Mohon tunggu...
Patra Mokoginta
Patra Mokoginta Mohon Tunggu... Lainnya - Warga kotamobagu

Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Ringan: di Balik Geliat Masyarakat Adat Bolaang Mongondow

29 Oktober 2021   14:11 Diperbarui: 29 Oktober 2021   14:18 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat adat Mongondow (Modayag) sedang memanfaatkan Sumber daya alam Tahun 1917. Sumber: www.omnia.ie

Beberapa hari ini di Media sosial, banyak peristiwa social yang berseliweran di beranda facebook saya, mulai dari curhatan hingga umpatan, ada yang sekedar saya beri emoji ketawa atau like saja atau bahkan nambahin komen biar lebih rame aja. Ada juga peristiwa yang lagi viral dengan masing masing kelompok saling berbalas pantun. 

Sekilas di benak saya, ini kok kayaknya unik deh. Contohnya di wilayah BMR (sebutan untuk Kabupaten/Kota Pemekaran dari Bolaang Mongondow),sudah beberapa tahun ini banyak kegiatan kegiatan yang bertema adat dan budaya mewarnai jagad dunia maya di BMR yang kebanyakan di lakukan oleh generasi muda, dan pasti akan saya beri "Like" untuk mereka. 

Ini unik, boleh di kata kebangkitan adat dan budaya di BMR, kenapa tidak? Lha penggiat sekaligus pelakunya berasal dari kalangan anak anak muda walau Mungkin saja ini sudah lama berlaku tapi karena trend penggunaan media social berbasis internet baru berusia belasan tahun ini, makanya baru sekarang nampak aktivitas para penggiat kebudayaan dari anak anak muda. 

Untuk kelompok anak anak muda ini, dalam tulisan saya ini, saya beri label sebagai generasi normal dengan inisial "Gen Normal".

Keunikan lain, muncul sekelompok yang tampil beda. Kelompok yang seperti alergi dengan hal hal bertema adat. Dan lebih uniknya lagi, kelompok ini bukan dari kalangan religi garis keras yang sering menggunakan agama secara kaku untuk menilai adat dan tradisi, Bukan kelompok religi ini, kelompok yang saya maksudkan ini lain lagi, kelompok mereka hanya alergi saja dengan hal hal bertema adat dan budaya. Unik bukan? Heheh. Untuk mempercantik inisial, kelompok unik ini untuk selanjutnya saya beri nama inisial "Geng Unik".

Geng Unik sangat pede menampilkan diri bahwa mereka tidak pede akan eksisnya adat dan tradisi di daerahnya. Seakan akan sebelum Indonesia merdeka, Bolaang Mongondow negeri tak beradat di atas hamparan tanah luas yang tak bertuan.  

Gen Normal pun tak mau kalah, tetap kukuh menarasikan bahwa eksistensi adat dan budaya Bolaang Mongondow telah ada mendahului Republik ini, termasuk Sebelum terbentuknya Kementerian Kehutanan, adat dan budaya Bolaang Mongondow telah eksis. 

Gen Normal menampilkan Sejarah dan eksisting Komunitas adat sebagai landasan sikap mereka. Yang di balas oleh Geng unik dengan mencemooh keberadaan adat. Hak kepemilikan adat atas tanah Garapan yang di peroleh dengan kegiatan adat yang bernama "Monalun" pun jadi bahan gunjingan Geng Unik. 

Hukum Adat yang mengatur kegiatan Monalun ini faktanya sudah berlaku sejak zaman Kerajaan dulu. Siapa yang Monalun maka dialah pemilik lahannya, tentu di zaman kerajaan di tambahi syarat kutipan upeti terhadap hasil panen. 

Tahun 1960an Bapak O.N Mokoagow selaku Bupati Bolaang Mongondow di kala itu memerintahkan Kepala Kepala Kampung untuk Monalun, bahkan setiap kampung sudah di arahkan Kawasan hutan yang akan di Talun oleh warganya. 

Ini adat dan Pemerintah menjamin eksistensi adat dan budaya tiap daerah. Negara juga mengakui dan melindungi hak hak tradisional masyarakat adat sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 pasal 18B. 

Geng Unik memang unik segala macam argumentasi dari Gen Normal tidak mampu menyembuhkan alerginya terhadap adat dan tradisi Bolaang Mongondow, dan saya pun hanya menyimak saja.

Kejadian kejadian yang terkait dengan masyarakat adat di Bolaang Mongondow tidak membuat saya harus gugup karena khawatir keberadaan adat negeri ini bakal terjungkal...saya merasa nyaman saja, apalagi ormas AMAN turut hadir menengahi dan berpihak ke masyarakat adat, setidaknya ekistensi adat Bolaang Mongondow tak akan muda di gerus apalagi cuma kelompok kecil sekelas Geng Unik ini.

Tema adat dan budaya Bolaang Mongondow untuk saat ini masih kategori ringan saja pada sudut eksis nya adat, yang berat peristiwa ini telah menimbulkan korban nyawa yang  berasal dari masyarakat adat.

Saya menduga sikap dan perilaku Geng Unik ini terkait erat dengan kesehatan mental. Karena saya bukan seorang Psikiater dan bukan pula ahli di bidang social terpaksa saya harus ngomong dan minta petunjuk sama Mbah Google..hehe.

Mbah Google, ini Phobia jenis apa ya? Mbah,... mereka phobia terhadap eksistensi adat,, apa Namanya kalau penyakit kayak ini? Trus penyakit khayalan jenis apa ini Mbah..? Ngeyel nya gak tanggung tanggung lho, masyarakat adat di anggap gak ada, Gmana Mbah?.. Mbah Google pun Loading... sampai tulisan ini di posting Mbah Google belum menjawabnya..hehe.

Entahlah, apa yang menimpa kejiwaan dari Geng Unik ini, yang pasti adat dan budaya Bolaang Mongondow Raya adalah Fakta sejarah yang telah ada sebelum negara ini lahir dan tetap eksis sampai saat ini hingga punah suatu kelak Ketika Generasi mudanya tidak lagi perduli terhadap adat dan budaya Bolaang Mongondow Raya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun