Mohon tunggu...
Rizky Patria Ramadhan
Rizky Patria Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa yang minat terhadap kepenulisan dan masih perlu lebih berkembang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melihat "Kebenaran" dari Para Jenderal

29 April 2024   23:18 Diperbarui: 29 April 2024   23:22 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut (Mintaredja 1982), kata 'kebenaran' dapat digunakan sebagai kata benda konkret atau abstrak. Ketika seseorang menyatakan 'kebenaran', itu berarti proposisi yang benar. Proposisi ini mengandung makna dalam sebuah pernyataan atau statement. Jika subjek menyatakan bahwa proposisi yang diuji itu benar, maka itu memiliki kualitas, sifat, karakteristik, hubungan, dan nilai.
Dalam filsafat, terdapat beberapa teori kebenaran. teori-teori tersebut guna melihat kebenaran yang sebenarnya dari suatu peristiwa dan atau pernyataan dengan cara yang kritis. Kita sebagai manusia diajak untuk membuat spekulasi-spekulasi dari suatu pernyataan dan peristiwa berdasarkan teori kebenaran.
Dalam perkembangannya, pandangan filsafat mengenai kebenaran sudah terjadi sejak zaman Plato lalu dikembangkan oleh Aristoteles. Manusia yang pada hakekatnya selalu merasa tidak puas dan ingin mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, mendukung mengapa teori kebenaran dalam filsafat sejarah terus berkembang hingga saat ini.

Berbagai pertanyaan yang muncul dalam benak diri manusia tidak terbatas, artinya akan selalu ada dalam semua aspek, termauk dalam bidang politik. Kondisi politik di Indonesia saat ini terbilang membingungkan dan terdapat banyak ketidaksesuaian. Hal tersebut bis dilihat dari pemilu 2024 yang banyak membuat masyarakat Indonesia berspekulasi hal lain. spekulasi-spekulasi tersebtu muncul lantaran ada hal yang melatar belakanginya dan bukan tanpa sebab. Kita bisa melihat spekulasi-spekulasi berdasarkan 4 teori kebenaran dalam filsafat sejarah.

Teori Korespondensi
Teori ini biasanya dianut oleh para pengikut relaisme. Hal itu lantaran teori ini bersinggungan dengan hal-hal yang benar adanya dan merupakan teori yang yang paling awal ada. Teori ini menyatakan bahwa sutau hal dianggap benar apabila hal tersebut terjadi kesesuaian antara pernyataan dengan fakta yang terjadi. Artinya, ketika kita mengemukakan diluar sedang hujan dan ternyata benar diluar sedang hujan, kita bisa menilai bahwa pernyataan tersebut benar dan merupakan fakta.

Dalam kasus seorang driver yang membawa Winson Churchill, kita bisa melihat terdapat hal yang tidak sesuai kebenaran. Seorang driver tersebut yang diminta untuk menunggu Winson Churchill menolak karena ia ingin mendengarkan pidato Winson Churchill, yang sebenarnya tidak ia ketahui bahwa penumpang yang ia antra merupakan Winson Churchill. Hal tersebut menunjukan bahwa driver tersebut merupakan seorang yang nasionalis dan peduli terhadap bangsanya. Namun, ketika Winson Churcill menawarkan uang sebesar 20 poundsterling, driver tersebut rela menunggu dan rela tidak membuang waktunya untuk mendengarkan pidato Winson. Kita bisa melihat ketidak sesuaian antara apa yang diucap dengan yang terjadi. Seorang driver yang idealis dan menunjukan seorang yang peduli dengn bangsanya, kalah dengan tawaran uang yang sifatnya realistis.

Selanjutnya, kita bisa menjumpai ketidaksesuaian antara pernyataan dengan fakta yang terjadi yaitu para jenderal purnawira TNI yang dulunya kontra dengan Prabowo namun sekarang mendukung Prabowo di pilpres 2024. Wiranto, Hendropriyono, Agum Gumelar, mereka merupakan orang-orang yang dulunya kontra dan mendukung untuk pencopotan jabatan Prabowo sebagai perwira TNI tahun 1998. Kala itu, Prabowo yang menyalahgunakan wewenang, pelanggaran disiplin, dan dinilai melanggar HAM atas penculikan aktivis-aktivis tahun 1998, mendukung keputusan untuk dicopot jabatannya. Wiranto, Hendropriyono, Agum Gumelar yang saat itu nasionalis dan memiliki intergritas yang tinggi, kini tidak terlihat. Mereka yang dulunya sangat kontra dengan Prabowo karena telah melanggar, kini mendukung Prabowo untuk pilpres 2024. Kita bisa melihat bahwa integritas dan idealisme terhadap nasionalisme kalah dengan hal yang realistis. Hal yang realistis tersbut bisa terjadi karena suatu hal materialis yang menguntungkan mereka sehingga mereka meninggalkan idealisme yang mereka punya dan berputar arah mendukung Prabowo. Pernyataan dan sikap yang mereka tunjukan untuk mendukung Prabowo tidak sesuai dengan fakta yang mereka lakukan dahulu kala yaitu mencopot jabatan Prabowo sebagai perwira TNI.

Teori Koherensi
Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap sebagai sebuah kebenaran apabila sesuai dengan pernyataan atau fakta sebelumnya dan atau tidak bertentangan dengan pernyataan-pernyataan lain. Atau dengan kata lain, teori ini tidak jauh beda dengan konsistensi.

Dalam kasus mantan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang mendukung prabowo, menunjukan ketidak konsistenan. Wiranto, Hendropriyono, dan Agum Gumelar yang sebagai mantan DKP bersikap dan menyatakan bahwa mereka mendukung Prabowo untuk menjadi presiden di 2024. Sikap serta pernyataan yang mereka tunjukan tidak sesuai dan bertentangan dengan fakta yang sudah ada sejak dulu, yaitu pencopotan jabatan.

Selain itu, Hendropriyono yang sempat mengungkapkan bahwa ia tidak setuju pada Prabowo maju sebagai presiden pada tahun 2014, menambah pernyataan kuat bahwa terjadi fakta yang tidak koheren dengan saat ini. Wiranto, merupakan orang yang mencopot jabatan Prabowo dengan tangannya sendiri, sekarang justru mendukung Prabowo untuk maju sebagai Presiden 2024. Fakta tersebut juga menunjukan bahwa terjadi ketidak koheren antara fakta saat ini dengan fakta pada masa lalu.

Teori Pragmatisme
Teori kebenaran pragmatis merupakan teori yang dianggap benar apabila hal tersebut memiliki suatu hal yang menguntungkan. Kriteria kebenaran dalam teori pragmatis dapat dijelaskan berbeda-beda sehingga hasilnya pun akan berbeda pula.

Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang lahir di Amerika serikat akhir abad ke-19, yang menekankan pentingnya akal budi (rasio) sebagai sarana pemecahan masalah (problem solving) dalam kehidupan manusia baik masalah yang bersifat teoritis maupun praktis.

Dalam kasus yang dibahas, Para mantan DKP berubah haluan menjadi mendukung Prabowo yang padahal sebelumnya sangat bertentangan. Hal itu lantaran para mantan DKP berhasil dipengaruhi oleh Prabowo dengan suatu hal – baik itu uang maupun hal lainnya yang bersifat material. Kondisi ini menunjukan bahwa integritas dan idealisme nasionalis bisa kalah oleh hal yang realtistis. Jika kita melihat dari sudut pandang para mantan DKP, mereka menjadi mendukung Prabowo pastinya karna mendapat hal yang menguntungkan bagi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun