghadap pengadilan, Jazuli masih tetap berbohong di depan hakim bahwa ia melihat ada perkumpulan rahasia. Padahal ia sendiri tahu bahwa perkumpulan yang diadakan di rumah Pak Yasin, hanya untuk membantu belajar orang-orang yang buta huruf.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun