Kasus yang dapat dilihat, ada seorang siswa yang datang di sekolah namun pada saat pagi hari siswa tersebut belum sarapan dan seorang siswa yang sebelum ke sekolah sudah sarapan. Kita bisa melihat bahwa, hasil belajar yang diberikan oleh kedua siswa tersebut akan berbeda. Siswa yang datang ke sekolah dalam kondisi perut "kosong" akan lebih sulit untuk berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran dibandingkan siswa yang dalam kondisi perut "terisi".Â
Hal ini dikarenakan pada kondisi yang lapar, seseorang akan sulit untuk berkosentrasi dan berfokus pada suatu hal selain memenuhi rasa laparnya. Kondisi lainnya yang sering juga ditemui, seorang siswa yang datang ke sekolah namun pada sesi awal pembelajaran menunjukkan kondisi yang mengantuk.Â
Saat siswa datang ke sekolah dengan kondisi tidak cukup tidur pada malam sebelumnya, seorang siswa mungkin tertidur di kelas alih-alih mengerjakan pekerjaan sekolah mereka. Dalam hal ini, siswa secara alami akan lebih memilih tidur dari pada pengetahuan.
Kasus lainnya yang mungkin sering terjadi dalam konteks sekolah adalah siswa yang di dalam keluarga belum mendapatkan kasih sayang dan penerimaan yang utuh dari orangtua. Pada saat di rumah kebutuhan akan kasih sayang dan penerimaan yang seharusnya ia dapatkan di dalam keluarga tidak terpenuhi, maka yang terjadi siswa tersebut akan berusaha mencari perhatian dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu di sekolah, dari tindakan yang positif maupun tindakan yang akhirnya mempengaruhi proses belajarnya.Â
Siswa dalam kondisi seperti ini sering ditemukan kurang memiliki motivasi di dalam belajar. Hal ini disebabkan hasrat untuk mencintai dan memiliki menjadi salah satu pendorong siswa sehingga bisa berfokus dalam pembelajarn. Mungkin kondisi tersebut sering kali terabaikan, namun bagi seorang siswa hal tersebut sama pentingnya dengan kebutuhan fisiologis mereka. Penjabaran di sebelumnya menunjukan bahwa kebutuhan-kebutuhan siswa dapat memberikan pengaruhi terhadap kualitas siswa dalam mengikuti dan melakukan proses pembelajaran.
Pemahaman guru terhadap teori ini juga memberikan kapasitas bagi guru untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan pendidikan siswa sendiri. Hal ini memungkinkan setiap siswa untuk menyadari potensi pendidikan yang mereka miliki. Pemahaman tersebut membuat guru dapat menyusun strategi dan melakukan pendekatan yang tepat.Â
Selain itu, guru juga bisa memandang siswa sebagai pribadi yang berharga, dan melihat lebih jauh ke dalam diri siswa. Guru bisa melihat dari berbagai faktor, baik dari dalam diri siswa itu sendiri hingga pemenuhan kebutuhan yang mungkin belum dipenuhi oleh siswa.
References
Cherry, K. (2021, March 19). The 5 Levels of Maslow's Hierarchy of Needs.
Kline, T. (2021, August 5). Applying Maslow's Hierarchy of Needs In Our Classrooms.Â
Kremer, W., & Hammond, C. (2013, September 1). Abraham Maslow and the pyramid that beguiled business.Â