Mohon tunggu...
Patricia Daniela
Patricia Daniela Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Seorang guru SD kelas 6

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

John Dewey: "Experiental Learning"

15 September 2021   22:00 Diperbarui: 15 September 2021   22:20 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : CBSE to train teachers in ‘experiential learning’ through Diksha platform (theknowledgereview.com) 

John Dewey adalah salah seorang filosofis yang memberikan pengaruh yang besar dalam dunia pendidikan. Pemikiran yang dikemukakan oleh John Dewey memberikan perubahan pola pikir tentang proses belajar siswa. 

Pemikiran tersebut dikenal dengan istilah Experiental Learning. Dalam pemikirannya ini, Dewey sangat menekankan bahwa proses belajar dapat terbentuk apabila siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sekitarnya. 

Sehingga, bukan hanya terbatas pada seperangkat pengetahuan atau keterampilan yang ada, namun menjadi wadah realisasi potensi diri yang akan memberikan dampak bagi kehidupan siswa (Talebi, 2015, p.4). 

Pendekatan Experiental learning, memposisikan siswa menjadi pusat dalam pembelajaran. Di mana, pembelajaran yang dilakukan menyesuaikan dan mengikuti minat dan kebutuhan yang dimiliki oleh siswa di dalam kelas.

Saat ini pendekatan experiental learning sudah banyak diaplikasikan di dalam ruang-ruang kelas. Perencanaan kegiatan-kegiatan pembelajaran menjadikan siswa sebagai pusat dari pembelajaran itu sendiri dan mendorong siswa untuk dapat mencari dan menemukan pengetahuannya sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna dan ini dikenal dengan istilah learning by doing. 

Misalnya, pada saat siswa belajar mengenai ciri-ciri tumbuhan. Siswa akan keluar dari ruang kelas dan menuju ke taman sekolah, kemudian akan langsung melihat dan mengobservasi tumbuhan tersebut. Dari observasi tersebut, siswa akan mendapatkan pengetahuan mengenai tumbuhan yang diamati. Misalnya, memiliki daun yang lebar dan berwarna hijau, batangnya memiliki duri, terdapat bunga yang harum. 

Namun di sisi lain, siswa lainnya akan memiliki pengetahuan yang berbeda. Misalnya, memiliki daun yang panjang dan berwarna merah kecokelatan, batangnya tipis, dan sebagainya. Dari observasi ini, siswa akan diajak untuk melakukan kolaborasi bersama dengan siswa lainnya. Hal ini berguna, sehingga siswa tersebut dapat belajar dari pemikiran yang dimiliki oleh orang lain. Kondisi tersebut membentuk suatu proses belajar yang dialami oleh siswa secara langsung.

Pengatahuan yang siswa miliki dapat dibawa ke dalam kelas untuk didiskusikan lebih lanjut. Dalam proses diskusi tersebut, siswa akan mengolah informasi yang didapatkan dari pengamatannya, dari siswa lainnya, dan arahan yang diberikan oleh guru. 

Hasilnya, siswa dapat menarik sebuah kesimpulan dari topik yang dipelajari sehingga terbentuklah pengetahuan yang baru (Wurdinger, 2005, p.10). Dalam proses ini, guru tidak berada dalam posisi menyuapi ilmu secara terus-menerus kepada siswa. 

Namun, guru akan berperan sebagai fasilitator yang akan mengamati dan mengarahkan siswa secara alamiah untuk menemukan pengetahuan tersebut (Grady, 2003). Selain itu, guru juga akan membantu siswa dalam menemukan dan mengarahkan hal-hal baru yang siswa peroleh dari pengalaman belajar.

Pendekatan ini juga membuat siswa belajar secara interdisiplin. 

Dalam hal ini, siswa dapat belajar banyak hal dan siswa bisa memahami akan sesuatu yang mereka tidak sadari. Hal ini dapat melihat hubungan antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya. Misalnya, dalam pembejaran IPA mengenai tumbuhan. 

Di sini siswa akan belajar mengidentifikasi karakteristik dari tumbuhan itu sendiri. Di sisi lainnya dalam materi IPS, siswa bisa melihat bahwa tumbuhan tersebut perlu dilestarikan sehingga para siswa dapat merancang kegiatan sederhana yang dapat dilakukan bersama keluarga untuk melestarikan tumbuhan (makhluk hidup). 

Selain itu, para siswa dapat diajak untuk membuat sebuah poster ajakan untuk melestarikan lingkungan dan ini akan memenuhi muatan Bahasa Indonesia. Poster tersebut dapat dikerjakan menggunakan canva sehingga muatan TIK juga bisa dipenuhi secara bersama-sama. Proses inilah yang akhirnya membuat siswa dapat melihat bahwa setiap ilmu pengetahuan saling berkaitan dan berhubungan dan hal tersebut berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam masa-masa pandemi saat ini juga, ternyata pendekatan ini dapat dimanfaatkan. Siswa dapat mengalami proses belajar dengan lebih kontekstual karena dimulai dari hal-hal yang ada di sekitar mereka, yaitu rumah (keluarga). 

Misalnya, saat belajar mengenai pertumbuhan dan perkembangan manusia. Siswa dapat diajak untuk melakukan observasi dan melihat proses pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh diri sendiri dan anggota keluarga lainnya. Siswa dapat membandingkan dan menyimpulkan hal-hal yang mereka dapatkan dari observasi tersebut. Ada beberapa hal yang perlu lebih diperhatikan oleh guru. 

Guru di sini perlu melakukan perencanaan secara matang. Guru perlu memperkirakan rentang waktu belajar untuk topik tersebut, hal-hal yang bisa dipersiapkan guru sehingga dapat membantu mengarahkan siswa menyelesaikan permasalahan yang ada. 

Guru juga perlu memikirkan dan mengenal satu per satu siswa yang akan diajar, karena bimbingan yang diberikan merupakan bimbingan pada masing-masing individu. Dalam hal ini, guru perlu mempersiapan arahan yang tepat namun tidak mengekang minat siswa untuk belajar.  Sehingga, tujuan pembelajaran tetap dapat tersampaikan kepada siswa dengan baik.

References

Grady, R. T. (2003, August). An Interpretation of Dewey's Experiential Learning Theory. 4.

Talebi, K. (2015, September). John Dewey - Philosopher and Educational Reformer. European Journal of Education Studies, 1, 4. 

Wurdinger, S. D. (2005). Using Experiential Learning in The Classroom: Practical Ideas for All Educators. Toronto: ScarecrowEducation.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun