Mohon tunggu...
Patricia Orsa Indira
Patricia Orsa Indira Mohon Tunggu... Lainnya - student

Suka membaca, bangun lego, menyusun puzzle, dan menonton film sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Sastra Novel "Tenggelamnya Kapal van Der Wijck"

25 September 2023   09:45 Diperbarui: 25 September 2023   09:46 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu diuji pula kekayaannya, hartanya yang berbatang, sawahnya yang berbintalak, dikaji sasap jerami, pendam pekuburan, bekas-bekas harta yang telah dibagi dan yang belum dibagi di negerinya. Karena memang nyata bahwa dia (Aziz) orang asal, patut dijeput kita jeput, patut dipanggil kita panggil. Meskipun adat nan usali tidak boleh menerima menantu di luar kampung sendiri, aturan ini dikecualikan terhadap kepada menantu orang berasal usul, orang berbangsa, atau orang alin besar yang ternama. Bagi golongan yang dua ini, biasa juga dipakai adat.

Terlihat bahwa Aziz menerima perilaku spesial hanya karena latar belakang finansialnya. Kedua orang tuanya memiliki banyak uang, dan ia pun bekerja untuk seorang Belanda. Walaupun sering berjudi, pernah mengusik anak bini orang, pinangannya tetap mereka (keluarga Hayati dan para datuk) terima. Namun, lama kemudian, berbulan-bulan setelah Aziz dan Hayati menikah, setelah Zainuddin sudah menjadi seorang penulis yang terkenal, setelah keadaan finansialnya sudah berbalik 180°, rumah besar, harta, popularitas sudah ia miliki, ketiganya bertemu di opera buku “Teroesir”. Begitu Zainuddin sudah menjadi orang yang kaya dan dihormati banyak orang, Aziz, tidak lagi memandang Zainuddin sebelah mata lagi. Ucapannya begitu sopan, bahkan memanggil Zainuddin sahabatnya. Hal ini mencerminkan bagaimana beberapa orang sangat memperhatikan harta yang dimiliki orang lain untuk mendeterminasi perilaku seperti apa yang akan ia cerminkan pada orang tersebut.

  1. PENUTUP

  1. PENEGASAN TERKAIT ISI PENILAIAN

Isi dari novel ini banyak diisi oleh bagaimana orang Minangkabau memilih pasangan kerabatnya, terutama pasangan seorang Minangkabau. Adatnya yang begitu melekat, terutama di waktu itu, di awal abad ke-20, dimana globalisasi belum mendominasi dan adat istiadat masih kuat di kalangan orang Nusantara. Masalah ketimpangan sosial juga terpapar jelas di novel tersebut. Bagaimana keluarga Hayati lebih memilih seseorang dengan latar belakang keuangan yang jauh lebih baik daripada Zainuddin untuk menjadi suami dari Hayati, tidak peduli dengan sifat Aziz yang bejat, yang suka berjudi dan bermain wanita, menghamburkan uang, dan lain lain. 

Novel ini cocok bagi mereka yang menikmati cerita romansa dengan akhir yang pahit, berlatar era kolonialisme Belanda. Karena novel ini juga ditulis di awal abad ke-20, bahasanya yang menggunakan banyak kiasan, majas metafora. Bahasa yang digunakan juga sepenuhnya baku, tidak seperti novel jaman sekarang. Maklum, novel ini dirilis di tahun 1938.

  1. KESIMPULAN

Diambil dari (Indonesiana : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Pandangan Hamka atas Adat, Modernitas, dan Agama), Hamka menulis buku ini untuk mengkritik adat yang dilaksanakan dengan tidak adil. Bagaimana Hayati lebih memilih pria yang kaya tapi tidak baik ketimbang pria miskin yang meski darah Minangnya dianggap sudah putus, tapi memiliki cinta yang tulus kepada Hayati sebagai suami gadis tersebut. Memang, adat itu penting dan harus terus diturunkan kepada anak dan cucu, tapi jangan sampai kita melaksanakan adat tersebut tanpa memperhatikan nilai moral dan nilai agama. Hamka mampu menulis sebuah buku dengan isi yang beresiko, terutama di waktu itu, karena menyinggung, bahkan mengkritik adat istiadat. Dengan itu, buku “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck” karya Hamka ini merupakan salah satu karya sastra yang baik dan diharapkan terus dibaca oleh banyak orang karena isinya yang mengedukasi mengenai uniknya adat Minangkabau yang menganut matrilineal, dan sisi buruknya melaksanakan adat tanpa memperhatikan nilai-nilai yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Mengenal Sistem Kekerabatan Matrilineal dalam Adat Minang. (2021, December 12). Kumparan. Retrieved November 20, 2022, from https://kumparan.com/berita-terkini/mengenal-sistem-kekerabatan-matrilineal-dalam-adat-minang-1x5Xa9LzJQi/full 

Pendekatan Mimetik. (n.d.). Gurusiana. Retrieved November 20, 2022, from https://www.gurusiana.id/read/fiknimutiararachma/article/pendekatan-mimetik-2006522 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun