Mohon tunggu...
Patrianef Patrianef
Patrianef Patrianef Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Bedah di RS Pemerintah

Patrianef, seorang dokter spesialis bagi pasienku. Guru bagi murid muridku. Suami bagi istriku dan sangat berbahagia mendapat panggilan papa dari anak anaknya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Beginilah Nasib Dokter Residen

21 Mei 2016   13:25 Diperbarui: 25 Mei 2016   13:48 5515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Residen juga rentan untuk di-bully baik oleh seniornya maupun oleh petugas sekelilingnya. Bahkan mereka takut menghadapi seorang petugas yang mempunyai kedekatan dengan seorang konsulen. Takut yang tidak berdasar, tetapi harus mereka lakukan untuk berjaga jaga agar tidak timbul masalah dengan konsulennya. Dalam bekerja, ketakutan mereka sering mengalahkan rasionalitas karena memang mereka berada dalam lingkungan yang kadang kala irrasional. Bagi seorang residen selama bekerja, pemetaan situasi sekeliling adalah hal yang harus dan wajib mereka lakukan. Karena masalah sering muncul selama menjalani pendidikan dari faktor sekelilingnya yang tak bisa mereka duga.

Mereka bekerja keras dan dibayar dengan harapan. Harapan selesai menjalani pendidikan mereka kembali bertugas didaerah dan dapat membahagiakan keluarganya dengan memiliki sebuah rumah tempat berteduh dan berkumpul. Dapat memiliki sebuah mobil sederhana sehingga tidak kehujanan di jalan. Dapat memilki sedikit uang sehingga dapat membawa keluarganya berwisata. Harapan yang sangat manusiawi dan tidak aneh-aneh sebetulnya. 

Kembali kepada keluarga, mereka sering tidak mengetahui, apalagi jika berasal dari dunia yang sangat jauh berbeda, bukan dunia kesehatan maksudnya. Mereka heran kenapa menantu mereka justru tidak punya uang setelah kembali ke kota besar. Saudara-saudara yang tadi terbantu mulai terhenti bantuannya. Keluarga jauh yang terbantu heran kenapa sekarang tak ada bantuan sama sekali. Mertua heran, kenapa sekarang menantu bergantung semuanya kepada mereka. Bisa saja timbul kecurigaan dari istri. Jangan jangan suamiku kawin lagi, jangan-jangan dia membelikan rumah baru untuk istrinya yang baru, jangan-jangan dia kecapean karena baru pulang dari tempat istri mudanya. Hal yang sering terjadi seorang suami yang menjadi residen sering dipantau oleh istrinya di tempat tugas barunya. Agak berlebihan memang, tetapi itulah yang terjadi.

Banyak rumah sakit di daerah yang belum mempunyai spesialis sehingga salah satu jalan pintas bagi mereka adalah bekerja sama dengan Pusat Pendidikan Spesialisasi. Mereka mengadakan kerja sama sehingga Pusat Pendidikan terbantu karena peserta didik mereka dapat mempunyai pengalaman nyata bertugas di dunia yang bakal mereka hadapi nantinya. RS terbantu karena mempunyai “spesialis” yang mereka perlukan. Tetapi yang paling beruntung adalah residennya. Kenapa dia beruntung? 

RS yang memerlukan mereka akan memperlakukan mereka sebagai seorang spesialis walaupun tidak penuh. Mereka mendapatkan imbalan walaupun tidak penuh, karena sebagian imbalan jasa mengalir juga ke pusat pendidikan. Tetapi bagi residen inilah kesempatan yang mereka tunggu-tunggu karena mereka akan mendapatkan segelas air di tengah dahaga yang sangat dan berkepanjangan. Sedikit apa pun uang sangatlah berharga bagi mereka, karena di RS pendidikan mereka sering tidak mendapatkannya.

Sangat lama penderitaan seorang residen, sekitar 4 sampai lima tahun. Sering pada saat mereka selesai. Anak-anak mereka sudah selesai masa kanak-kanaknya. Anak-anak mereka sudah memiliki dunia sendiri dengan teman-teman mereka. Sambutan yang mereka jumpai pada waktu residen dengan berlari-lari mengejar orang tua yang sedang kecapean sudah menghilang. Justru pada saat mereka punya kesempatan bermain dengan anak-anaknya dan mengharapkan anak-anaknya berlari dan mengajak sang ayah atau ibu jala- jalan, pada saat itu anak-anaknya justru sudah tidak peduli.

Pada saat diajak, maka akan keluar pertanyaan anaknya, ”Memangnya kita mau ke mana." Anak-anak sibuk dengan dunia mereka sendiri. Gadget dan Wifi yang sekarang sudah dimiliki anak karena orang tuanya sudah mampu membelinya memperjauh jarak mereka dengan keluarganya.

Begitulah duka seorang residen. Fakta yang berbeda jauh dari persepsi. Lebih mudah melihat penderitaan seorang dokter residen dengan mata hati ketimbang mata ragawi. 

Lihatlah kerut wajah yang menggambarkan pederitaan di balik senyuman mereka. 

Lihat kelopak mata mereka yang berat di balik cahaya mata mereka yang berbinar melihat pasien mereka sembuh. Berat karena kekurangan tidur.

Perhatikanlah kegembiraan di wajah mereka saat bertemu pasien anak-anak, sedikit mengobati kerinduan dengan anak-anak mereka yang jarang mereka temui di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun