Mohon tunggu...
Patrianef Patrianef
Patrianef Patrianef Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Bedah di RS Pemerintah

Patrianef, seorang dokter spesialis bagi pasienku. Guru bagi murid muridku. Suami bagi istriku dan sangat berbahagia mendapat panggilan papa dari anak anaknya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Dokter Kurang Humanis, Alasan Pasien Berobat ke Luar Negeri?

30 Juli 2016   17:56 Diperbarui: 30 Juli 2016   19:42 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu Menkes meminta agar dokter Indonesia lebih humanis agar lebih sedikit orang indonesia yang berobat ke negara tetangga. Ajakan yang bagus dan patut diapresiasi. Pasti masih ada dokter indonesia yang belum humanis. Pasti banyak juga yang berusaha untuk humanis dan tentu saja yang masih belum humanis.

Persoalan berduyun duyunnya pasien datang kenegara tetangga memang merupakan fenomena lama yang sulit untuk dihentikan. Ketimbang menghentikan, cara yang paling tepat adalah meningkatkan kualitas pelayanan di Indonesia.

Sebetulnya bukan hanya pasien yang berbondong bondong, tetapi banyak juga dokter Indonesia yang belajar di sana. Apakah kemampuan mereka di sana lebih bagus dari Indonesia. Pasti akan banyak bantahan. Kalau saya berterus terang dalam bidang "high technology" mereka jauh lebih unggul daripada kita. Tetapi pada bidang yang tidak memerlukan teknologi tinggi, kita mungkin lebih baik daripada mereka, karena sisi penduduk yang lebih banyak membuat kita lebih kaya pengalaman daripada mereka.

Hal yang terlihat sekali perbedaannya, adalah dalam pelayanan di sana. Terutama di RS Pemerintah adalah kepedulian dokter terhadap pasien. Satu dokter dalam satu hari praktek dari pagi sampai siang paling memeriksa 5 orang pasien. Mereka begitu serius memeriksa pasiennya, terperinci dan detail. Data data pasien langsung bisa mereka ambil dari komputer mereka. 

Mereka bisa tahu detail tentang pasiennya dan tidak terputus. Kenapa bisa begitu. Poliklinik mereka banyak sehingga pasien bisa terbagi. Bandingkan dengan kita yang hanya melayani 100 pasien dengan 2 poliklinik. Sekilas terlihat dokter kita tidak peduli. Tetapi dengan sebanyak itu pasien, dokter dihukum oleh waktu. Kalau dokter fokus kepada beberapa pasien maka akan banyak pasien terlantar.

Dokter di RS Pemerintah di sana digaji dengan angka yang jauh lebih besar dibandingkan dengan Indonesia. Mereka tidak perlu bekerja di RS swasta, karena sudah memadai pendapatan dari satu tempat tugas. Kurang elok rasanya bila saya menyampaikan jumlah pendapatan mereka. Tetapi sebagai pembanding, dokter residen yang di sana dianggap sebagai pekerjaan digaji sekitar Rp. 20 juta rupiah. 

Dokter spesialis dan subspesialis digaji dengan jumlah yang mencukupi. Mereka menghargai dokter pada tempat yang selayaknya. Mereka tidak perlu menuntut banyak pada dokternya, karena pada dasarnya tidak ada dokter yang tidak peduli pada pasien. Mereka bekerja dari pagi sampai selesai hanya di satu RS.

Apakah dokter di Indonesia digaji tidak layak. Silakan lihat sendiri. Di Indonesia dokter dibayar berdasarkan jumlah pasien yang dilayaninya. Makin banyak pasien makin besar pendapatan. Rumah sakit juga begitu. Makin banyak pasien makin besar pendapatan. Klinik atau Puskesmas yang melayani peserta BPJS, semakin banyak kapitasi akan semakin banyak pendapatan. Akibatnya dokter dan petugas sering bekerja lembur sampai sore untuk menangani pasien. 

Saya menanyakan kepada salah seorang dokter umum yang bekerja di Puskesmas. Mereka punya kapitasi sebanyak 12.000 dan mendapatkan dana kapitasi sekitar Rp 120 juta perbulan. Kedengarannya besar, tetapi itu dibagi dengan sekitar 30 pegawai lain.Untuk si dokter sendiri dia mendapat Rp 3 juta. Saya tanya apakah puas?, jawabannya Alhamdulillah. Batas antara puas dan bersyukur memang tidak ada. 

Dokter spesialis harus bekerja banyak untuk bisa memperoleh pendapatan yang memadai, karena gaji mereka sangat kecil. Pendapatan tambahan mereka peroleh dari remunerasi di RS pemerintah dan bekerja di RS Swasta yang pada dasarnya adalah "fee for services". Akibatnya dokter harus bekerja di beberapa tempat untuk memenuhi keperluan hidupnya.

Oh, dokter mengejar pendapatan untuk menjadi kaya. Itu pendapat banyak orang. Saya pribadi beruntung bahwa anak saya masih kecil dan yang besar kuliah di PTN. Waktu anak saya mau selesai SMA, saya berdiskusi dengan istri saya yang juga seorang dokter spesialis tentang kemungkinan masuk ke Perguruan Tinggi Swasta jika anak saya tidak lulus di PTN. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun