"Nah di sini sebagai lektor, sebelum tugas bisa divisualisasiin di pikiran atau pun digambarkan, mana yang jadi fokus kita? Kalo masih cenderung fokus ke masa lalu, harusnya dikurangi. Belajar hidup di saat ini, di momen ini biar konsen saat tugas," pungkas Astrid.
Astrid juga menuturkan bahwa sangat wajar jika saat hendak bertugas merasa gugup atau cemas. Namanya cemas hal yang wajar karena seseorang ingin menampilkan yang terbaik. Tapi jika berlebihan dan tidak dapat dikelola akan berdampak negatif sehingga cara membaca menjadi kaku dan tidak leluasa. "Kuncinya ya membayangkan yang baik akan terjadi. Bisa juga menenangkan diri dengan tarik napas dan buang perlahan sambil memikirkan visual yang positif dan kita harapkan. Atau curhat ke teman terdekat yang bisa menenangkan kita," kata Astrid.
Di sesi kedua, para peserta diajak untuk bergabung di dalam kelompok dan membacakan bacaan dengan berbagai tema yang cenderung entertaining, tujuannya adalah agar setiap peserta mendapatkan gambaran yang positif bahwa membaca bacaan di hadapan publik bukan sesuatu yang perlu dianggap sebagai mimpi buruk. "Scriptnya memang tidak pakai bacaan gereja. Nggak dari kitab suci, tapi di sini untuk memboosting keberanian dan kebebasan ekspresi, pemahaman emosi, memahami detail karakter, kepribadiannya dan latihan intonasi sama temponya," papar Astrid.
Menurutnya teknik-teknik verbal dalam public speaking juga masih dapat diasah dengan cara melatih teknik vokal seperti melakukan humming, untuk olahraga otot, lalu berekspresi seperti lion atau dikenal dengan teknik lion face, membayangkan diri sedang memakan lemon yang asam supaya otot-otot sekitar mulut dan wajah jadi lebih rileks. "Kalo mau artikulasi jelas, nggak slip of tongue maka buka mulutnya, patokannya tiga jari nah jadi buka mulutnya maka suara akan keluar dengan lebih powerful dan jelas," bahas Astrid. Dalam hal teknik non verbal, seperti eye contact, ekspresi tentu tetap dibutuhkan tapi tidak berlebihan, dengan porsi yang wajar dan seimbang. "Segala sesuatu yang berlebihan kan nggak baik. Kalo intonasi juga sama kalo semua dikasih intonasi yang berlebihan jadi nggak enak dengarnya dan pesannya kurang dapat," imbuh Astrid.Â
Astrid berpesan agar setiap lektor berlatih terus dengan semangat dan saling belajar satu sama lain. Beberapa pertanyaan dan pembahasan yang belum sempat terbahas saat sesi berlangsung akan dijawab oleh pembicara melalui link khusus. "Saya senang banget bisa isi acara dan belajar bersama teman-teman lektor di sini. Pada dasarnya memang lektor-lektornya udah hebat-hebat dari segi teknik membaca, tinggal karakter dan percaya dirinya ditingkatkan. Makasih untuk tim pengurus lektor dan semua anggota tim lektor Santo Paulus Bandung. Terus berkarya dan jadi diri sendiri," pesan Astrid. Pembicara juga sangat terbuka dengan kritik, saran dan masukan dari para peserta yang dibagikan melalui link khusus untuk meningkatkan kualitas dirinya dalam memberikan pelatihan yang lebih baik dan lebih relatable lagi di kesempatan yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H